/
Tampilkan postingan dengan label Literasi/Sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Literasi/Sastra. Tampilkan semua postingan

SekolahMurabbi.com - Judul di atas terkesan vulgar. Tapi percayalah, beberapa orang kerap melontarkan kata ‘gatal’ kepada mereka yang memutuskan untuk segera menikah di usia muda. Seolah-olah tak sanggup menjaga nafsu. Seolah-olah tiada lagi benteng iman di dalam dada mereka.


Tidak benar seseorang dikatakan pemuda tangguh bila dalam waktu yang sangat lama ia sanggup hidup sendiri. Itu bukan prestasi. Dan tak layak dinikmati. Allah tak sedang bercanda dengan firmannya, ‘Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu... (24:32)’. Rasul pun tak sedang asal ajak para pemuda untuk segera menikah. Terkait hal ini, hadits yang berhubungan dengan anjuran menikah dan larangan membujang tidak sedikit jumlahnya.

Tak pantas siapapun melontarkan kata gatal untuk mereka yang berusaha untuk menikah diusia muda. Tidak pantas! Meski dengan bahasa yang lebih halus. Tak jarang bahkan sumbunya adalah dari orang-orang yang telah berhasil melewati masa muda yang getir. Alih-alih merespon positif saat mendengar ada yang berucap ingin menikah, kita malah mematahkan semangat dan membiarkan para pemuda hidup hampa dalam waktu lama. Hati-hati dengan komentar!

Ya, kita memang harus realistis mengatakan bahwa berumah tangga tidaklah semudah dan senikmat yang dibayangkan. Tetapi, tidak menjadi elok juga bila pada akhirnya terjadi akumulasi kengerian bertengger di benak seseorang hingga membuatnya menunda apalagi berhenti melangkah. Penyebabnya, komentar-komentar yang tak sedap, ‘Ngapain cepat-cepat nikah. Gatal kali kamu. Kalau ngerti agama harusnya bisa tahan nafsu. Puasa. Kamu pikir kehidupan berumah tangga gampang, susah tau! Belum lagi ngurus ini ngurus itu bla bla bla...’

Lihatlah bagaimana rasul utarakan motivasi menikah kepada segenap pemuda dalam tutur kalimat yang bijak, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kelompok pemuda yang tidak mempunyai apa-apa.” Beliau bersabda, , “Wahai para pemuda, barangsiapa sudah memiliki kemampuan, maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat meredam keliaran pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa, sebab puasa adalah sebaik-baik benteng diri.” (HR. Bukhari-Muslim) Bandingkan dengan komentar sebelumnya. Pilihlah kata-kata.

Para sahabat Nabi saat kali pertama mereka mendengar perkataan Rasulullah langsung berupaya memenuhinya. Tersebutlah sahabat Abdullah bin Amru bin Ash, Abu Usaid As-Sa’di, Jabir bin Abdillah bin Amru bin Haram, Usahamah bin Zaid, Umar bin Abi Salamah, Abdullah bin Abi Hadrad. Para pemuda tersebut segera menunaikan wasiat Rasulullah, betapapun kondisi sulit yang tengah mereka hadapi. Kitab-kita sirah menceritakan untuk kita contoh-contoh pernikahan dini mereka.

Karena dunia sudah dipenuhi keliaran yang menginjak-injak norma dan etika. Dimana orang baik-baik bahkan terseret dan tak bisa terbebas dari perilaku zina. Sulit sekali rasanya. Maka, kepada mereka yang berusaha meredam gejolak syahwatnya lewat jalan menikah dengan segera. Ucapkanlah selamat! Jangan bibir menjadi gatal berbicara entah apa-apa.

'Gatal' Menikah



Jangan gugat Israel!


Kalau kau takut timah panas yang menembus kening tak memeduli tuan. Bukankah kau masih punya anak dan istri, sanak saudara dan kerabat, harta-harta yang mungkin tak seberapa tapi berharga? Menggugat Israel berarti mengantarkan nyawa cuma-cuma. Bukankah kau lebih mencintai hidup daripada kematian. Rasa takut berlebihan pada kematian membuatmu bungkam akan keadilan dan kebenaran. Padahal Palestina tak butuh pun ragamu yang ringkih tanpa kekuatan. Mereka hanya butuh empati. Itu saja. Lagipun rasa empati itu bukan untuk serdadu militan Izzudin Al-Qassam. Cukup kau berikan pada masjid Al-Aqsa yang mulai hilang rupa.

Kau takut kematian? Padahal sejatinya kau telah mati. Mati rasa karena hatimu tak lagi peka pada derita muslim Palestina. Hatimu telah mati meski ragamu berjalan melenggang di bumi damai Ibu Pertiwi. Kau layaknya mayat yang berjalan. 

Yakinlah, tak ubahnya fajar yang hadir setelah pekatnya malam terlampaui, begitulah palestina akan tegak berdiri saatnya nanti meski tanpamu. Tapi yang paling menyedihkan adalah saat kau ditanya di yaumil akhir nanti tentang apa yang telah kau perbuat untuk menjagai kiblat suci umat Islam pertama – Al-Aqsa, apa yang kan kau jawab? Sedangkan setetes air mata tak pernah mengalir di pipi halusmu. Sedekah dan infaq yang diberipun tak seberapa dan tak jarang karena terpaksa. Kerap pula kau latah membebek media dan ikut menyalahkan Palestina.      

Jangan gugat Israel!

Biarkan gedung-gedung itu roboh. Biarkan anak-anak Palestina tergelepar menjemput maut di ujung senapan serdadu bengis nan pengecut. Biarkan raungan tangisan ibu-ibu mengiring kepergian putra-putri mereka. Biarkan para bapak dipukul, dibakar, ditanam hidup-hidup di tanah air mereka sendiri. Kesalahan terbesar mereka adalah memilih untuk tetap beriman pada Allah. Harusnya mereka sepertimu yang berpura-pura saja beriman. Ikuti saja kemauan mereka kaum pembangkang para Rasul. Pasti takkan ada pertikaian bukan? Jika pun harus menggadaikan agama untuk mengamankan diri, lakukan saja itu. Begitu kan?

Jangan gugat Israel! lebih baik salahkan saja Palestina. Kenapa mereka begitu kokoh dan tegar. Kenapa mereka begitu rindu akan kesyahidan.

Jangan gugat Israel! lebih baik tangisi kepergian nuranimu.

Jangan gugat Israel! gugat saja kekeringan jiwamu.

Jangan gugat Israel! jika jiwamu pengecut!

Jangan gugat Israel! bukankah cinta adalah kosa kata yang telah lama hilang dari dalam jiwamu.

Jangan Gugat Israel!


SekolahMurabbi.comCinta itu... fitrahnya manusia. Sepatah kata indah yang tak bermuara. Mampu membuat pelakunya seakan tuli dan buta. Menyihir segenap hati manusia dengan lantunan irama yang menggema. Namun, jika ucapan akad belum terlaksana, ikhlaskan dan lepaskanlah ia,  untuk menjagamu dari dosa.


Sheren termenung. Memaknai kata-kata yang dari tadi ia tuliskan di dalam lembaran-lembaran diarinya. Bagaimana tidak? Sudah hampir setahun, hatinya mulai bersih dari “Virus Merah Jambu”. Namun, kali ini Sheren gagal. Ternyata, tanpa ia sadari...Sheren telah jatuh cinta lagi.

Namanya Mirza Ramadhana. Seorang mahasiswa kedokteran pada sebuah universitas ternama di Banda Aceh. Orang lain biasa memanggilnya Mirza. Ia sosok yang rajin, suka menolong, tak pernah meninggalkan shalat, hafal Al-Quran serta memiliki segudang prestasi . Hal itu yang membuat Sheren kagum padanya.

Sheren mengenalnya sejak pertama kali  mendaftar sebagai salah seorang pengajar di  Bimbel “Alif Ba Ta”, tepatnya di tengah kota Banda Aceh. Sewaktu seorang mentor  memperkenalkan ia pada Sheren, Sheren hanya tersenyum. Ia adalah sosok yang humoris. Meski kadang juga tampak begitu serius dan humanis.

Hari demi hari berlalu. Semua berjalan seperti yang diharapkan. Sheren dengan sikapnya yang pemalu, tak berani mengatakan hal hal yang ia anggap penting dihadapan Mirza. Sheren paham, interaksi dan komunikasi hanya akan memupuk rasa yang belum saatnya terbina. Ia tidak ingin, rasa ini tersiram baik hingga menjadi sebuah tanaman yang kokoh. Ya, belum saatnya semua itu terjadi.

Sewaktu itu, Mirza baru saja diangkat sebagai koordinator pengajaran dan Sheren juga kebetulan diangkat sebagai bagian administrasi. Terkadang Sheren meminta seorang perantara untuk menyampaikan beberapa hal padanya terkait program bimbel yang tengah berjalan. Hingga suatu hari, saat sedang bekerja diruang kesekretariatan. Sheren terhenti sejenak. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Sheren memiringkan posisi duduk sambil sekilas memandang Mirza dari arah belakang. Mirza tampak sibuk mengatur berbagai berkas penting dan menyusunnya ke dalam lemari. Lalu, tiba tiba saja, tanpa ada yang  meminta, hati kecilnya berkata ,” Mungkin, suatu saat nanti aku akan menyukainya dan akan bersama-sama membangun rumah tangga ke syurga,” Bisik Sheren pelan.

“Ren..Sheren..Nih ada anak yang mau bayar uang bulanan,” Sambar Sinta dari arah belakang.

“Ia...mungkin suatu saat nanti,” Jawab Sheren singkat.

“Hah? Suatu saat nanti, gimana? Ini lho uangnya udah dikasih sama Karina”.

“Eh..ehm..ehm..ia, Sin. Maksud Sheren.. Maksud Sheren..Mungkin suatu saat nanti Bimbel ini bisa melahirkan anak-anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual. Ia.. gitu maksud Sheren,” Pipinya mulai memancarkan rona kemerahan.

“Kamu kenapa? Melamun ya?” Sinta membalikkan badannya ke arah Mirza.

“Hmm, aku mengerti sekarang. Maksud kamu...?"

“Husttttt,” Sheren menutup mulutnya dengan paksa. “Yuk, kita ke ruang depan, Sin!” Sheren menarik tangan Sinta.

Enam bulan telah berlalu. Berawal dari sebuah keyakinan dan pandangan yang memaksa Sheren untuk terus bertahan dengan rasa yang belum pantas untuk diperjuangkan. Namun, karena rasa yang tidak jelas datangnya dari mana dan akan mengalir kemana, membuat Sheren memikirkannya secara tiba-tiba.

Ia kembali membuka diarinya dan terus menulis.

Ya Allah. Semenjak aku mengenal Mirza, tilawahku menjadi ketinggalan, shalatku kejar-kejaran, prestasiku diambang kehancuran, cita-citaku melayang ke atas awan. Hari-hariku diisi dengan bayangan bayangan masa depan yang tidak pasti, sedangkan aku tidak pernah tahu, apa sesungguhnya yang akan terjadi?

Ya Allah. Aku sadar, sudah betapa banyak dosa yang aku tanam dengan mengenangnya dalam ingatan, menatapnya pada setiap kesempatan, memaksaMu untuk menjawab takdir yang belum saatnya teruangkapkan. Hari ini, aku bertekad, untuk mengembalikan Mirza kepadamu. Aku mohon, ampunilah hati ini yang telah terkotori oleh keinginan duniawi. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Takdir yang menentukan siapakah yang akan engkau titipkan untuk membimbingku, menemaniku, bersama meniti langkah menggapai ridhoMu.

Sheren menghapus air mata yang telah jatuh membasahi buku diary mungilnya. Lantas, ia berwudhu untuk melaksanakan shalat istikharah. Meminta petunjuk pada Allah agar membimbing hatinya agar senantiasa menuju pada arah yang mendekatkan dirinya pada Sang Pemilik Hati.

*Cerpen adalah bagian dari novel “Diantara Istikharah Cinta”

***

Sahabat yang dirindukan syurga…

Mungkin kisah diatas pernah sahabat alami dalam kehidupan sehari-hari. Salahkah? Saya rasa tidak. Mencintai dan dicintai adalah fitrahnya manusia. Namun, Allah telah berfirman dalam Al-quran Surah Al-Isra ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Memandang adalah zina mata. Membayangkan adalah zina fikiran dan hati. Bahkan, sms atau bbm yang tidak memiliki tujuanpun kadang patut dipertanyakan. Hati-hati dengan sebuah  keyakinan. Buatlah benteng yang kuat untuk menjaga pandangan. Tidak salah jika ada pepatah yang mengatakan “Dari mata turun ke hati”.

Maka hanya ada dua pilihan. Halalkan atau ikhlaskan. Belajar untuk melupakan adalah hal yang terbaik. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Ingat, bahwa kita masih tetap bahagia walau tanpa dia. Tunjukkan padanya bahwa suatu hari nanti kita pasti bisa bahagia setelah semua cita-cita yang kita raih sudah didepan mata. Tunjukkan padanya bahwa patah hati membuat kita lebih sempurna. Jangan pernah menyelipkan dendam. Tapi berterimakasihlah karena kita pernah berjumpa dengannya. Terluka. Namun, bisa bangkit dengan segera.

Jika belum berhasil, maka sibukkanlah diri kita dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti menulis, mengikuti kajian, tilawah atau berolahraga. Ingat, jika hadirnya ia membuat kita jauh dari Allah, mungkin ia bukan cinta sejati. Jika belum berhasil juga, cobalah untuk menghilangkan kenangan-kenangan yang mungkin pernah ia ciptakan. Lalu, cobalah untuk tidak “stalking” akun sosial medianya. Ingat, semakin sering kita membukanya, semakin sulit kita menghapusnya dalam ingatan. Selanjutnya, sadarilah bahwa setiap mengingatnya maka kita akan melakukan “zina hati dan zina fikiran” yang jika terlalu sering, maka dosa itu akan tertimbun. Jadilah single yang bermartabat, jika menikah menuai manfaat. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Laki-laki yang baik akan dipertemukan dengan perempuan yang baik. So, jangan khawatir! Yuk, Move On!

*Tulisan ini dibuat sebagai nasihat (bagi penulis dan pembaca) serta bagi para sahabat yang sedang jatuh cinta. Halalkan atau ikhlaskan. Single bermartabat, jika menikah menuai manfaat.





Farah Febriani

Mahasiswi jurusan Psikologi FK Unsyiah. Hobi membaca, menulis, MC dan traveling. Saat ini sedang merampungkan novel yang berjudul “Diantara Istikharah Cinta”. Beberapa cerpen dan puisi telah diterbitkan dalam buku antologi. Alumni sekolah murabbi angkatan ke-2.
By.

Biarkan Cinta Memilih Takdirnya


SekolahMurabbi.comDi sebuah lingkup organisasi. Sang akhwat baru saja hendak beranjak pulang, setelah mengerjakan beberapa amanah yang dititipkan. Ia mengambil tas dan berjalan perlahan menuju area parkiran. Lima menit kemudian, ia terlihat sedang mengayuh sepedanya keluar dari area kampus. Karena jarak rumah yang cukup jauh, ia memutuskan untuk berhenti di sebuah mesjid sembari melaksanakan shalat maghrib.

Beberapa meter dari jaraknya berdiri, telah hadir seorang ikhwan berbaju kemeja yang juga sedang bersiap-siap melaksanakan shalat maghrib berjama’ah. Ia baru saja menyelesaikan perkuliahannya. Mereka saling mengenal, namun tidak saling menyapa.

Setelah shalat maghrib usai, sang akhwat segera beranjak pulang dengan sepedanya. Malam pun telah tiba. Namun, jalanan masih diterangi lampu-lampu kota yang bersinar bagai kunang kunang.  Ia mempercepat kayuhannya. Sejenak, ia berhenti untuk meletakkan tas hitamnya dikeranjang depan.

Tiba-tiba saja, ia mendengar suara asing menegurnya dari arah belakang,
”Ukhti, kenapa? Ada yang bisa ana bantu?” Sang akhwat terkejut mendengar suara tersebut. Perlahan ia melihat dengan seksama sosok yang berada di belakangnya dengan sebuah sepeda motor yang bermerek 'Honda'.

 “Tidak apa-apa. Ana hanya ingin pulang. Akhi duluan saja,” Jawabnya singkat, namun tegas. 

“Yakin tidak apa-apa? Lebih baik ukhti jalan didepan, biar saya yang mengikuti dari belakang. Saya khawatir dan tidak tega melihat ukhti berjalan sendirian malam-malam begini,” Sang ikhwan menawarkan bantuan. 

“Afwan akhi. Ana tidak sedang berjalan. Ana sedang mengendarai sepeda. Ana sudah terbiasa mengendarainya. Rumah ana tidak jauh lagi dari sini. Diseberang jalan dan jalanannya ramai,” Sang akhwat mencoba untuk menolak. 

“Ok. Baiklah kalau begitu. Ana duluan ya. Hati-hati dijalan. Assalamu’alaikum,” Sang ikhwan pergi berlalu meninggalkan sang akhwat. 

“Wa’alaikumuusalam,” Jawab sang akhwat datar.

Dalam hati sang akhwat bergumam, ya Allah, baik sekali ikhwan tadi. Ia sosok yang perhatian, pengertian dan berjiwa pelindung. Agamanya juga baik. Pemimpin yang amanah, lagi. Seandainya saja imam saya adalah beliau. Mungkin saya akan bahagia dunia akhirat.

Setelah kejadian tersebut, sang akhwat mulai memendam rasa yang dalam. Sedalam lautan, seluas samudera. Lima tahun kemudia mereka bertemu kembali. Namun, sang akhwat harus menerima takdir bahwasanya sang ikhwan telah menikah dengan teman sekampusnya. Apalah daya, kini ia hanya bisa menangis seorang diri. Rasa yang berawal dari sebuah kejadian tersebut, ternyata tidak berakhir “Happy Ending”, seperti dalam novel-novel religi yang pernah ia baca.

Ikhwah rahimakumullah…

Fitrahnya wanita adalah merasa. Fitrahnya pria adalah menggunakan logika. Maka tak jarang, jika kita bertanya kepada seorang akhwat tentang suatu masalah, maka mereka akan menjawab,” Saya rasa hal ini…”. Lalu, jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada ikhwan, maka sebagian besar mereka akan menjawab,” Saya fikir hal ini…”.

Dari kisah diatas kita dapat mengambil hikmah. Wahai para akhwat, jagalah hati untuk tidak terlalu baper (bawa perasaan) dalam setiap kejadian. Bisa jadi niat sang ikhwan hanya ingin menolong. Menolong adalah karakter dan kebiasaan yang ia dapatkan dari lingkungannya. Bagi para ikhwan, jagalah diri untuk tidak terlalu memberi perhatian kepada sang akhwat, jika kalian melihat sang akhwat bisa dan biasa mengerjakan tugasnya sendiri. Ketahuilah, hal-hal yang kalian anggap biasa, menjadi hal yang luar biasa dimata mereka. Oleh karena itu, jika kita sama-sama menjaga, maka Insya Allah tidak ada hati yang akan terluka. Hati akan aman dan ibadahpun terasa nyaman. Semoga bermanfaat 

(Wallahu a’alam bish shawab).

* Tulisan ini dibuat, semata mata hanya sebagai nasihat (bagi penulis dan pembaca), tidak untuk menghujat apalagi melaknat. Semoga dengannya kita dapat mengambil hikmah dan manfaat serta senantiasa menjauhkan diri dari berbagai maksiat. Aamiiin.




Farah Febriani

Penulis bernama Farah Febriani. Mahasiswi jurusan Psikologi FK Unsyiah. Hobi membaca, menulis, MC dan traveling. Saat ini sedang merampungkan novel yang berjudul “Diantara Istikharah Cinta”. Beberapa cerpen dan puisi telah diterbitkan dalam buku antologi. Alumni sekolah murabbi angkatan ke-2.
By.

Akhwat Baper Vs Ikhwan Caper


SekolahMurabbi.com - Banyak yang berkomentar, 
"Kalau enggak salah, kenapa harus melarang KPK melakukan tugasnya?"
Yang berkata demikian mungkin belum pernah merasakan bagaimana ditangkap tanpa prosedur dan aturan.

Aku pernah, satu ketika, di Jl. Jendral Sudirman, Geuceu Inem, tiba-tiba di pepet sepeda motor yang ditumpangi dua orang pemuda tidak terlalu atletis. Mereka memaksa berhenti sepeda motor yang aku dan temanku tumpangi. Mereka mengaku melaksanakan tugas dari kepolisian. Dan mengajak kami segera kekantor polisi. Dengan dugaan bahwa kami merupakan pemain atau pemilik bisnis togel (what! Apa mukaku mirip toge[l]?). Polisi yang satunya langsung mengambil alih kemudi sepeda motor kami. Memaksa kami menuju kantor polisi. Sekarang speda motor ditumpangi tiga orang; polisi (pengemudi), aku ditengah dan teman dibelakang.

Baru berjalan beberapa jarak. Kuhentikan paksa sepeda motor dengan menekan paksa tuas rem tangan dari arah belakang. Otomatis sepeda motor terhenti. Polisi tersebut berang. Teman polisi satu lagi turut menghentikan sepeda motornya.

Perasaanku mulai campur aduk, takut, gelisah, marah, khawatir dan entah apa maksudnya semua ini. Tiba-tiba saja dituduh pemilik togel. Ini pasti konspirasi (he he).

"Jangan begini pak, tiba-tiba bapak berdua ini datang dan menuduh saya dan teman saya pemilik togel. Lalu harus tanggungjawab di kantor polisi. Maksudnya apa?" Sebenarnya ada rasa khawatir juga kalau-kalau mereka adalah polisi gadungan.

Polisi tadi marah. Terlebih karna sepeda motor kuhentikan tiba-tiba.

"Saya polisi! Ini!" Polisi tadi memperlihatkan kartunya. Sejenak kulihat. Jujur aku bingung. :D

"Kalau begitu, saya mau lihat surat penangkapannya. Ada?" Entah keberanian dari mana muncul dari diri ini. Mungkin kebanyakan lihat penangkapan di layar kaca, hihi. Polisi saling berpandangan. Alis mereka terangkat sebelah. Aneh mungkin pikirnya.

"Kami mendapatkan laporan kalian berdua bermain togel. Dan kami harus periksa kalian, sudah jangan banyak ngomong. Sini!"

Dua polisi tadi tak hiraukan permintaan untuk menunjukan surat penangkapan yang aku pinta. Mengkal sekali rasanya diri ini. Mana bisa begini, asal tuduh saja. Tuduhannya main togel pula. Haduh, apa gak ada tuduhan yang lebih keren dikit gitu, misalnya korupsi 4 miliyar. Hakhak...
Mereka periksa seenak udelnya semua inci tubuh kami. Kantong-kantong dan dompet. Temanku enggan memberikan dompet dan diperiksa kantongnya. Dia sendiri yang membuka semua kantong dan isi dompetnya. Kelak aku baru tau alasannya. Bahwa, bisa saja sang polisi menyelipkan narkoba/nomor togel diantara jarinya dan segera menganggap itu bukti. Mau bilang apa coba. Sedangkan aku, waktu itu rela saja di 'gerayangi'.

"Saya sudah bilang kami bukan pemasang apalagi pemilik togel. Saya mahasiswa. Saya..."

"Saya tidak percaya! sesuai dengan laporan yang saya.." Polisi yang memeriksa temanku tadi terhenti suaranya. Sekarang matanya tertuju pada ikat pinggang temanku.

"Kamu keluarga tentara, ya?" Air mukanya berubah. Tiba-tiba jadi ramah. 
"Ya. Ayah saya tentara." Ujar temanku.

Sekarang semuanya sudah berubah. Dua polisi tadi menarik diri. Setelah permisi, mereka berdua ngeloyor pergi dan menghilang di simpang jalan. Ini yang disebut 'kekuatan sabuk TNI' selamatkan kami.

Akhh, lihatlah. Kami korban tuduhan tak berdasar. Apa motifnya? Apakah polisi sebodoh itu mencurigai seseorang? Entahlah. Tapi begitulah tidak enaknya ditangkap dan dituduh apalagi tanpa prosedur dan bukti yang jelas.

Apatah lagi sebuah lembaga tinggi negara yang diperiksa tanpa prosedur dan aturan. Membawa senjata laras panjang pula. Untung waktu itu kami tidak diliput media (emang siape lu! Hi hi). Bila tidak, nama baik kami akan hancur.

"Dede cep, di duga pemilik bisnis togel di periksa polisi" begitu headline surat kabar beredar.
Masih di duga, orang sudah mulai berspekulasi dan menambah-nambah. Goreng terus. Begitulah media. Ia tidak akan menarik bila tak di bubuh pemanis. Biarkan korban merasa kepahitan.

Pikiranku makin miris apalagi teringat pada beberapa kasus salah tangkap pelaku terosis. Mereka merasakan bukan hanya tekanan psikis tapi juga tekanan fisik yang keras. Beginilah wajah negeriku. Beginilah wajah aparat penegak hukum di negaraku, negara kita semua. Indonesia raya.

Mari kita dukung semua aparat penegak hukum bergerak sesuai prosedur dan aturan. Hormati hak-hak orang banyak. Persiapkan dan kumpulkan bukti dan saksi banyak-banyak. Kecuali dikau memang BERNIAT BUSUK untuk MENJEBAK!

Aku Dituduh Pemain Togel


SekolahMurabbi.com - Mengenal banyak orang memang menyenangkan, bahkan dianjurkan. Terlebih jika kemudian orang-orang tersebut menjadi teman yang dengannya kita bukan hanya saling kenal, tapi juga saling memahami, saling percaya, saling membantu tanpa diminta, saling menanggung beban dengan suka rela, serta saling menasehati, melengkapi yang kurang dan memperbaiki kekeliruan satu sama lain. Indah sekali. Adalah anugerah luar biasa jika kita dibersamakan dengan orang-orang demikian. Terlebih jika kebersamaan itu membuat jiwa kian dekat dengan Allah swt.

Namun, hidup tentu tidak menyuguhkan keadaan yang selalu sama. Kadang, orang lain hadir untuk kita teladani kelebihannya. Mungkin juga mereka datang untuk menguji kesabaran. Ada saatnya kita dibiarkan sendirian. Kita, dengan karakter yang senada, belum tentu selalu dibersamakan dalam ruang yang sama. Orang-orang terdekat, tidak pantas kita menuntutnya selalu memahami kita. Orang yang paling harus memahami kita adalah diri kita sendiri. Kita yang harus mengenal karakter diri. Harus mampu membujuk diri untuk tidak mengeluh, untuk tidak rapuh, agar tetap tegak saat keadaan berseberangan dengan harapan. Kita harus mengenali di mana kita berada, dan bagaimana seharusnya menempatkan diri.

"Penjara itu," Kata Syaikh Salman bin Fahd Al Audah, "Bukanlah tembok, kunci, jendela kecil, rantai atau hukum. Tapi penjara itu adalah ketika seseorang merasa rendah dan menghinakan dirinya."

Kita yang pernah merasakan lingkungan yang kebaikan senantiasa timbal balik, jangan sampai memenjarakan diri dalam keputusasaan saat tiba-tiba berada pada keadaan yang berbeda. Tetaplah taat dalam sendiri maupun ramai. Tetaplah menjadi baik saat bersama orang-orang yang menerima kita sepenuhnya, maupun saat bersama mereka yang enggan memahami. Hadirkan Allah di hati dalam keadaan apapun. Jadilah sebaik-baik teman bagi diri, jadilah yang paling bersegera menyadarkan diri saat semangat kebaikan hendak meredup. Kuatkan jiwa bersama ayat-ayatNya.

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Q.S. Ali Imran: 139)
By.

Menemani Diri


SekolahMurabbi.com

Malu rasanya menyatakan cinta.

Karena bukan hanya peribadinya yang menggetarkan tapi juga tatapan matanya yang penuh pesona. Keluhuran budi jangan ditanya lagi, lingkungan sepakat menyebutnya lelaki idola. Ditengah riak-riak zaman tak tentu yang dipenuhi pengikut buta para pujaannya, kerinduan akan sosok lelaki impian ini semakin membuncah. Di desanya, dahulu gelap dari cahaya. Lelaki ini yang menerangi dengan cahaya purnama di wajah sucinya.

Malulah dirimu ucapkan cinta padanya.

Sedang pribadi masih keranjingan film korea. Dipuja-puja bagai permata. Lelaki-lelaki yang hilir mudik dilayar kaca dengan centil luar biasa. Itupun masih jadi idola. Diam-diam dalam hati kau kagum dan cinta. Jadi siapa sesungguhnya yang kau cinta.

Malulah dan tersungkur.

Mengaku-ngaku saja mengenal dia. Padahal tak pernah muncul barang sewindu rasa rindu. Ia hanya kepura-puraan. Padahal tak terbetik barang sekedip ucap do’a dan kirim salam setiap harinya. Wajarlah kau malu dan tersungkur.

Cinta tak mengenal standar ganda. Ia berbicara tentang siapa lebih sempurna dan menakjubkan. “kaana kullu amrihi ‘ajaba” (semua tentangnya menakjubkan) ungkap Aisyah padanya. Wajar jika demikian yang diungkap seorang Aisyah tentang dirinya, sebab Aisyah manusia paling dekat dalam hidupnya.

Dia memiliki kesan bagi sesiapa yang berinteraksi dengannya. Jabir bin Samurah tak pernah berlebihan saat ia berkata, “suatu malam pernah kupandangi dirinya, malam itu cerah tanpa mendung. Kulihat cahaya rembulan, lalu kupandang wajahnya. Menurutku wajahnya beliau lebih indah dari rembulan.”

Jabir berkata lagi tentang kemuliaan akhlaknya, “tidak pernah Ia diminta sesuatu, lalu menjawab ‘tidak’.” Abu Said Al Qudri berkata, “ Beliau adalah orang yang lebih pemalu dari pada gadis dalam pingitan. Jika tidak menyukai sesuatu maka bisa diketahui dari wajahnya.”

Begitulah. Segala tentangnya adalah menakjubkan. Masih banyak yang bisa ditelusuri bagaimana keindahan pribadi dan akhlaknya. Maka tak boleh ada lagi muara ketakjuban selain hanya kepadanya. Dialah Muhammad Rasulullah SAW.

Malulah kita kepadanya.  



Semua Tentang Dia, Menakjubkan!

SekolahMurabbi.com- Sibuklah; sibuklah dalam hal-hal kebaikan, hingga kau tidak ada waktu untuk menyinggung, menyakiti, mempersulit, membenci, dan memusuhi orang lain.
Kita sering kali disibukkan oleh hal-hal yang tidak penting dan tidak bermanfaat, yang kadang justru malah menguras segala energi kita untuk marah, benci, dan iri pada orang lain. Kesibukan adalah perbuatan mutlak yang dilakukan setiap orang. Jika kita tidak menyibukan diri dalam kebaikan boleh jadi kita sibuk dalam keburukan.

Memilah-milah diri dalam kesibukan itu penting, karena setiap kesibukan yang kita lakukan pasti membawa dampak dan efek bagi diri kita. Sibuklah; sibuklah kita dalam hal-hal kebaikan agar semua yang terasa lelah bernilai pahala. 

Kesibukan dalam kebaikan begitu banyak, seperti kita memilih belajar dari pada menonton tv, kita memilih tilawah dari pada berbicara yang tak berguna, kita memilih membantu orang lain dari pada tidur, kita memilih menonton ceramah dari pada drama, kita memilih menulis yang bermanfaat untuk orang lain dan lain-lain. Kesibukan-kesibukan itu membuat kita tak ada waktu untuk hal-hal tak berguna, seperti menyakiti orang lain, galau, bosan, iri dan benci pada orang lain. 

Maka marilah kita menyibukkan diri. Tentu menyibukkan diri dalam kebaikan. Ya, harus menyibukkan diri. Jika tidak, maka kita akan disibukkan. Betapa merugi jika kita disibukkan oleh kesia-siaan. Maka pilihlah kesibukanmu dalam kebaikan.

Lalu berdoalah kepada Allah agar kita senantiasa disibukkan dalam kebaikan, dijauhkan dari maksiat dan kesia-siaan. Berdoalah agar hari-hari kita bermanfaat, bagi diri kita, keluarga kita, dan bagi orang lain. Aamiin


Vivi Aramie


  

Sibuklah




SekolahMurabbi.com



Si adek  : kak kenapa sih kakak pakek jelbabnya dua lapis atau tebal, bajunya longgar, udah tu pakek kaos sama sarung tangan  tu yang mirip kek ninja-nijaan?
Si kakak  : kenapa dek, kok cemberut gitu nanyaknya?
Si adek  : tu kakak-kakak kawan adek,, semua pada nanyak sama adek.
Si kakak : oh kakak kirain  kenapa. sayang kita ini ciptaan Allah dan Allah juga memberi buku    pedoman  untuk kita menjalani hidup kita. Bukan alat-alat elektronik atau buatan manusia aja yang punya buku pedomannya, kita juga punya. Buku pedoman kita adalah Al-Qur’an. Dalam Al-qur’an surat An-Nur ayat 31 dan hadist Rasullulah, kita yang cewek diperintahin untuk menutup Aurat.


Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. al-Ahzab:59)
[1232]  Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

“dalam riwayat aisyah r.a. bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasullullah dengan pakaian tipis, lantas rasullulah berpaling darinya dan berkata “hai Asma seorang wanita sudah mencapai haid(baligh), maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini dan ini”, sambil menunjuk telapak tangan dan wajah”(H.R. Abu Dawut)

Nah ini yang menjadi pedoman kita untuk berpakaian
Si adek  : kalau pakek jelbab  yang tipis, pakek baju ngepas, pakek celana. auratnya udah ketutup juga kan   kak? Biar nampak  cantik.
Si kakak  : adek....adek tau ngak beda dibungkus sama ditutup?
Si adek : kalau di bungkus bendanya berbentuk kayak bentuk bungkusanya, jadi  bentuknya nampak. Sedangkan kalau ditutup bentuk dari bendanya tidak nampak atau tidak berbentuk seperti bendanya. misalnya  guci yang dibungkus koran dan guci yang ditutup dengan kain supaya jangan berdebu. Jadi guci yang dibungkus koran bentuknya nampak sedangkan guci yang ditutup kain bentuk gucinya tidak nampak.
Sikakak : ceeee....Adek kakak pinter ya!. Sakarang yang jadi pertanyaanya Allah suruh nutup atau nyuruh bungkus?
Siadek   : disuruh tutup kak?
Sikakak : jadi kalau pakek celana, bajunya ngepas, jelbabnya tipis napak rambut, tertutup atau terbungkus?
Siadek  : hehehe....bungkus kak kayaknya.
Sikakak : sekarang adek udah taukan kenapa kakak pakek bajunya gini?
Siadek   : ya kakak
Sikakak : adek maukan mulai belajar pakek bajunya menutup aurat
Siadek   : ya kak, tapi adek kan masih kecil. Masih kelas 5 SD.
Sikakak : iya sayang. Tapi kalau mulai dari sekarang lebih baguskan, nanti pas adek udah gede adek jadi seorang muslimah yang disayang sama Allh.
Siadek : iya kak, aamiin. Adek sayang kakak banyak-banyak.
Sikakak : aamiin. Kakak juga cinta adek banyak-banyak karena Allah
 

Sayang Auratnya Jangan Dibungkus Ya, Tapi Ditutup

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com