/
Tampilkan postingan dengan label Pemuda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemuda. Tampilkan semua postingan

SekolahMurabbi.comJadi begini. Saya rasa kasus-kasus memalukan bernama pelecehan seksual, baik di keramaian kota-kota besar ataupun di lorong-lorong sempit sunyi disebabkan dua hal. Pertama, wanita yang tidak menjaga auratnya. Kedua, laki-laki yang tidak menjaga matanya. Lalu keduanya saling menyalahkan, seolah-olah merasa diri tak salah. Sementara kasus demi kasus terus lahir bertumpuk-tumpuk mengelamkan sejarah bangsa yang santun ini.

Lalu begini. Coba saya ajukan satu pertanyaan sederhana: apa masalah ini akan selesai jika wanita menutup auratnya dengan benar? Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Tapi satu hal yang bisa dipastikan, jumlah kasusnya akan mengalami penurunan. Kenapa bisa? Lho, bukankah kata bang Napi, kejahatan bisa terjadi karena ada kesempatan? Dan membuka aurat adalah kesempatan untuk melakukan kriminal asusila.

Setelah itu, begini. Mari kita lihat pernyataan ulama besar bernama Sufyan Ats-Tsauri. “Silakan kau suruh aku menjaga rumah mewah penuh harta melimpah, namun jangan kau suruh aku menjaga wanita yang tidak halal bagiku meskipun berupa budak yang hitam legam.  Atau kekhawatiran Yusuf Bin Asbath: “Seandainya aku mendapat amanah untuk menjaga baitulmal, saya optimis bisa melaksanakannya. Namun jiwaku tidak akan merasa aman jika dipercaya untuk berduaan dengan seorang wanita sekalipun dari kalangan negro, meski sesaat saja.”

Apa yang disampaikan oleh dua pendahulu kita itu membenarkan sabda Rasulullah saw, bahwa tak ada ujian terbesar yang ditinggalkan beliau selain perempuan. Jika Sufyan Ats-Tsauri dan Yusuf bin Asbath yang ulama merasa tak mampu ketika dihadapkan kepada wanita budak yang negro, apa lagi para lelaki yang lahir di akhir zaman yang hedon ini dipertemukan dengan wanita-wanita cantik yang membuka aurat?

Maka, begini, para wanita. Bukan hendak menyalahkanmu. Tapi menutup aurat adalah usaha terbaik yang bisa kamu lakukan untuk mendapat dua kebaikan sekaligus. Menjalankan perintah Allah dan mencegah kecelakaan yang tidak mengenakkan menimpamu.

Aurat, menurut saya, tidak hanya seluruh tubuh selain wajah dan telapak tanganmu. Tapi juga ucapan dan sikapmu. Kamu hatus tahu, tak sedikit lelaki yang merasa risih ketika ada percakapan seperti ini di tengah keramaian:
“Yuk shalat!”“Gak, ah. Lagi datang bulan.”
Atau:
“Ada si Fulanah?” tanya seorang lelaki kepada teman kos Fulanah.Temannya dengan santai menjawab, “Lagi mandi.”
Percakapan pertama, menurut saya, secara tidak sadar membuka aurat sendiri. Percakapan yang satu lagi membuka aurat temannya.

Adapun sikap yang saya maksudkan aurat adalah, misalnya, menampilkan kemesraan persahabatan secara berlebihan di muka umum. Maka, lagi-lagi menurut saya, wanita yang baik itu tidak dengan mudah menuliskan “sayang”, “honey” dan ungkapan-ungkapan sejenis di dinding Facebook untuk memanggil sahabatnya. Mereka mungkin punya panggilan khusus, tapi bukankah itu tak perlu diketahui oleh banyak orang? Ingat, (ini tak bermaksud menyamakan!) wanita lesbian juga memanggil pasangannya seperti itu.

Contoh lain sikap yang seharusnya menjadi aurat adalah: kau segera undur diri dari sebuah ruangan ketika menyadari hanya ada seorang lelaki dan seorang perempuan di ruangan itu, kau tidak lagi membalas sms seorang teman lelakimu yang tidak begitu urgen ketika jam sudah menunjukkan pukul 23.00, dan sebagainya.

Girls, dengan menutup auratmu, kaujuga telah menempatkan dirimu di posisi terhormat. Adalah sebuah rahasia umum jika wanita yang menutup aurat dengan sempurna lebih disegani oleh lelaki dibanding wanita yang berpakaian minim.

Satu lagi, dengan menutup aurat, kau telah membantu para lelaki dalam menjaga pandangannya. Bayangkan saja betapa tersiksanya laki-laki zaman ini yang ingin menjaga ‘izzah-nya namun terkotori dengan mudah sebab matanya tak punya kemampuan filtrasi aurat? Takkah kau merasa aneh melihat mereka yang terus menunduk-nunduk ketika berjalan seperti orang yang mencari dompet jatuh?

Akhirnya beginilah harapan mereka, para lelaki itu: wahai muslimah anggun, tutuplah auratmu! Bantulah daku menjaga pandanganku. 
By.

Tutup Auratmu, Bantu Aku Menjaga Pandanganku


SekolahMurabbi.comAl-arwahu junudun mujannadah. Ruh-ruh itu layaknya tentara yang dibariskan. Yang saling kenal akan dengan mudah menyatu. Yang tidak mengenal akan mudah bercerai-berai.

Begitulah tabiat ruh yang digariskan Rasulullah saw.

Bicara cinta, pada hakikatnya kita sedang membicarakan ruh. Bagaimana menjadikan dua ruh saling kenal untuk kemudian menjadi padu. Kesalingkenalan inilah yang sedikit lebih kompleks dari yang semula kita bayangkan.

Saling kenal dalam cinta tidak terbatas pada unsur-unsur materi semata. Sebab cinta pada batas definisi ini seringkali lahir akibat dorongan nafsu manusiawi. Sifatnya temporer dan meluap seiring pudarnya pesona fisik yang kasat mata.

Konon, seseorang mengabari Rabi’atul Adawiyah bahwa ada laki-laki yang jatuh cinta padanya. Sang sufi menanyakan sebabnya. Orang itu mengatakan, “Binar mata Rabi’ah tak bisa kulupakan.” Rabi’ah lalu mencongkel bola matanya, menaruhnya dalam nampan, dan memberikan pada lelaki itu.”Inikah yang kauinginkan?”

Terlepas dari benar atau tidaknya kisah di atas, cinta bukan sebatas urusan fisik. Entah itu mata yang berbinar, senyum yang menawan, atau wajah yang rupawan. Lihatlah, betapa sekarang begitu banyak insan yang terjebak dalam lingkaran ini. Cinta yang awalnya berbunga-bunga perlahan-lahan menyusut lalu sirna seiring hilangnya kecantikan, harta, pamor, popularitas, pekerjaan dan kedudukan.

Sekali lagi, definisi cinta bukan terletak pada apa-apa yang bisa ditangkap mata. Ia jauh lebih luas, lebih dalam dan lebih agung. Ia adalah tentang bagaimana menemukan titik temu antara dua ruh. Saling kenal adalah urusan mencocokkan tabiat sepasang jiwa dan menyatukan visi keduanya. Di situlah kita menemukan cinta bukan perkara remeh-temeh. Ia perkara agung, perkara membangun peradaban.

Mencocokkan tabiat adalah syarat wajib agar sebuah visi bersama tercipta. Anis Matta, dalam Serial Cinta-nya, menggambarkan upaya itu sebagai “kesamaan atau kegenapan atau keseimbangan dua karakter”. Seperti dua sungai besar yang bertemu dalam satu samudera lalu menciptakan gelombang yang dahsyat. Seperti air bening yang mengaliri lahan yang subur lalu melahirkan sebuah taman yang indah. Seperti air yang menyala-nyala lalu dipadamkan oleh air yang sejuk.

Kesamaan visi, selanjutnya, menghasilkan chemistry (keterikatan batin) yang menjadi bahasa komunikasi khusus keduanya. Ini adalah bahasa yang unik sebab hanya dimengerti oleh mereka saja. Dalam level tinggi, jarak dan waktu gagal menghalang sepasang jiwa itu berkomunikasi.

Saya pernah mendengar sebuah kisah yang menakjubkan tentang sepasang suami istri yang memiliki keterikatan batin yang tinggi. Mereka rajin tahajjud bersama. Sang suami menderita urtikaria (alergi dingin) akut.  Musibah itu tiba ketika ia diculik oleh sebuah gerakan separatis dengan alasan yang tak jelas. Tengah malam, istrinya yang tak tenang bangun menunaikan tahajjud. Ia tahu separatis itu takkan peduli sanderanya bisa mati karena serangan udara pegunungan yang menggigil. Karena itu, seusai tahajjud ia berdoa agar alergi itu dipindahkan ke tubuhnya saja. hanya beberapa saat kemudian, kulitnya terasa gatal-gatal dan kemerahan. Setelah sang suami dibebaskan, ia bercerita keanehan yang dirasakannya sampai-sampai ia menduga alerginya sudah sembuh. Masya Allah.

Kesamaan visi juga menjadikan cinta tahan lama, tak terpengaruh oleh usia dan faktor-faktor fisik lainnya. Tapi tak banyak yang bisa menjaga visinya tetap sama. Dalam perjalanan, godaan dan bujuk rayu seringkali menggoyahkan cita-cita cinta.

Karena itu, kesamaan visi yang mantap hanya lahir dari pemahaman yang kuat terhadap agama. Maka di titik ini kita menemukan kebenaran wasiat Rasulullah saw, bahwa hal utama yang harus diperhatikan dalam memilih jodoh adalah agamanya.

Jadi, temukan visi cintamu lalu carilah “dia” yang bervisi sama. Lalu, ajaklah dia menggapai cita-cita itu. Tentu saja dengan cara-cara yang terhormat.
By.

Menjadikan Dua Ruh Saling Kenal (Sebuah Persepsi Tentang Cinta)


SekolahMurabbi.com - Sudah masuk bulan Februari, ada yang istimewakah? 
Tidak, bila kita, anak bangsa ini,  tetap memegang adat istiadat dengan baik. Sungguh ironi bangsa ini ketika menyaksikan masyarakatnya, pemuda-pemudi tidak bangga dengan budayanya sendiri. 

Valentine Day, misalnya, yang selalu diperingati setiap tanggal 14 Februari. Hari yang selalu orang katakan sebagai hari kasih sayang. Padahal sejarah asal mula tentang hari ini tidak ada yang valid. Dalam buku “Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2005) dikatakan beberapa hal mengenai asal-usul Valentine antara lain:
1. Kisah populer Santo Valentine yang mati pada 14 Februari 269 M.
2. Pandangan Tradisi Roma kuno bahwa pertengahan bulan Februari adalah periode cinta dan kesuburan.

Dari dua hal di atas tetap saja ada banyak silang pendapat antara sejarawan tentang hari kasih sayang ini. Padahal menurut survei yang pernah dilakukan hanya 6% saja yang mengatakan bahwa hari Valentine adalah hari paling romantis. (http://www.solopos.com/2016/02/05/valentines-day-ternyata-hanya-6-persen-yang-anggap-hari-valentine-romantis-688095) 

Lagi-lagi kenapa saat ini para pemuda-pemudi bahkan anak-anak SD dan SMP (di bawah umur) ikut-ikutan merayakannya, ikutan mengatakan hari romantis, hari berbunga? Inilah yang disebut ghawzul fikri , perang pemikiran. Mereka menjadi korban karena terus menerus diberikan sesuatu yang salah dan melanggar namun dikemas hingga (dianggap) menjadi sebuah kebenaran. 

Valentine's Day adalah salah satu dari ghawzul fikri. Padahal dari semua ini hanya akal-akalan para perusak agama untuk menjauhkan pemuda-pemudi Islam dari agamanya. Para perusak moral ini mengkampanyekan bahwa inilah saat yang tepat mengungkapkan cinta dengan cara apapun. Dimulailah dengan memberikan diskon pada penginapan untuk pasangan muda-mudi, terjadilah pesta-pesta amoral, seks bebas, pesta miras dan kemaksiatan di mana-mana.

Bahkan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) sudah mewanti-wanti kepada khalayak terutama kepada para pebisnis perhotelan dan makanan (coklat) untuk tidak memberikan kemudahan kepada anak-anak belia yang belum menikah melakukan hal-hal yang tidak terpuji.

Tetap saja pasti akan ada yang berusaha merusak moral bangsa ini. Sebagai masyarakat yang paham akan bahayanya ini tentu saja berusaha untuk menjelaskan kepada mereka buruknya perilaku seperti itu. Bahkan kita dapat mengubah perayaan itu dengan perayaan lain yang lebih bermanfaat untuk meng-counter, misal yang telah dilakukan oleh FSLDK (Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Indonesia), komunitas hijab serta komunitas lain yang peduli akan bangsa ini dengan membuat hari Hijab Day pada tanggal 14 Februari. Maka terbentuklah Gerakan Menutup Aurat (GEMAR) yang sudah dilaksanakan 2 tahun belakangan.

Bergabunglah dengan orang-orang yang baik dan berusaha mengajak orang kepada kebaikan pula. Bergabunglah dengan mereka yang peduli kepada masa depan bangsa ini.

Banda Aceh, 5 Feb 2016
Pemuda Peduli Bangsa
By.

Pentingkah Valentine?


SekolahMurabbi.com - Ini mungkin pemeo paling diskriminatif. Jika dulu teriakan “hidup mulia atau mati syahid!” digaungkan untuk menyemangati para pejuang kemerdekaan, yang ini saya tujukan kepada kalian yang menjadi bagian dari para pejuang pernikahan (baca: jomblo). Terdengar agak satiris. Karenanya, sedikit menyakitkan. Tapi mari kita berpikir positif saja.

Catatan: Artikel ini adalah kiriman pembaca sekolahmurabbi.com.

Pesan yang ingin saya sampaikan adalah agar para jomblo menyegerakan menikah. Hikmahnya buaanyak sekali. Menyempurnakan agama, mencegah maksiat, mempersiapkan generasi hingga mensyiarkan Islam. Saya agak kesal sebab nikah muda yang digaungkan baru sebatas teori. Di lapangan, kalian para jomblo muda masih belum berhasil menampilkan contoh. Sebagian besar masih berkutat pada alasan klasik; belum ada izin orang tua, tidak mau ‘melangkahi’, belum siap secara finansial, belum ada rumah, belum ini-itu, dan belum-belum lainnya. Padahal semua ‘belum’ itu bisa diatasi.

Belum ada izin orang tua? Dekati mereka dengan baik lalu jelaskan baik-buruknya menyegerakan menikah. Tanyakan, lebih baik mana pacaran dengan nikah? Lebih banyak mana dosanya? Kalau bapak melarang saya menikah, berarti bapak telah memberikan saya peluang untuk bermaksiat (upayakan mengucapkan kalimat ini kepada orang tua dengan nada lembut, dan pastikan di tanganmu sedang tidak ada pisau dapur).

Tidak mau ‘melangkahi’? Itu aturan agama apa? Jangan buat aturan-aturan baru lah. Islam ini sudah paripurna, tak perlu lagi direvisi (memangnya ini skripsi?).

Belum siap finansial? Ini alasan paling purba. Apa standar siap finansial? Kalau kamu sudah punya penghasilan tetap (sekalipun kecil), datangi saja si calon mertua. Ditolak? Itu calon mertua matre. Tinggalkan. Gak perlu sembah-sujud. Cari calon mertua lain yang pikirannya lebih waras dan pemahaman Islamnya lebih dalam. Ingat, orang yang menikah itu takkan ditelantarkan sama Allah.

Belum ada rumah? Terus kapan mau buat rumah? Usia 40 tahun?

Alasan kalau dibuat akan terus ada. Dan alasanlah yang menjaga para jomblo berhasil jalan di tempat sampai detik ini. Tidak ada gebrakan.

Terus juga saya paling tidak sepakat dengan kalimat ini.

Jika ada bapak-bapak yang bertanya “kapan nikah?”, kamu tanya balik ke beliau, “Bapak kapan mati?”

Lho, orang tua tanya baik-baik, kok malah jawabannya tidak sopan? Ini maksudnya apa? Betul kalau yang dimaksudkan adalah jodoh dan kematian sudah di tangan Tuhan. Tapi jodoh itu harus diambil sementara ajal itu diberikan. Memangnya kalau kamu bersemedi di kamar alias menjadi jomblo pingit, terus jodohmu datang dari celah-celah ventilasi? Kan enggak. Harus bisa bedain dong. Ini yang suruh jawab begitu belajar agama di mana?

Jadi jodoh tidak cocok kalau dianalogikan dengan kematian. Ia lebih cocok dibandingkan dengan salat. Toh kamu salat di awal waktu atau di menit-menit injury time juga sudah dituliskan di Lauhul Mahfuzh. Sama halnya dengan kamu nikah di usia muda atau sudah berkepala tiga. Hanya saja, kamu bisa pilih. Mau salat awal waktu atau di injury time? Mau nikah muda atau nikah tua? Itu saja.

Karena itu juga, kepada bapak-bapak, kalau ketemu anak muda yang tidak salat, katakan kepada mereka: “Salatlah kamu sebelum kamu disalatkan”. Tapi kalau ketemu jomblo yang belum menikah, katakan: “Menikahlah kamu sebelum kamu menikahkan”. Save Jomblo!
By.

Hidup Berdua Atau Mati Jomblo!


SekolahMurabbi.com - Bagi aktivis dakwah, apapun bisa dijadikan sarana untuk menebar kebaikan. Termasuk media sosial. Tapi teknologi yang satu ini sedikit mengalami pergeseran fungsi. Beberapa aktivis dakwah kemudian menjadi begitu terbuka di media sosial lalu mengungkapkan curahan hatinya di khalayak maya itu. Fenomena ini akhir-akhir ini makin menjamur. Sampai-sampai, muncul pertanyaan: “Bang, itu akun aktivis dakwah apa jomblo galau?

Pertanyaan yang nusuknya tepat di ulu hati. Sebenarnya itu bukan pertanyaan tapi sindiran telak. Saya menganggapnya seperti kartu kuning di pertandingan sepakbola. Sebuah peringatan keras.
Hemat saya, bukannya tak boleh antum menggalau ria di akun medsos pribadi. Sekali dua kali, it’s oke. Toh, aktivis dakwah juga manusia. Tapi pertanyaan di atas tentu tak muncul jika postingan galau itu jumlahnya hanya hitungan jari. Besar kemungkinan, tulisan-tulisan tak terlalu penting itu sudah sangat sering terlihat di dinding-dinding facebook mereka dan masuk dalam kategori meresahkan. Begitulah kira-kira

Yang agaknya menjadi perhatian para pendakwah adalah pemosisian dirinya sebagai sosok ‘paling’ (harap dibedakan antara ‘paling’ dan ‘merasa paling’). Salah satunya, pendakwah haruslah menjadi yang paling kuat di kalangan objek dakwahnya. Jika ini berhasil dilakukan, maka ia akan menjadi teladan. Harus diingat bahwa teladan ‘kekuatan’ tidak berarti tidak memiliki sisi lemah. Tak ada manusia yang sempurna, bukan?

Kekuatan yang saya maksud itu adalah termasuk di dalamnya kemampuan untuk tidak mengungkapkan kegalauan hati kepada siapapun. Contoh yang paling tepat untuk ini adalah apa yang dilakukan oleh ‘Ali ibn Abi Thalib karamallahu wajhah tentang perasaan beliau kepada Fathimah binti Rasulullah radhiyallahu ‘anha dan sebaliknya. Berat memang, sebab manusia merasa sudah menyelesaikan beberapa persen masalah dengan hanya menceritakan masalah itu kepada orang lain. Padahal sebenarnya tidak sama sekali. Bayangkan lagi jika yang melakukan itu adalah seorang aktivis dakwah dan dilakukan secara terbuka di hadapan publik, yang dikhawatirkan adalah munculnya persepsi bahwa aktivis dakwah adalah juga orang-orang yang rapuh. Lalu di mana teladan yang ingin ditebar? Di mana esensi dakwahnya?

Jadi sebenarnya tidak ada alasan yang tepat jika antum ingin orang lain tahu kegalauan yang sedang antum alami. Saran saya, kalaupun sangat berkeinginan kegalauan antum dinikmati oleh orang lain, menggalaulah dengan berkualitas dan terhormat. Curahkan kegalauan itu, misalnya, dalam sebuah karya sastra dengan tetap mengedepankan nilai-nilai dakwah. Atau tuliskan artikel dan kirim ke sekolahmurabbi.com. Itu jauh lebih bermanfaat.

Katanya jomblo terhormat, tapi masa gitu?
By.

Itu Aktivis Dakwah Apa Jomblo Galau?


SekolahMurabbi.com - Cinta itu setengah-setengah. Setengahnya kebahagiaan, setengahnya lagi perjuangan. Dan keduanya tak pernah bisa dipisahkan. Kau takkan dapatkan nikmatnya kebahagiaan bila tak kaurasai hebatnya perjuangan. Itu sama mustahilnya dengan mengharap pohon berbuah tapi tak pernah mau menanam benih di tanah ladang.


Cinta itu setengah-setengah. Setengahnya memiliki, setengahnya lagi ikhlas jika nantinya kehilangan. Mencintai yang fana tak boleh terlalu berlebihan. Sebab cinta buta adalah awal dari penderitaan. Kelak mereka yang tak memiliki setengah yang kedua di hatinya takkan siap menghadapi hidup saat hikayat cintanya menemui titik akhir bernama perpisahan.

Cinta itu setengah-setengah. Setengahnya terang-terangan, setengahnya lagi dilakukan diam-diam. Maka abadilah cinta kaum muslimin yang karena Allah. Ketika bertemu, jabatan tangan, tatapan mata dan bincang-bincang mereka adalah ungkapan cinta. Ketika berpisah, ke-salingcinta-an terungkap dalam doa-doa yang dipanjatkan. Sebelum mereka, Rasul akhir zaman telah lebih dulu meneladankan. Ia habiskan sebagian usianya berdiam diri di gua Hira’, memikirkan umat yang dicintainya sedang berada di titik nadir peradaban. Lalu ketika perintah datang, ia tak sedikitpun ragu menyatakan cintanya terang-terangan. Cinta itu, kita tahu, bernama dakwah Islam.

Cinta itu setengah-setengah. Setengahnya memberi, setengahnya lagi penerimaan. Menjadi pencinta berarti siap memberikan cinta untuk yang dicinta. Menjadi pencinta juga berarti siap menerima segala respon balik pemberian. Entah itu penghargaan, pujian, atau bahkan penolakan yang penuh caci maki dan hujatan. Jika ada orang yang siap memberi tapi tak siap menerima, ia sesungguhnya belum memahami hakikat mencintai. Lekaslah berkaca pada teladan terbaik kita, Rasulullah saw. Betapa ketika ia mendakwahkan cinta, yang diterimanya dari orang-orang yang dicintainya adalah kata-kata menyakitkan, perlakuan penuh kebencian, percobaan pembunuhan, bahkan tantangan untuk perang. Tapi cintanya tak padam. Seusai perang Badar, tawanan-tawanan itu bahkan dibebaskan. Ini bahasa cinta yang sulit kita pahami logikanya.

Cinta itu setengah-setengah. Setengahnya syukur, setengahnya lagi kesabaran. Sebab cinta adalah romantika kehidupan, kau takkan mampu menjalaninya dengan syukur sebagai bekal. Dalam perjalanan cinta, ada saat-saat di mana kau tak temui harapan sesuai keinginan. Jika tak memiliki sabar, mungkin kau akan memilih berhenti dan berpaling ke lain haluan. Tersebutlah Thaif dan saat-saat setelah ‘Amul Huzni, tempat dan waktu di mana Rasulullah saw. mengajarkan kita tentang menjalani cinta dengan kesabaran. Selepas kehilangan Khadijah dan Abu Thalib, dua sosok yang menamenginya selama ini, penduduk Thaif menolak dakwahnya dengan keras hingga terompahnya memerah teraliri darah. Masuk akal jika malaikat menawarkan kaum itu dibinasakan. Bukannya mengiyakan, Rasulullah malah mendoakan Thaif. Ini bahasa cinta yang sulit kita pahami logikanya.

Cinta itu setengah-setengah. Setengahnya kemesraan, setengahnya lagi penghormatan. Kemesraan menjaga cinta tetap menyala, tapi penghormatan menjadikannya lebih terhormat. Begitulah Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali dan sahabat-sahabat yang mulia mencintai Rasulullah saw. Mesra hingga lutut-lutut mereka bertemu dalam setiap majelis halaqah. Hormat hingga tak ada satu orangpun yang memanggil sang Nabi kecuali dengan panggilan “ya Rasulullah”.

Begitulah cinta adanya. Kau takkan pernah menjadi pencinta yang sempurna andai hanya memiliki setengahnya saja. Maka jadilah bahagia tapi tak lupa menjaga semangat perjuangan, memiliki namun siap ikhlas jika harus kehilangan, memesrai dengan menggenapkan penghormatan, memberi sekaligus menghargai segala pemberian, mengekspresikannya terang-terangan sembari tetap menyalakannya dalam diam dan memanjatkan syukur atas segenap kelebihannya, lalu bersabar atas segala kekurangannya.

Berat? Bisa jadi. Tapi begitulah cinta sejatinya. Dan kukabari kau, Kawan. Pencinta sejati di dunia ini jumlahnya hanya segelintir.
By.

Cinta Itu Setengah-setengah


SekolahMurabbi.com - Semua orang pasti merasakan jatuh hati. Siapapun tak ada larangan menerka-nerka kiranya siapa pendamping hidupnya, meskipun kebiasaan menerka ini bisa melahirkan penyakit baru. Penyakit yang menjangkiti pula para aktivis ‘genit’. Korbannya tak terbilang. Penyakit ini bukan hanya melukai tapi juga mengacaukan saraf anak gadis orang. Penyakit ini yaitu suka boking anak gadis orang.

“Ukhti, nanti kalau ukhti menikah dengan orang lain, hati ini jadi terluka”

“Saat rindu gelayuti diri, panah-panahnya hangat menancap di jiwa. Aku tertusuk, aku terpaku. Hanya pada bunga mawar rekah. Apa kabar mawar jiwa” bunyi SMS yang dikirim iseng pada seorang akhwat.

“Karena ada kamu, aku tidak sanggup menyukai gadis lain selain dirimu”

“Subhanallah, ibadahmu luar biasa ya ukht”

“Tunggu aku selesai S2 ya ukhti”

“2 bulan lagi ana akan datang ke rumahmu”

Mungkin barangkali kita mengucapkannya dengan bercanda. Tapi tahukah kita bagaimana reaksi mereka? Mereka menganggap ini serius. Akhwat juga manusia biasa, yang bisa berbunga saat dihujani pujian tak terkira. 

Jangan beri harapan. Karena belum tentu cinta kita akan berlabuh dihatinya selamanya. Jangan mengobral cinta, mungkin dia tampak teguh, tapi dia sesungguhnya rapuh.

Jangan minta ia menunggu. Karna kita telah membuat dia berharap. Jangan ucapkan apapun yang berbau pengharapan. Biarkanlah mereka tenang tanpa ucapan manis dan pengharapan berlebihan. Lebih baik jaga lisan dan jaga perasaan.

Jadi mulai sekarang jangan main boking anak gadis orang! 

Jangan Boking (Akhwat) Anak Gadis Orang!





SekolahMurabbi.com -  Saudaraku padangan  kita memang milik kita, namun ingat itu adalah ciptaan Allah yang dititip untuk menikmati dan mensyukri bertapa indahnya cipta Allah yang lain. Ingatlah nanti Allah akan meminta pertanggujawaban atas mata kita. Seandai yang  dilihat banyak hal yang dilarang dan dibenci-Nya apakah Allah tidak akan murka terhadap kita.

Banyak akibat yang ditimbulkan oleh pandangan mata,  jika yang ditimbulkan hal positif alhamdulillah tapi jika yang ditimbulkan hal negatif nauzubillahiminzalik.

Pandangan pertama adalah salah satu “provokator “ syahwat oleh karena itu menjaga pandangan hal pertama yang harus dilakukan sebagai usaha menjaga kemaluan. Melepaskan pandangan tanpa kendali akan menyebabkan siapa saja bisa terjerumus dalam jurang kebinasaan.

“jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan padangan (berikutnya). Padangan pertama itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.”(H.R. At Turmudzi hadist hasan ghorib).

“Pandangan itu adalah panah beracun dari panah panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan  pandangannya dari kecantikan seorang wanita,  ikhlas karena Allah semata, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari kiamat.”  ( HR. Ahmad )

“Palingkanlah pandangan kalian, dan jagalah kemaluan kalian.” (HR. At Thobrani dalam Al mu’jam al kabir).

Manfaat manundukkan pandangan adalah: 

a. Menundukkan pandangan adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah. Di mana padanyalah puncak kebahagian seorang hamba di dalam hidupnya di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

"dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar.”(al-Ahzab:71)

b. Menundukan pandangan akan menghalangi sampainya sasaran panah beracun yang menembus hatinya dan bisa jadi dengan hal itu dia binasa. Seorang penyair pernah berkata:
Banyak pandangan yang menghancurkan hati pemiliknya
Seperti membunuhnya panah, padahal dia tanpa busur dan tali

c. Menundukkan pandangan akan melahirkan kesenangan di dalam hati, kelapangan dada dan kelezatan yang melebihi kesenangan yang muncul akibat memandang, hal itu terwujud dengan meunndukkan musuhnya dengan cara menentang kehendak hawa nafsu.

Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Abi Qotadah dan Abi Dahma bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali Allah akan menggantikan bagimu dengan sesuatuyang lebih baik darinya”.(Musnad Imam Ahmad: 5/363)

d. Menundukkan pandangan akan mendatangkan cahaya bagi hati,  sebagaimana melepaskan pandangan akan menyebabkan kegelapan bagi hati, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan ayat tentang cahaya setelah perintah untuk menundukkan pandangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada Pelita besar.” (an-nur:35)

Dikutip dari Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi. 2010. Menundukkan Pandangan. Islam house.com

Mata-Mata, Pandangan Mataku

Penulis: M.Ridho Rahman
Editor: YF Rijal


SekolahMurabbi.com - Menikah? Siapa sih yang tak mau menikah.

Mungkin ada, tapi bukan karena tidak ada pasangan melainkan karena ada penyakit. Salah satu penyakitnya adalah pengecut, takut pada tanggung jawab. Dan penyakit ini banyak menimpa di wilayah barat sana, pada orang-orang yang bahkan tidak punya keyakinan dalam dirinya.

Bagi orang timur terlebih bagi umat Muslim, menikah adalah salah satu sunnah terbesar dalam ibadahnya. Setengah dari agama imbalannya.

Kalau kata Rasulullah, saat sebelum menikah kita ibadah cuma dapat satu pahala. Setelah ijab kabul maka pahalanya jadi dua. Lah, minimal saat berdoa tidak sendiri lagi tapi sudah ada yang mengaminkan.

Lantas kenapa banyak orang masih takut menikah, banyak pemuda justru menikmati masa "maksiat " padahal telah pantas untuk menikah?. Yap, pertanyaan yang patut dijawab oleh para orang tua, terutama orang tua pemudi. Terlalu banyak syarat yang memberatkan bagi pemuda. Syarat yang begitu keduniaan dan tidak berorientasi akhirat. Perlukah keluar statemen dari pemuda, " Pak, Bu, ijinkan saya berzina dengan anak Anda"?

Miris sekali. Faktanya, kejadian di atas banyak terjadi di negeri Muslim terbesar saat ini. Padahal Rasulullah telah menitipkan pesan untuk para orang tua melalui anak gadisnya. "Jadilah wanita yang paling ringan maharnya". Teladanilah yang patut diteladani. Ikutilah yang patut diikuti.

Contohlah  kejadian seorang pemuda yang berani melamar kepada seorang ustadz. Lalu hanya diberikan syarat mahar berupa hafalan Al Quran. Tanpa persyaratan lain.  Tapi hal ini baik untuk dirinya maupun untuk kehidupannya kelak.

So, siapa lagi orang tua yang berani memberikan syarat seperti itu? Mudah-mudahan banyak pemuda yang berani.

Mari,  menghafal mahar.

10 September 2015
Ditengah letihnya memikirkan masa depan.

By.

Menghafal Mahar

 
SekolahMurabbi.com - Lelaki itu telah lama mencintai sepupunya. Ia tergila-gila pada gadis cantik tersebut. Ibarat bunga, sebagai kumbang ia ingin menghisap seluruh saripatinya. Berbagai cara ia lakukan; mendekati, merayu… namun tak juga takluk sang gadis tersebut.


Hingga suatu saat di masa paceklik, gadis itu datang menemuinya. Keluarganya ditimpa kesulitan, ia butuh uang. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Apa yang selama ini diinginkannya kini datang menghampiri, pikir lelaki itu.

“Aku akan membantumu,” kata lelaki itu setelah mendengar gadis pujaan hatinya menyampaikan mengapa ia datang, “ tapi dengan sebuah syarat.
“Apa syaratnya?”
“Kau harus mau tidur denganku”
Deg! Meski dulu lelaki itu pernah merayunya, ia kaget kali ini dalam kondisi terjepit dirinya dimanfaatkan untuk berbuat dosa. Namun karena butuh uang, akhirnya ia terpaksa menerima syarat itu.

Lelaki itu girangnya bukan main. Ia pun memberikan 120 dinar padanya, lalu bersiap-siap untuk menikmatinya. Namun, di saat ia telah siap, sang gadis mengatakan kepadanya: “Bertaqwalah kepada Allah dan janganlah pecahkan tutup kecuali dengan cara yang sah.”

Mendengar nama Allah disebut, lelaki itu gemetar. Ia menjadi takut. Takut kepadaNya. Bagaimana mungkin ia akan berzina sementara Allah terus mengawasinya. Bagaimana mungkin ia akan merenggut keperawanan gadis muslimah sementara Allah Maha Mengetahui segalanya.

“Bawalah uang itu pulang,” kata lelaki mengikhlaskan dinarnya. Ia tidak jadi berzina.

Beberapa lama setelah peristiwa itu, lelaki tersebut terjebak dalam gua ketika bermalam di sana bersama dua temannya. Pintu gua tertutup batu besar sehingga mereka tak bisa keluar. Segala upaya sia-sia. Batu itu terlalu kokoh untuk bisa digeser. Di saat seperti itu mereka sadar, tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka kecuali Allah. Maka mereka pun berdoa satu per satu dengan tawassul atas amal terbaik mereka.

Laki-laki pertama berdoa dan bertawassul dengan amalnya berbakti kepada kedua orang tua. Selesai berdoa, batu itu bergeser. Pintu gua sedikit terbuka. Laki-laki kedua, yang tak lain adalah dirinya, berdoa dan bertawassul dengan amalnya ikhlas menyerahkan uang 120 dinar dan membatalkan zina, pintu gua pun semakin terbuka namun belum cukup untuk dilewati. Terakhir, lelaki ketiga berdoa dan bertawassul dengan amalnya yang amanah menyimpan gaji karyawan dan mengembangkannya menjadi peternakan besar lalu memberika seluruh harta itu kepadanya. Pintu gua akhirnya terbuka lebar dan mereka pun bisa keluar. (Kisahikmah)
By.

Kegagalan Menzinai Sepupunya Menjadi Tawasul Terbukanya Pintu Gua

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com