SekolahMurabbi.com - Iman Ahmad telah meriwayatkan dari Shuhaib, bahwa Rasullullah Saw bersabda .“ Di antara umat-umat sebelum kalian terdapat seorang raja yang yang memiliki seorang tukang sihir yang sudah tua. Tukang sihir tersebut berkata pada raja: ‘sesungguhnya usiaku semakin tua dan ajalku akan tiba, karena itu berikan seorang pemuda pada ku agar kuajarkan ilmu sihir.’ Maka raja itu pun menyerahkan seorang pemuda, kemudian dia diajari ilmu sihir. Di antara sang raja dan tukang sihir terdapat seorang rahib. Si pemuda mendatangi sang rahib dan mendengar ucapannya, maka dia terkagum-kagum dengan ungkapan dan gaya bahasa sang rahib.
Suatu
hari dalam perjalanannya ada seekor binatang yang mengerikan dan besar,
sehingga mereka tidak dapat melewati jalan tersebut. Lalu si pemuda berkata.
“pada hari ini aku mengetahui, apakah perintah si rahib yang lebih dicintai
Allah atau perintah si tukang sihir’. Kemudian dia mengambil batu dan berdoa.’ Ya
Allah, jika perintah si rahib lebih Engkau cintai dan ridhai daripada perintah
tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melewati jalan.’
Sang pemuda pun melempar batu dan binatang itu mati.
Kemudian
diceritakan kejadian tersebut kepada sang rahib, lalu rahib berkata: ’ hai
anakku, engkau lebih baik daripada diriku dan engkau akan diuji, hendaklah
engkau tidak mengatakan tentang ku’. Sipemuda
dapat mengobati dan menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit.
Sang
raja memiliki seorang pembantu yang buta, pembantu tersebut mendengar tentang
pemuda ini. Maka dia pun mendatanginya dengan membawa hadiah yang sangat banyak
seraya berkata: “Sembuhkanlah diriku dan engkau akan mendapatkan apa yang ada
disni. Dia pun menjawab.’ Aku tidak
dapat menyembuhkan seorang pun, sebenarnya yang menyembuhkan itu hanya Allah
yang Mahamulia dan Mahaperkasa. Jika engkau beriman kepada-Nya, maka aku akan
berdoa sehingga Allah akan menyembuhkan kamu.
Maka pembantu itu pun
beriman, kemudian sang pemuda pun mendoakannya, lalu Allah memberikan
kesembuhan kepadanya. Setelah itu si pembantu mendatangi sang raja, dia duduk
didekatnya sebagaimana biasa dia lakukan. Sang raja berkata padanya’. Hai fulan
siapa yang mengembalikan penglihatanmu?’. ‘Rabb-Ku,’ jawab nya. ‘ Aku,’ tanya sang raja tersebut. Si pembantu
menjawab ‘ Tidak, Rabb-Ku dan Rabb-Mu’.
‘Apakah engakau mempunyai Rabb selain diriku?’ tanya sang raja. Dia pun
menjawab: ’ Rabb-Ku dan Rabb-Mu adalah Allah’.
Kemudian si pembantu di
siksa terus-menerus sehingga akhirnya dia memberitahu tentang sang pemuda, sang
pemuda pun di bawa menghadap raja. Sang raja berkata,’ Telah sampai padaku
bahwa sihirmu dapat mengobati dan menyembuhkan segala macam penyakit’. Sang pemuda
menjawab: aku tidak dapat menyembuhkan penyakit hanya tuhan saja yang dapat
menyembuhka penyakit’. Sang raja berkata
‘Aku!’. Pemuda menjawab: ‘Tidak!’. Sang raja bertanya lagi:’ Apakah ada rabb
selainku’. Dia menjawab:’ Rabb-Ku dan Rabb-Mu adalah Allah’.
Maka disiksanya pemuda
tersebut, hingga dia memberi tahu tentang sang rahib, lalu sang rahib di bawa
menghadap raja. Diperintahnya sang rahib untuk meninggalkan agamanya. Tetapi
rahib itu menolak melakukannya. Maka raja membunuh sang rahib dengan cara
menggergaji di tengah-tengah kepalanya sehingga badanya terbelah menjadi dua.
Lalu dia perintahkan pembantu yang buta tadi untuk meninggalkan agamanya, namun
si pembantu menolaknya , sehingga dia di gergaji di tengah-tengah kepalanya
hingga badannya juga terbela menjadi dua. Kemudian raja berkata pada pemuda
tadi “ tinggalkan agamamu.” Namun pemuda itu tetap menolak.
Raja mengutus
pengawalnya untuk membawa sang pemuda ke sebuah gunung, seraya berkata: “Jika
kalian telah sampai dipuncak, bila dia mau meninggalkan agamanya maka
biarkanlah dia, namun bila tidak mau maka gulingkanlah dia. Pada saat mencapai
puncak gunung, pemuda itu berdoa:”Ya Allah. Selamatkanlah aku sesuai
kehendak-Mu’. Kemudian gunung itu pun berguncang, hingga akhirnya mereka semua
terguling. Sang pemuda tadi selamat dan mendatangi sang raja. Raja bertanya :’
Apakah yang telah terjadi pada orang-oarang yang mengawalmu?’ Dia menjawab:’
Allah telah menyelamatkan diriku dari mereka’.
Selanjutnya raja
mengutus lagi pengawalnya dan berkata: ‘jika kalian telah sampai di tengah
lautan, bila dia mau meninggalkan agamanya maka biarkanlah dia, namun bila
tidak mau maka tengelamkan dia. Pada saat mereka ditengah lautan, pemuda itu
berdoa:”Ya Allah. Selamatkanlah aku sesuai kehendak-Mu’. Maka mereka pun semua
tengelam. Pemuda ini kembali lagi kepada raja. Raja bertanya lagi :’ Apakah
yang telah terjadi pada orang-oarang yang mengawalmu?’ Dia menjawab:’ Allah
telah menyelamatkan diriku dari mereka’. Selanjutnya pemuda itu berkata:
sesungguhya engkau tidak dapat membunuhku, sebelum engkau melakukan apa yang
aku katakan. Raja pun bertanya: ‘apakah it?’ si pemuda engkau harus
mengumpulkan orang-oarang di tanah lapang, lalu engkau mengikat diriku di
batang pohon, lalu ambil panah miliku, kemudian ucapakanlah:’ Dengan menyebut
nama Allah, Rabb pemuda itu’. Jika engkau melakukan hal tersebut, maka engkau
baru bisa membunuh ku.
Kemudian raja pun
melakukan hal sebut. Anak panah meluncur mengenai pelipis pemuda tersebut dan
dia pun wafat. Maka orang-orang yang menyaksikan hal tersebut pun berkata:’
Kami beriman kepada Rabb pemuda itu. Bagaimana pendapatmu setelah melihat apa
yang engkau hindari selama ini?. Demi Allah, sesungguhnya hal itu telah terjadi. Semua orang telah
beriman kepada Allah.
Sang raja yang murka
kepada orang-orang yang telah beriman dan diperintahkannya para prajuritnya
untuk mengali parit-parit dan menyalakan api di dalamnya, seraya berkata :’
barang saiapa yang mau meniggalkan agamanya, maka biarkan lah mereka tetap
hidup dan jika tidak maka lemparkanlah mereka dalam parit tersebut”. Orang-orang
beriman tersebut saling tarik menarik dan dorong-mendorong hingga akhirnya
datang seorang wanita dengan mengendong bayinya yang masih disusuinya, dia pun
merasa takut terperosok ke dalam api. Maka bayi dalam gendonganya berkata: ‘
wahai ibuku bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.
Orang-orang yang tetap pada keimanannya dibakar dalam parit tersebut
Sumber. Tafsir surat Al-buruj. Ibnu Katsir jus 30.