/
Tampilkan postingan dengan label Muslimah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muslimah. Tampilkan semua postingan

SekolahMurabbi.comCinta itu... fitrahnya manusia. Sepatah kata indah yang tak bermuara. Mampu membuat pelakunya seakan tuli dan buta. Menyihir segenap hati manusia dengan lantunan irama yang menggema. Namun, jika ucapan akad belum terlaksana, ikhlaskan dan lepaskanlah ia,  untuk menjagamu dari dosa.


Sheren termenung. Memaknai kata-kata yang dari tadi ia tuliskan di dalam lembaran-lembaran diarinya. Bagaimana tidak? Sudah hampir setahun, hatinya mulai bersih dari “Virus Merah Jambu”. Namun, kali ini Sheren gagal. Ternyata, tanpa ia sadari...Sheren telah jatuh cinta lagi.

Namanya Mirza Ramadhana. Seorang mahasiswa kedokteran pada sebuah universitas ternama di Banda Aceh. Orang lain biasa memanggilnya Mirza. Ia sosok yang rajin, suka menolong, tak pernah meninggalkan shalat, hafal Al-Quran serta memiliki segudang prestasi . Hal itu yang membuat Sheren kagum padanya.

Sheren mengenalnya sejak pertama kali  mendaftar sebagai salah seorang pengajar di  Bimbel “Alif Ba Ta”, tepatnya di tengah kota Banda Aceh. Sewaktu seorang mentor  memperkenalkan ia pada Sheren, Sheren hanya tersenyum. Ia adalah sosok yang humoris. Meski kadang juga tampak begitu serius dan humanis.

Hari demi hari berlalu. Semua berjalan seperti yang diharapkan. Sheren dengan sikapnya yang pemalu, tak berani mengatakan hal hal yang ia anggap penting dihadapan Mirza. Sheren paham, interaksi dan komunikasi hanya akan memupuk rasa yang belum saatnya terbina. Ia tidak ingin, rasa ini tersiram baik hingga menjadi sebuah tanaman yang kokoh. Ya, belum saatnya semua itu terjadi.

Sewaktu itu, Mirza baru saja diangkat sebagai koordinator pengajaran dan Sheren juga kebetulan diangkat sebagai bagian administrasi. Terkadang Sheren meminta seorang perantara untuk menyampaikan beberapa hal padanya terkait program bimbel yang tengah berjalan. Hingga suatu hari, saat sedang bekerja diruang kesekretariatan. Sheren terhenti sejenak. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Sheren memiringkan posisi duduk sambil sekilas memandang Mirza dari arah belakang. Mirza tampak sibuk mengatur berbagai berkas penting dan menyusunnya ke dalam lemari. Lalu, tiba tiba saja, tanpa ada yang  meminta, hati kecilnya berkata ,” Mungkin, suatu saat nanti aku akan menyukainya dan akan bersama-sama membangun rumah tangga ke syurga,” Bisik Sheren pelan.

“Ren..Sheren..Nih ada anak yang mau bayar uang bulanan,” Sambar Sinta dari arah belakang.

“Ia...mungkin suatu saat nanti,” Jawab Sheren singkat.

“Hah? Suatu saat nanti, gimana? Ini lho uangnya udah dikasih sama Karina”.

“Eh..ehm..ehm..ia, Sin. Maksud Sheren.. Maksud Sheren..Mungkin suatu saat nanti Bimbel ini bisa melahirkan anak-anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual. Ia.. gitu maksud Sheren,” Pipinya mulai memancarkan rona kemerahan.

“Kamu kenapa? Melamun ya?” Sinta membalikkan badannya ke arah Mirza.

“Hmm, aku mengerti sekarang. Maksud kamu...?"

“Husttttt,” Sheren menutup mulutnya dengan paksa. “Yuk, kita ke ruang depan, Sin!” Sheren menarik tangan Sinta.

Enam bulan telah berlalu. Berawal dari sebuah keyakinan dan pandangan yang memaksa Sheren untuk terus bertahan dengan rasa yang belum pantas untuk diperjuangkan. Namun, karena rasa yang tidak jelas datangnya dari mana dan akan mengalir kemana, membuat Sheren memikirkannya secara tiba-tiba.

Ia kembali membuka diarinya dan terus menulis.

Ya Allah. Semenjak aku mengenal Mirza, tilawahku menjadi ketinggalan, shalatku kejar-kejaran, prestasiku diambang kehancuran, cita-citaku melayang ke atas awan. Hari-hariku diisi dengan bayangan bayangan masa depan yang tidak pasti, sedangkan aku tidak pernah tahu, apa sesungguhnya yang akan terjadi?

Ya Allah. Aku sadar, sudah betapa banyak dosa yang aku tanam dengan mengenangnya dalam ingatan, menatapnya pada setiap kesempatan, memaksaMu untuk menjawab takdir yang belum saatnya teruangkapkan. Hari ini, aku bertekad, untuk mengembalikan Mirza kepadamu. Aku mohon, ampunilah hati ini yang telah terkotori oleh keinginan duniawi. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Takdir yang menentukan siapakah yang akan engkau titipkan untuk membimbingku, menemaniku, bersama meniti langkah menggapai ridhoMu.

Sheren menghapus air mata yang telah jatuh membasahi buku diary mungilnya. Lantas, ia berwudhu untuk melaksanakan shalat istikharah. Meminta petunjuk pada Allah agar membimbing hatinya agar senantiasa menuju pada arah yang mendekatkan dirinya pada Sang Pemilik Hati.

*Cerpen adalah bagian dari novel “Diantara Istikharah Cinta”

***

Sahabat yang dirindukan syurga…

Mungkin kisah diatas pernah sahabat alami dalam kehidupan sehari-hari. Salahkah? Saya rasa tidak. Mencintai dan dicintai adalah fitrahnya manusia. Namun, Allah telah berfirman dalam Al-quran Surah Al-Isra ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Memandang adalah zina mata. Membayangkan adalah zina fikiran dan hati. Bahkan, sms atau bbm yang tidak memiliki tujuanpun kadang patut dipertanyakan. Hati-hati dengan sebuah  keyakinan. Buatlah benteng yang kuat untuk menjaga pandangan. Tidak salah jika ada pepatah yang mengatakan “Dari mata turun ke hati”.

Maka hanya ada dua pilihan. Halalkan atau ikhlaskan. Belajar untuk melupakan adalah hal yang terbaik. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Ingat, bahwa kita masih tetap bahagia walau tanpa dia. Tunjukkan padanya bahwa suatu hari nanti kita pasti bisa bahagia setelah semua cita-cita yang kita raih sudah didepan mata. Tunjukkan padanya bahwa patah hati membuat kita lebih sempurna. Jangan pernah menyelipkan dendam. Tapi berterimakasihlah karena kita pernah berjumpa dengannya. Terluka. Namun, bisa bangkit dengan segera.

Jika belum berhasil, maka sibukkanlah diri kita dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti menulis, mengikuti kajian, tilawah atau berolahraga. Ingat, jika hadirnya ia membuat kita jauh dari Allah, mungkin ia bukan cinta sejati. Jika belum berhasil juga, cobalah untuk menghilangkan kenangan-kenangan yang mungkin pernah ia ciptakan. Lalu, cobalah untuk tidak “stalking” akun sosial medianya. Ingat, semakin sering kita membukanya, semakin sulit kita menghapusnya dalam ingatan. Selanjutnya, sadarilah bahwa setiap mengingatnya maka kita akan melakukan “zina hati dan zina fikiran” yang jika terlalu sering, maka dosa itu akan tertimbun. Jadilah single yang bermartabat, jika menikah menuai manfaat. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Laki-laki yang baik akan dipertemukan dengan perempuan yang baik. So, jangan khawatir! Yuk, Move On!

*Tulisan ini dibuat sebagai nasihat (bagi penulis dan pembaca) serta bagi para sahabat yang sedang jatuh cinta. Halalkan atau ikhlaskan. Single bermartabat, jika menikah menuai manfaat.





Farah Febriani

Mahasiswi jurusan Psikologi FK Unsyiah. Hobi membaca, menulis, MC dan traveling. Saat ini sedang merampungkan novel yang berjudul “Diantara Istikharah Cinta”. Beberapa cerpen dan puisi telah diterbitkan dalam buku antologi. Alumni sekolah murabbi angkatan ke-2.
By.

Biarkan Cinta Memilih Takdirnya



SekolahMurabbi.com - Alhamdulillah. Bulan November ini, genap 3 bulan sudah aku dan suami menjalin ikatan suci. Ehm! Masih seumur jagung sih katanya. By the way, umur jagung emang berapa yah? Haha. keliatan banget kan cuma ngikut doang.

Meski baru 3 bulan, tapi rasanya perjalanannya panjang. Bukan pacaran sebelum menikahnya tambah masa-masa galaunya, bukan yah, karena kami menikah tanpa pacaran, alhamdulillah. Yang ada, pacarannya makin mesra setelah menikah. Alhamdulillah.

Jadi begini, aku menulis ini karena seringnya sharing sama beberapa kawan yang sampai saat ini katanya jodohnya masih jauh. Nggak tahu lagi sampai di terminal atau stasiun mana, atau masih liburan ke luar pulau atau luar negeri kali jodohnya, hehe.. Daripada pas ketemu, banyak banget yang nanya, atau penasaran yah, jadi sekalian ditulis disini.

Balik lagi soal jodoh, pasti Allah sudah menetapkan yang terbaik dari yang terbaik. Menurut standar siapa? Ya pastinya standar Allah dong. Kalau standar manusia mah nggak ada ukuran puasnya, nggak ada rasa syukurnya. Sedikit flashback, pernikahanku yang kedua dan inshaallah yang terakhir ini juga merupakan kehendak Allah. Kalau gitu, jodohku ada dua dong yah? Hm, mungkin begitu. Walllahu a'lam. Yang jelas, aku jadi paham bahwa di pernikahan sebelumnya, aku yang sempat mempertanyakan soal takdir dan hadist yang berbunyi, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, begitu juga sebaliknya, kembali disadarkan dengan jalan takdir itu sendiri. Berarti kalau dulu aku bersuamikan orang yang agak 'bermasalah' soal kejujuran dan sikap lain yang mendukung rasa sayang jadi berkurang, berarti.... apa hayo? Tandanya, aku pun masih di level yang sama. Masih belum tahu sejatinya diri sendiri ini siapa dan akan melangkah kemana. Masih disibukkan hal-hal duniawi. Tidak atau belum ada di tingkat mengenali diri dengan baik.

2012 hingga 2015. Cukup lama juga. Sekitar 3 tahun aku berjalan di atas kaki sendiri untuk survive semenjak perceraian itu. Dan aku bertekad untuk tidak menjalin hubungan dengan siapapun. It's called, pacaran. Kenapa? Aku mulai ingin melakukan hubungan serius yang sebenarnya. Tanpa sakit hati dan semacamnya. Selain, perasaan berdosa yang selalu muncul menjalani masa-masa seperti itu. Dengan bertambahnya usia dan waktu, tak ada alasan untuk konsisten dengan pilihan.

Lalu, kenalnya dari mana dong kalau nggak pacaran ? Sabarlah, Allah pasti membuka jalan. Prinsipku waktu itu adalah buka jalan seluas-luasnya untuk pertemanan. Dulu, juga aku pernah dinasehati seseorang untuk memaafkan masa lalu dan buka hati. Begitu ada yang mendekat, tantang untuk menghalalkan. Dan disitulah kamu bakal melihat keseriusannya. Saat itu, aku cuma manggut-manggut. Paham secara bahasa, tapi tak paham prakteknya seperti apa.

Tetapkan Kriteria

Di masa-masa galau juga, aku bertemu dengan seorang kawan lama yang dulu sama-sama sekampus dan baru saja menikah. Saat itu, aku yang baru bercerai, dinasehati panjang lebar. Dikasih masukan, panjang tapi berarti. "Prit, kamu tuh nggak bisa nikah sama orang yang 'biasa-biasa'. Harus yang punya social interest sama, yang bisa melakukan apapun seperti yang kamu lakukan. Saranku, tetapkan kriteria. Ketika ada yang deket, intip lagi kriterianya, kalau nggak masuk, tinggalin aja." Wow, setegas itu, pikirku. Tapi, aku melakukan itu kok. Lumayan, ada penjagaan.

Ada sau dua orang yang aku dekat, aku langsung lihat kriteria. Kadang di tengah aktivitas padat yang aku lalui sehari-hari, sebenarnya ada rasa gelisah dalam diri. Akan berlabuh kemanakah hati? Akan tinggal membangun rumah tangga dengan siapakah diri?

Kegelisahan ini muncul saat aktivitas mulai tak begiu padat, atau malam hari. Dari malam ke malam, dari hari ke hari. Saking nggak ada kerjaannya, sering sekali antar teman sekantor, saling ngobrol siapa diantara kami yang bakal duluan ke pelaminan. Pasti saat itu semua jawaban dan prediksi menuju ke yang sudah memiliki calon. Dalam arti dekat atau bahkan ada yang sudah pacaran bertahun-tahun. Dan saat itu sih, aku cuma manyun. Pasrah.

Kenali Diri dan Perbaiki Diri

Sampai suatu hari, aku datang ke sebuah ameran buku, dan mataku teruju pada satu buku, judulnya Jodoh Dunia Akhirat. Sampulnya ungu lucu dengan karikatur sepasang burung. Aku penasaran dan akhirnya memasukkannya dalam daftar belanja. Judulnya benar-benar bikin aku menebak-nebak apa saja pembahasannya.

Mata dan hatiku kembali tertohok saat disitu tertulis, bahwa kita harus ikhlas mendengar kabar gembira pernikahan. Perasaan iri saat menerima undangan teman, dan dalam hati berkata, kapan ya giliranku? Itu sama sekali nggak perlu. Atau pernyataan ingin menikah karena perasaan-perasaan yang kurang benar. Misalnya seperti faktor usia, tuntutan keluarga, ingin keluar dari rumah supaya bisa bebas dari aturan keluarga, dan alasan lain yang sejenis. Wih, aku langsung berpikir. Luruskan niat.

Akhirnya aku berefleksi ke kehidupan yang aku jalani beberapa tahun terakhir. Aku sadar bahwa kadar keimananku berkurang. Shalat dan ibadah ritual ya tetep, tapi dengan kualitas seadanya. Maksudnya? Aku berhijab sejak duduk di bangku SMP kelas 3. Kurang lebih 16 tahun sudah. Dan alhamdulillah nggak pernah melepas hijab di depan umum. Tapi, ternyata kurang lebih 2 tahun di pekerjaan kantoranku saat itu, aku memilih praktis karena harus tinggal di kontrakan bersama cowok cewek yang disebut mess. Jadilah di dalam mess, hijabku aku tanggalkan, dan berpakaian layaknya muhrim semuanya. Astaghfirullah, langsung aku sadar dan terhenyak.

Ampuni aku ya Allah, aku berniat mengembalikan kadar keimananku lebih lagi. Malam itu pun aku berpesan pada cowok-cowok se-mess untuk mengetuk pintu lebih dulu karena aku akan keluar dengan hijab. Mulai dari sekarang. Agak berat saat pertama mengikrarkan, tapi harus.

Malam itu juga, tiba-iba aku bermimpi sedang ditunggu oleh satu jama'ah untuk memimpin bacaan dari sebuah ayat Al-Qur'an. Semua mengejar-ngejarku. Sampai akhirnya aku membaca.

Selesai membaca ayat di atas, aku langsung terbangun dari tidur. Hari sudah pagi, dan aku langsung browsing artinya. Subhanallah. Tidak ada suatu yang kebetulan. Mungkin ini hidayah keduaku, setelah sekian lama. Aku lupa tanggal persisnya. Saat itu, aku niatkan untuk istiqamah menjaga hijab di dalam mess, dan otomatis di luar.

Ternyata nggak selesai sampai disana. Saat iseng maen-maen ke toko buku Gramedia, mataku juga tertuju sama satu kata yang sudah lama kukenal yaitu khilafah. Khilafah adalah satu sistem pemerintahan Islam yang menjalankan seluruh aturan Allah secara kaffah (sempurna) dan komprehensif. Satu kepemimpinan untuk satu dunia, seperti zaman Rasulullah SAW, hingga para sahabat, dan terhenti pada 1924 H. Dulu, aku dapat pengetahuan ini dari mbak kandungku yang alumni IPB dan juga mendapatkan hidayah saat berkuliah disana. Kubuka buka isinya, infographic khas buku Ust. Felix Siauw sebelumnya.

Semalaman aku nggak bisa tidur. Kubaca isi bukunya. Dannnnnn, logika berpikirku, folder ilmu pengetahuanku menjadi runtut dan sistematis. Ada tiga pilar kejayaan Islam seperti sedia kala, yaitu : 1) Individu yang berakhlak, 2 ) Masyarakat yang 'amar ma'ruf nahi munkar, dan 3) Pemimpin dan sistem kepemimpinan yang menerapkan sistem Islam. Selama ini banyak kekhawatiran sosial, banyak femomena di sekitar yang membuat hati berteriak, dan banyak pula karya komunitas maupun masyarakat berprestasi yang sudah menjejali jagad, lalu kenapa kita tetap terpuruk? Logikaku mencari, dan ini jawabannya. Selama 1 dan 2 berjalan, namun yang ke-3 tidak berjalan, maka silakan menikmati segala kesimpang siuran hari ini.

Lantas, otakku berpikir keras, untuk apa selama ini aku muslim, aku yang merasa termasuk kaum yang dianugerahi intelektual lebih dibanding yang lain, tapi ternyata hasil keintaranku bukan untuk kemajuan Islam? Subhanallah, aku menangis sejadi-jadinya. Selama ini aku bodoh dan hanya memikirkan kepentinganku saja.

Malam itu pula aku tekadkan untuk berhijrah menuju Islam kaffah. Aku yang biasanya susah sekali dinasehati soal hijab syar'i, yang tidak memakai celana dan rok terpisah dengan baju-baju modis yang biasanya berukuran mini dan kerudung pendek dengan ragam model, tapi lebih pada baju gamis panjang satu helai dan kerudung simpel menutupi dada serta berkaos kaki. Malam itu logikaku hancur. Aku tak kuasa menolak kebenaran Allah. Allah yang menciptakan manusia dan menyediakan serangkaian aturan untuk manusia bisa sejahtera. Lalu, kenapa aku menyangkal?

Selanjunya, ku sortir baju-bajuku yang nggak masuk kriteria hijab syar'i, dan kusederhanakan kerudungku, juga menutup aurat kedua belah kaki. Aku tunduk pada Mu ya Rabb yang menciptakanku.

Semuanya Menjadi Mudah

Entah apa yang terjadi kemudian, Allah Maha Pengatur segala sesuatu. Menjelang lebaran tiba, masa-masa ta'aruf itu datang dengan seorang hamba yang nggak pernah ada dalam prediksiku. Jauh dari logika apapun. Orang yang baru kukenal 31 Mei 2015, sering menghubungi dan menyampaikan maksudnya untuk menikahiku dengan segala latar belakangku. Bukan karena siapa aku, tapi nilai yang ada dalam diriku ( baca : Cinta, Inilah Perjalanan Takdir).

Awalnya, aku bilang akhir tahun saja menikah sambil menumbuhkan chemistry. Karena pertama kali memakai sistem ta'aruf, jujur aku bingung harus mulai dari mana. Keluarganya dan keluargaku malah memberi restu, kenapa nggak sehabis lebaran saja? Dan saat aku menghubungi sahabat-sahabat erdekatku untuk memohon restu dan diberi petunjuk yang terbaik, semuanya reflek mendoakan dan langsung mengajukan diri meng-handle urusan baju pengantin, souvenir, dan lain-lain. Aku terhenyak. Secepat inikahAllah? Segalanya berjalan begitu saja. Dengan ijin Mu.

Doa yang disarankan tutor kajian islamku saat itu, "Ya Allah, kalau dia yang terbaik untuk keimananku, maka mudahkan..."

Akhirnya, pertemuan aku dan dia yang akhirnya menjadi suamiku saat ini sebelum benar-benar resmi, berlangsung tiga kali. Pertama, saat kami dipertemukan dalam acara komunitas yang kami tak saling kenal sebelumnya. Kedua, saat dia menyampaikan maksud untuk menikahiku dengan langsung datang ke kantorku di Semarang, sekaligus kami menyusun rencana pernikahan. Juga berkenalan via telpon dengan keluarganya maupun keluargaku. Ketiga, H-1 sebelum akad. Kaku semua saat kami bertemu, tapi itulah penjagaan kami.

Hingga setelah akad nikah, aku menangis teharu bukan karena apa-apa, tapi karena mengingat waktu yang singkat tapi dengan perjalanan hidayah dan hati yang panjang dan sikap yang selalu kami jaga dalam mengawal proses hingga diresmikan Allah. Saat selesai akad, mata kami bertemu, tak saling bicara, tapi mata iu penuh syukur dan lega. Aku mencium tangannya dan dia mencium keningku untuk yang pertama kali.

Saat ini, genap 3 bulan, menjalani bulan keempat, aku sangat bersyukur memiliki suami pilihan Allah itu. Sakinah, mawaddah, warahmah selalu tercermin dalam keseharian kami, inshaallah kini dan nanti. Bagaimana kami bisa saling menghidupkan cinta yang tulus karena Allah dan selalu menikmati setiap detik pernikahan lewat takdir yang Allah gariskan.

Semoga buat kamu yang lagi baca dan belum jelas gambaran jodohmu seperti apa, nggak perlu galau berkepanjangan, coba aja tips berikut yah :

  1. Kenali karakter diri kamu, terutama kadar keimanan kamu di mata Allah, cek udah bener-bener ikhlas atau masih setengah-setengah menjalankan perintah-Nya.
  2. Memperluas relasi seluas-luasnya. Ikuti komunitas yang positif dan berkaryalah.
  3. Tetapkankriteria calon pendamping hidupmu sesuai dengan tuntunan Allah, bukan standar diri manusia, seperti banyaknya harta atau sempurnanya rupa.
  4. Jauhi pacaran.
  5. Luruskan niat menikah hanya karena Allah, bukan karena faktor lain.
  6. Tegas pada setiap lawan jenis yang mendekat, tanya tujuannya apa. Saat tujuan banyak membawa pada hal yang diluar aturan Allah, tinggalkan.
  7. Berdoa yang terbaik untuk diberikan jodoh yang terbaik untuk keimanan.
  8. Saat sudah ada calon, kumpulkan informasi dari orang-orang terdekatnya, cari tahu profil dirinya dari medsos atau blog, minta restu dari orang tua dan sahabat terdekat.
  9. Istikharah untuk memantapkan hati.
  10. Jika sudah mantap, tak usah berlama-lama, tetapkan rencana, dan jagalah pergaulan sampai harinya tiba.
Aku doain yah buat semuanya, cepat dipertemukan dengan jodoh terbaik menurut-Nya. Amin. Semoga bermanfaat sharing ini.




Prita HW

Perempuan lulusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Airlangga Surabaya. Hobinya menulis, membaca, dan travelling. Memilih jalan hidup untuk menjadi seorang freelancer di bidang literasi, menulis ataupun bergiat di literasi.
By.

Jodohmu Udah Dimana?

SekolahMurabbi.com -  I often come across sisters in our community who are single and searching for a righteous spouse. Many times, the challenges of finding a good match can lead to sisters failing to use their time productively before getting married.

Whilst getting married is a huge milestone in our lives, it does not need to be our only focus, as we are slaves of Allah12  first, above all other roles in life. As a young Muslimah, I am often told that priorities inevitably change once your are married, so in this article, I will be sharing my advice on how to maximise your free time before marriage.

There are many positive ways sisters can prepare themselves for this important chapter in life and ensure they are using their free time in the best way, before ‘Mr. Right’ comes along, in sha Allah. It is important to note that although this article is intended for single sisters, the tips will also be useful to brothers and married sisters who are looking to boost their free time.

1. Invest in your personal and professional development

One of the common regrets of married sisters is that they were not able to start or continue to fully develop their spiritual knowledge or professional development once they were married. So, focus on investing in your Islamic learning, maximising career development and contributing to society, before the commitments of marriage take over. Laying a good foundation before marriage will help you to get back into work or education if you take a break due to marriage or become a mother, in sha Allah.

One of the ways I have invested in my career is to get a mentor. Having older experienced women close by for feedback and advice can help you relate better to the challenges to overcome and will give you a head-start on how to balance family and work life. Additionally, starting your Islamic learning in a consistent manner is one of the best endeavours you will make, as many sisters find it a challenge (though definitely not impossible) after they get married and have more domestic responsibilities. There are many institutions that offer weekly classes in numerous aspects of Islamic knowledge and there are so many online coursesfor you to explore.

2. Serve your parents to your best ability

Many mothers or sisters who have greater family responsibilities often tell me that they are not able to fully serve their parents after marriage. We know there are numerous ahadith about the virtues of serving your parents, as Prophet Muhammad  said:

“Shall I inform you of the biggest of the great sins?” They said, “Yes, O Allah’s Apostle!” He said, “To join partners in worship with Allah, and to be undutiful to one’s parents.” [Al-Bukhari]

Let us find opportunities to give our parents time, especially if they are getting in their elderly years and require more care and attention. In my own personal life, I have been striving to prioritise my parents, and I am certain that Allah  will reward me for doing this so long as I am capable of fulfilling my duties to them.

3. Develop a new skill

After marriage, many sisters feel they do not get the time or opportunity to develop new skills or invest in their own passions and talents. If you have time in the evenings, weekends or when out of work, grab this precious chance to start a new hobby. This could be learning to cook for example, setting up your own business, learning a new language or taking up a sport. There is no time like the present!

4. Get practical advice on marriage

It is an unfortunate reality that divorce and cases of marital difficulty are on the rise. As a single Muslimah, you can be proactive and prepare for the challenges that married life could bring. It is sad that we spend so much of our youth striving for academic or professional goals, yet when it comes to marriage, people just jump in the deep end with no help or preparation! There are many practical and useful ways to gain advice for this important journey in our lives, from reading books, taking online and live courses and seeking advice from married couples.

Speaking to trusted sisters about their experience of marriage (without being too personal) has helped me think about the kind of marriage I envision for myself, and has also helped me prepare for the trials of married life. Have a read of books that describe the characteristics of a good husband and wife, and consider enrolling in courses like Megan Wyatt’s ‘Find Your Mr Right’ course. These will explore marital issues in more detail and give you the confidence to go into married life better prepared, in sha Allah. Remember these actions are not just for single Muslimahs! Single men and married couples should always be looking to improve themselves for a harmonious and happy marriage.

5. Make sincere dua for others

As Muslims we are encouraged to not only pray for ourselves, but also for others, as our beloved Prophet Muhammad  said:1

“The supplication of a Muslim for his (Muslim) brother in his absence will certainly be answered. Every time he makes a supplication for good for his brother, the angel appointed for thi1s particular task says: ‘Ameen! May it be for you, too.'” [Sahih Muslim]

When making dua, talk to Allah  as He is your Truest and Closest Friend. Be specific in what you want from a spouse – nothing is impossible or too small when asking from Allah , as provision from Him is limitless! Use the Best of Names of Allah  such as Al-Wadud, Al-Mujeeb, Al-Fattah, Ar-Rahman, Al-Latif, Al-Kareem and do not simply ask to be married. Rather, pray for a spiritually meaningful and productive marriage, supplicate for a spouse with good character and humor, and most importantly, make dua for a husband who fears Allah . Pray with full conviction and sincere hope that Allah  will guide you to whoever is best for you in this life and the akhirah.http://productivemuslim.com/your-time-as-a-single-muslimah/
By.

5 Ways to Boost Your time As a Single Muslimah

SekolahMurabbi.com - Waktu, semua kita memiliki waktu yang sama dalam sehari semalam 24 jam, dalam seminggu 7 hari dan seterusnya. Sekarang tergantung bagaimana kita memanfatkan atau memenejemen waktu kita. Waktu itu memiliki ke istimewa bagi orang yang bisa  memenejemen waktu dan menjadi suatu bumerang bagi orang yang tidak bisa memanfaatkan waktu dan  suka menunda-nunda. Waktu memiliki ciri-ciri dan kita harus memahami ciri-ciri waktu ini agar kita bisa memenejemen waktu yang kita miliki.
1.        Cepat Berlalu
Waktu itu berlalu tanpa kita sadari. Misalnya kita memiliki tugas yang harus kita kumpulkan dalam seminggu ke depan, dan kita berpikir waktu pengumpulnya masih lama, tapi pada saat waktu pengumpulan tugas itu sampai kita baru berpikir ternyata waktu seminggu itu tidak lama dan sangat cepat. Dalam firman Allah, Allah juga mengatakan bahwa waktu cepat berlalu.

“Dan (Ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) Hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya Rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”(Q.S. Yunus:45)

2.        Mustahil Kembali
Waktu yang telah kita lalui tidak mungkin kembali, misalnya umur yang kita miliki, sudah 23 tahun tidak mungkin akan kembali menjadi umur 17 tahun. Bigitu juga dengan kematian, disaat ajalnya telah sampai maka sampai disitulah umur yang dimiliki. Seperti firman Allah.

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah Aku (ke dunia).    Agar Aku berbuat amal yang saleh terhadap yang Telah Aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan”.
(Q.S. Al-mu’minun. 99-100)

3.        Harta termahal
Kenapa waktu harta termahal karena waktu itu cepat berlalu dan mustahil kembali seperti yang telah di bahas diatas. Sering kita dengar “waktu itu adalah uang” jadi tanpa waktu maka kita tak akan memiliki uang tersebut. Menurut hasan al- Banna “waktu itu kehidupan”. “kehidupan manusia tidak  lain adalah waktu yang ia lewati dari saat dia dilahirkan sampai meninggal. So mari kita gunakan dan memenejemen waktu kita sebaik mungkin, yang wajib kita laksanakan, yang sunah kita usahakan untuk kita laksanakan, yang mubah kita lakukan yang paling bermafaat dan yang makruh kita hindari serta yang haram betul-betul kita tinggalkan dan jauhi

Tik, Tik,Tik. Teng





SekolahMurabbi.com -  Saudaraku padangan  kita memang milik kita, namun ingat itu adalah ciptaan Allah yang dititip untuk menikmati dan mensyukri bertapa indahnya cipta Allah yang lain. Ingatlah nanti Allah akan meminta pertanggujawaban atas mata kita. Seandai yang  dilihat banyak hal yang dilarang dan dibenci-Nya apakah Allah tidak akan murka terhadap kita.

Banyak akibat yang ditimbulkan oleh pandangan mata,  jika yang ditimbulkan hal positif alhamdulillah tapi jika yang ditimbulkan hal negatif nauzubillahiminzalik.

Pandangan pertama adalah salah satu “provokator “ syahwat oleh karena itu menjaga pandangan hal pertama yang harus dilakukan sebagai usaha menjaga kemaluan. Melepaskan pandangan tanpa kendali akan menyebabkan siapa saja bisa terjerumus dalam jurang kebinasaan.

“jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan padangan (berikutnya). Padangan pertama itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.”(H.R. At Turmudzi hadist hasan ghorib).

“Pandangan itu adalah panah beracun dari panah panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan  pandangannya dari kecantikan seorang wanita,  ikhlas karena Allah semata, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari kiamat.”  ( HR. Ahmad )

“Palingkanlah pandangan kalian, dan jagalah kemaluan kalian.” (HR. At Thobrani dalam Al mu’jam al kabir).

Manfaat manundukkan pandangan adalah: 

a. Menundukkan pandangan adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah. Di mana padanyalah puncak kebahagian seorang hamba di dalam hidupnya di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

"dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar.”(al-Ahzab:71)

b. Menundukan pandangan akan menghalangi sampainya sasaran panah beracun yang menembus hatinya dan bisa jadi dengan hal itu dia binasa. Seorang penyair pernah berkata:
Banyak pandangan yang menghancurkan hati pemiliknya
Seperti membunuhnya panah, padahal dia tanpa busur dan tali

c. Menundukkan pandangan akan melahirkan kesenangan di dalam hati, kelapangan dada dan kelezatan yang melebihi kesenangan yang muncul akibat memandang, hal itu terwujud dengan meunndukkan musuhnya dengan cara menentang kehendak hawa nafsu.

Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Abi Qotadah dan Abi Dahma bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali Allah akan menggantikan bagimu dengan sesuatuyang lebih baik darinya”.(Musnad Imam Ahmad: 5/363)

d. Menundukkan pandangan akan mendatangkan cahaya bagi hati,  sebagaimana melepaskan pandangan akan menyebabkan kegelapan bagi hati, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan ayat tentang cahaya setelah perintah untuk menundukkan pandangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada Pelita besar.” (an-nur:35)

Dikutip dari Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi. 2010. Menundukkan Pandangan. Islam house.com

Mata-Mata, Pandangan Mataku




SekolahMurabbi.com



Si adek  : kak kenapa sih kakak pakek jelbabnya dua lapis atau tebal, bajunya longgar, udah tu pakek kaos sama sarung tangan  tu yang mirip kek ninja-nijaan?
Si kakak  : kenapa dek, kok cemberut gitu nanyaknya?
Si adek  : tu kakak-kakak kawan adek,, semua pada nanyak sama adek.
Si kakak : oh kakak kirain  kenapa. sayang kita ini ciptaan Allah dan Allah juga memberi buku    pedoman  untuk kita menjalani hidup kita. Bukan alat-alat elektronik atau buatan manusia aja yang punya buku pedomannya, kita juga punya. Buku pedoman kita adalah Al-Qur’an. Dalam Al-qur’an surat An-Nur ayat 31 dan hadist Rasullulah, kita yang cewek diperintahin untuk menutup Aurat.


Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. al-Ahzab:59)
[1232]  Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

“dalam riwayat aisyah r.a. bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasullullah dengan pakaian tipis, lantas rasullulah berpaling darinya dan berkata “hai Asma seorang wanita sudah mencapai haid(baligh), maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini dan ini”, sambil menunjuk telapak tangan dan wajah”(H.R. Abu Dawut)

Nah ini yang menjadi pedoman kita untuk berpakaian
Si adek  : kalau pakek jelbab  yang tipis, pakek baju ngepas, pakek celana. auratnya udah ketutup juga kan   kak? Biar nampak  cantik.
Si kakak  : adek....adek tau ngak beda dibungkus sama ditutup?
Si adek : kalau di bungkus bendanya berbentuk kayak bentuk bungkusanya, jadi  bentuknya nampak. Sedangkan kalau ditutup bentuk dari bendanya tidak nampak atau tidak berbentuk seperti bendanya. misalnya  guci yang dibungkus koran dan guci yang ditutup dengan kain supaya jangan berdebu. Jadi guci yang dibungkus koran bentuknya nampak sedangkan guci yang ditutup kain bentuk gucinya tidak nampak.
Sikakak : ceeee....Adek kakak pinter ya!. Sakarang yang jadi pertanyaanya Allah suruh nutup atau nyuruh bungkus?
Siadek   : disuruh tutup kak?
Sikakak : jadi kalau pakek celana, bajunya ngepas, jelbabnya tipis napak rambut, tertutup atau terbungkus?
Siadek  : hehehe....bungkus kak kayaknya.
Sikakak : sekarang adek udah taukan kenapa kakak pakek bajunya gini?
Siadek   : ya kakak
Sikakak : adek maukan mulai belajar pakek bajunya menutup aurat
Siadek   : ya kak, tapi adek kan masih kecil. Masih kelas 5 SD.
Sikakak : iya sayang. Tapi kalau mulai dari sekarang lebih baguskan, nanti pas adek udah gede adek jadi seorang muslimah yang disayang sama Allh.
Siadek : iya kak, aamiin. Adek sayang kakak banyak-banyak.
Sikakak : aamiin. Kakak juga cinta adek banyak-banyak karena Allah
 

Sayang Auratnya Jangan Dibungkus Ya, Tapi Ditutup

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com