Menjadi mahasiswa sukses adalah impian semua mahasiswa
didunia ini. Jelas sekali mahasiswa sukses punya banyak kesempatan untuk
menatap masa depan yang lebih cerah. Pasalnya mahasiswa ini akan memiliki
peluang kerja yang lebih besar dan memiliki relasi yang lebih luas.
Namun apa yang diharapkan mungkin belum sepenuhnya didapatkan. Pasalnya banyak
mahasiswa yang sudah lulus malah menjadi pengangguran, Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran sarjana atau lulusan universitas
pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang, atau 5,04% dari total pengangguran
yang mencapai 7,17 juta orang. Data ini juga menjadi fakta bahwa kapasitas
mahasiswa indonesia masih terbilang rendah.
Banyak faktor yang menyebabkan kenapa hal ini terjadi. Tentu selain faktor
fasilitas yang kurang memadai, tenaga pengajar yang kurang, sampai perhatian
pemerintah akan kompetensi mahasiswa masih begitu rendah, juga terdapat faktor
internal dari mahasiswa itu sendiri. Banyak mahasiswa yang tidak memahami
kapasitas belajarnya dikampus, juga bagian penting dari kesuksesan dimasa
kuliah. Alhasil, banyak mahasiswa yang menghabiskan waktu dengan hal yang
sia-sia.
Menjadi mahasiswa yang sukses dalam perkuliahan sebenarnya tidak terlalu sulit.
Beragam tulisan juga pernah membahas tentang persoalan yang satu ini. Jangan
Kuliah Kalo Nggak Sukses karya Setia Furqan Khalid misalnya, juga khusus
membahas tips dan trik tentang mahasiswa yang sukses di dunia perkuliahan. Tapi
dalam kesempatan ini saya akan membahas cara menjadi mahasiswa yang sukses dengan
sistem M.A.LA.S. Dan berikut caranya:
1. Mandiri
Jadi mahasiswa sukses artinya harus siap mandiri. Selain mandi sendiri, kita
juga wajib melakukan aktifitas lain sendirian.
Menurut Riki Sunjani Mahasiswa mandiri bisa dikategorikan ke
dalam dua bagian, pertama mahasiswa yang mandiri secara kepribadian dan yang
selanjutnya adalah mahasiswa yang mandiri dari segi materi. Keduanya jelas
memiliki definisi berbeda, namun kedua sifat mandiri ini bisa dimiliki oleh
seorang mahasiswa.
Pribadi mandiri dalam figur seorang mahasiswa sangatlah didambakan dan
dibanggakan, baik oleh keluarganya dan teman-teman yang berada di sekitarnya.
Mahasiswa yang mandiri sangat erat kaitannya dengan mahasiwa yang memiliki sifat
kedewasaan, karena sifat kedewasaan inilah yang menuntun mahasiswa untuk lebih
bersikap mandiri dalam hidupnya.
Ciri mahasiswa mandiri adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk mandiri
dan bertanggung jawab di tengah arus besar tuntutan kebebasan. Seperti mengutip
ungkapan yang dilontarkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Mohammad Nuh, beliau menyatakan “Yang bisa membedakaan mahasiswa
dan siswa adalah kedewasaan. Mereka (mahasiswa) harus memegang dua hal
substansial, yakni tanggung jawab dan kemandirian.”
Menjadi mahasiswa mandiri dan dewasa membutuhkan sebuah proses pendewasaan yang
matang serta dibutuhkan analytical cases yang dalam. Orang yang sudah
dewasa memiliki banyak kelebihan daripada seorang yang masih labil dari jati
dirinya sendiri atau masih mencari jati dirinya. Orang dewasa tidak hanya dapat
dilihat dari segi umur dan pengalaman hidupnya, karena orang yang berumur bukan
berarti orang yang dewasa. Seperti sebuah istilah yang menyatakan “menjadi tua
adalah pasti, menjadi dewasa adalah pilihan.” Jadi, seseorang yang memiliki
umur lebih tua belum bisa di judge sebagai seorang yang memiliki
kedewasaan.
Bagi para mahasiswa menjadi dewasa bukan hanya sebuah pilihan tetapi merupakan
sebuah keharusan untuk hidup lebih baik dari sebelumya dan bisa menjadi lebih
mandiri baik mandiri secara pribadi maupun mandiri secara materi. Seorang
mahasiswa yang mandiri dan dewasa dapat diketahui memiliki beberapa
karakteristik, seperti disebutkan dalam sebuah akronim. Seorang yang dewasa
biasanya memiliki sikap 3R (Reliable, Responsible, Reasonable). Reliable yang
dalam bahasa Indonesia berarti “dapat diandalkan”, tentunya sikap ini harus
dimiliki oleh seorang mahasiswa yang dewasa dan mandiri. Karena mereka
terkadang menjadi tumpuan teman-teman atau orang-orang yang ada di sekitarnya.
Yang kedua adalah Responsible yang berarti orang yang selalu
bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat serta siap menanggung resiko apapun
yang harus dihadapi. Terakhir sikap yang harus dimiliki mahasiswa adalah Reasonable yang
berarti beralasan, karena setiap apapun yang dilakukannya haruslah dilandasi
dengan dasar pemikiran dan tujuan yang jelas.
Lawan dari sifat mandiri adalah ketergantungan pada orang lain. Sifat ini pula
yang menjadi salah satu racun bagi mahasiswa. Ketergantungan pada orang lain
malah akan melemahkan mahasiswa, baik dari segi softskill maupun dari
segi materil. Kemampuan khusus (Softskill) tidak akan pernah
berkembang jika semua hal diserahkan pada orang lain. Bahkan dalam banyak kasus
mahasiswa sering menggantungkan tugas akhirnya (baca : Skripsi) pada orang
lain. Efeknya, selain tidak menambah kapasitasnya sebagai peneliti, nantinya
juga akan terkena imbas akademik, misalnya jika ketahuan bahwa tulisan tersebut
bukan karya original. Bisa jadi sanksi yang dikeluarkan pihak kampus
berupa ketidaklulusan dan harus menulis ulang.
2. Agamis
Agamis adalah pandangan atau aktifitas hidup yang merujuk pada Agama.Sebuah kesuksesan kiranya juga tidak dapat kita raih jika bukan karena usahan
dan doa kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, menjadi mahasiswa agamis juga
merupakan bentuk kesyukuran kepada Allah.
Alasan lain kenapa harus menjadi mahasiswa agamis karena dengan begitu
kita akan terpacu melakukan aktifitas positif dan menghindari hal-hal negatif
yang menghambat kesuksesan. Contoh saat hendak melakukan kecurangan saat ujian,
mahasiswa agamis akan sangat berhati-hati sebab saat melakukan hal tersebut
akan melakukan dua kesalahan, pertama karena melanggar peraturan akademik kedua
karena sudah melakukan tindakan yang berujung pada ketidakjujuran. Tentu
kebohongan merupakan sebuah tindakan yang diharamkan oleh agama.
Konon lagi di Aceh, provinsi yang menetapkan syariat islam sebagai landasan
hukum. Harusnya dengan aturan ini mahasiswa lebih memahami tentang perannya
sebagai penegak syariat. Sebab jika dari mahasiswanya sendiri sudah melakukan
praktik-praktik yang menyimpang dari syariat. Terlebih lagi orang lain yang
jauh dari dunia intelektual.
Bukti lain bahwa menjadi mahasiswa agamis akan berujung pada kesuksesan belajar
di perkuliahan, dapat kita lihat pada kasus Mohammad Yasya Bahrul Ulum
mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang berhasil membawa
pulang medali emas dalam International Mathematics Competition (IMC) for
University Student 2014.
Setelah diselidiki ternyata kesuksesan Yasya di ajang olimpiade Matematika
tidak hanya karena ketekunannya dalam belajar dan berlatih soal. Ia selalu
menyempatkan diri untuk salat malam setiap harinya.
Menurutnya, rutinitas tersebut ia lakukan untuk membangun mental positifnya.
3. Leadership (Jiwa Kepemimpinan)
Jiwa kepemimpinan atau leadership erat kaitannya dengan kesuksesan
mahasiswa. Sebab jiwa kepemimpinan sangat diperlukan dalam sebuah tim. Terlebih
didunia kerja, adanya leadership merupakan sebuah keharusan. Maka tak
heran jika perusahaan-perusahaan yang membuka lapangan kerja menuntut para
mahasiswa memikili kemampuan dalam memimpin.
Dalam kegiatan Job Fair para calon yang hendak melamar pada sebuah
perusahaan tertentu haruslah menyiapkan Curiculum Vitae (CV)
terbaiknya. Tentu elemen yang juga menjadi stressing point adalah
pada pengalaman dalam organisasi. Semakin banyak berorganisasi dengan jabatan
strategis maka semakin besar peluang untuk diterima perusahaan tersebut. Apapun
organisasinya. Sebab organisasi manapun pasti memiliki akar yang sama, yakni leadership.
A.Rani Usman dalam bukunya yang berjudul Kampus Sebagai Institusi
Pencerahan mengatakan mahasiswa yang mau berkecimpung dalam suatu
organisasi lebih cepat berhasil daripada yang tidak. Baik dalam masyarakat
maupun pada masa kuliah. Sebab organisasi dijadikan wahan melatih diri,
terutama kepemimpinan. Namun demikian, meski kadang prestasi yang mereka
dapatkan dibangku kuliah biasa-biasa saja tetapi mutu dan intelektualnya sangat
meyakinkan.
Oleh karenanya, betapa sangat dibutuhkan mahasiswa yang berjiwa pemimpin. Untuk
ada beberapa tips mudah yang bisa diterapkan untuk membangun leadership sejak
dini. Hal ini kemukakan oleh Dale Carnegie yakni berupa sembilan cara yaitu :
menghindari kritik yang menjatuhkan, berikan penghargaan, memotivasi orang
lain, beri perhatian, senyum, mengingat nama, menjadi pendengar yang baik,
membicarakan minat yang disukai lawan bicara, jadikan orang lain sebagai orang
yang penting.
4. Aktif
Jelas sekali, jadi mahasiswa aktif itu sebuah kewajiban. Sebaliknya,
hindari menjadi mahasiwa pasif. Menurut hemat saya, mahasiswa harus aktif dalam dua hal.
Pertama. Aktif dalam kegiatan akademik. Semua kegiatan yang berbau pada
perkuliahan harus kita ikuti dengan serius. Saat perkuliahan berlangsung kita
bukan hanya dituntut menjadi pendengar yang baik tetapi juga menjadi penanya
dan penjawab yang baik. Semakin aktif dikelas tentu meningkatkan nilai kita
dimata dosen. Aktif dalam akademik sangat berpengaruh pada nilai (baca: IPK)
dan bahkan pada kompetisi-kompetisi bidang studi yang kita ikuti. Oleh karena
itu aktif saat belajar merupakan keharusan karena menjadi ciri khas mahasiswa berprestasi
Kedua. Aktif dalam kegiatan non akademik. Kegiatan ini bisa apa saja, seminar,
donor darah, bakti sosial workshop dan lain-lain. Dan menurut saya, kegiatan
non akademik lebih sangat berpengaruh pada kehidupan kita dibanding kegiatan
akademik, pebandingannya hingga 70 : 30 . Sebabnya, kegiatan akademik hanya
terbatas pada bidang studi yang kita lakoni saja, berbeda dengan kegiatan non
akademik yang akan berpengaruh pada kapasitas diri dan relasi.
Ini adalah alasan paling penting tentang mengapa kita harus aktif di kampus.
Minimnya jaringan adalah penyesalan yang biasanya muncul dari para fresh
graduate. Padahal, kampus telah menawarkan berbagai kesempatan bagi kita untuk
belajar dan membangun jaringan.
Selain itu, buah dari aktif disetiap kegiatan yaitu tumbuhnya sifat kreatif.
Jika kita pikir, mahasiswa yang sering mengikuti seminar enterpreneur tentu
dalam dirinya tumbuh ide untuk mengembangkan semangat berwirausaha itu. Sekali
lagi semua bergantung pada keaktifan mahasiswa, hingga selanjutnya akan merubah
mahasiswa biasa menjadi mahasiswa
kreatif.
Dan yang pasti, tidak ada mahasiswa yang produktif kecuali mahasiswa aktif.
Oleh karena itu mahasiswa sukses adalah mahasiswa yang aktif diberbagai
kegiatan.
5. Sikap (Attitude)
Sikap juga jadi penentu kesuksesan seseorang dalam studinya di perkuliahan.
Secerdas apapun orang tersebut jika sikapnya tidak baik maka tidak ada gunanya.
Mengutip tulisan Asep Syahidin Al Misky bahwa Sikap atau sopan santun
merupakan dasar yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa. Prestasi tanpa
sopan santun bak singa kelaparan, daging apapun akan diterkamnya tak memikirkan
itu baik atau buruk buatnya. Sama halnya dengan mahasiswa, mereka akan
melakukan apa saja untuk meningkatkan prestasi akademisnya, dengan mencontek
misalnya. Padahal itu adalah salah satu perbuatan mahasiswa yang tidak
memiliki sopan santun pada dirinya sendiri dan menganggap dirinya tidak mampu
dan percaya diri.
Banyak orang yang menganggap sopan santun mengurangi rasa kebebasan bergaul,
tetapi mengertilah bahwa dengan kita berlaku sopan santun kita akan dihargai
orang lain.
Sebenarnya sikap ini adalah pelengkap dari semua yang telah saya jabarkan
diatas. Jika kemudian sifat mandiri, agamis, punya jiwa kepemimpinan dan aktif
tetapi tidak memiliki sikap yang baik, semuanya sia-sia saja. Jadi mari kita
berperilaku yang baik kepada orang disekitar kita, dosen, teman, keluarga
bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar