Nabi Musa as. adalah nabi yang nama dan kisah dakwahnya
paling banyak ditemukan dalam Alquran. Salah satunya diceritakan dalam surat
Al-Kahfi, surat yang didalamnya terdapat pertengahan Alquran.
Di surat tersebut, Musa as. dikisahkan bertemu dengan
seorang hamba Allah—yang oleh sebagian mufassir disebut sebagai seorang
nabi—bernama Khidhr as. Pertemuan keduanya dikisahkan oleh Allah pada ayat ke
65.
“Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.”
Rahmat pada ayat ini adalah wahyu dan kenabian beliau,
sedangkan yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan Nabi
Khidhr as. tentang kisah yang diterangkan di beberapa ayat berikutnya.
Kita tahu yang terjadi selanjutnya, Nabi Musa as. meminta
agar diizinkan untuk mengikuti Nabi Khidhr as. agar beroleh ilmu dari beliau.
Khidhr mengatakan bahwa Musa tak akan sanggup bersabar bila berjalan dengannya.
Lalu Musa berjanji dan Khidhr menyanggupi.
Maka berjalanlah mereka. Ketika Khidhr merusak sebuah kapal,
Musa langsung protes.
“Sungguh engkau telah berbuat kesalahan yang besar.” (QS. Al-Kahfi: 71)
Khidhr mengingatkan apa yang sudah diwanti-wanti di awal,
bahwa Musa tak akan mampu bersabar dengannya. Begitu seterusnya, hingga Musa kembali
memprotes tindakan Khidhr sebanyak tiga kali. Setelah itu, Khidhr menjelaskan
tentang apa yang dilakukannya, bahwa semua tindakan itu ada hikmahnya.
Kisah ini menarik untuk dicermati sebab mengajarkan kita
tentang arti kesabaran. Jawaban yang diberikan Khidhr ketika Musa meminta ikut
serta dalam perjalanannya memberikan kita kunci untuk bagaimana seharusnya
bersabar.
“Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (QS. Al-Kahfi: 67)
Inilah kunci kesabaran. Bahwa kita harus punya pemahaman
yang cukup tentang apa yang sedang kita hadapi. Nabi Musa as. tidak paham ada
seorang bajak laut yang akan merompak setiap kapal yang ditemuinya di laut. Musa
juga tidak tahu bahwa orang tua dari anak yang dibunuh Khidhr adalah muslim.
Musa juga tidak menyadari di bawah rumah yang dindingnya hampir roboh di sebuah
kota terdapat harta warisan untuk anak yatim penghuni rumah itu. Wajar saja
jika Musa as. protes atas tindakan Khidhr yang aneh. Beliau tidak tahu perkara
itu secara mendetil. Karenanya, beliau tak sabar melihat tindakan Nabi Khidhr
as.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali ketika sesuatu
berjalan di luar keinginan, kita langsung mencak-mencak kepada siapapun yang
kita anggap melakukan kesalahan. Lalu ketika mendapat penjelasan yang cukup, kita
merasa malu telah marah-marah tetapi juga segan untuk meminta maaf.
Atau ketika doa kita belum jua terkabul, kita lantas
menyerah dan “meninggalkan” Allah. Padahal, bisa saja beberapa menit lagi Allah
mewujudkan apa yang kita idamkan. Tapi memang kita seringkali tersungkur di
menit-menit akhir.
Karenanya, kenalilah setiap masalah dengan baik sebelum
memutuskan tindakan yang akan diambil.
Sebelum memarahi orang lain, pahami terlebih dulu
sebab-sebab sesuatu yang tidak mengenakkan hati terjadi.
Sebelum berhenti berharap, bertahanlah beberapa saat lagi
saja. Mungkin Allah swt. memang sengaja menguji kesabaranmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar