Bahkan, ketika di kotaku sedang tidak hujan, dimana air tak jatuh dari
ketinggian.
Justru pagi ini matahari menyinar terang. Tapi mengapa gigil rindu ini mengilukan, mengetarkan?
Justru pagi ini matahari menyinar terang. Tapi mengapa gigil rindu ini mengilukan, mengetarkan?
Oh ya.
Sekarang di kotaku langit begitu biru. Pepohonan masih hijau. Dan lalu-lalang pengendara motor dan pejalan kaki masih ramai, seperti biasa. Tak banyak yang berubah.
Tapi, ku dengar di kotamu begitu berisik. Tak ada lagi pepohonan hijau. Langit biru tertutup abu. Bau anyir darah merah menyebar kemana-mana. Sana-sini terdengar luka. Bayi-bayi mungil terus menangis tanpa ibu disisinya. Rumah-rumah tak seteduh biasanya. Orang-orang berhamburan kemana-mana. Setiap hari seperti ini. Bahkan banyak sekali yang tak peduli.
Sekarang di kotaku langit begitu biru. Pepohonan masih hijau. Dan lalu-lalang pengendara motor dan pejalan kaki masih ramai, seperti biasa. Tak banyak yang berubah.
Tapi, ku dengar di kotamu begitu berisik. Tak ada lagi pepohonan hijau. Langit biru tertutup abu. Bau anyir darah merah menyebar kemana-mana. Sana-sini terdengar luka. Bayi-bayi mungil terus menangis tanpa ibu disisinya. Rumah-rumah tak seteduh biasanya. Orang-orang berhamburan kemana-mana. Setiap hari seperti ini. Bahkan banyak sekali yang tak peduli.
Lalu, katamu; september maupun
oktober tak ada beda; ia masih gigil paling sunyi yang tak mampu dimeriahkan
pesta pora perjalanan waktu. Bahkan dilipatan senja, atau gugur daun autumn,
juga deru ombak di pesisir lautan.
Dan di sini, aku masih tak
mampu memelukmu. Namun kelak, jika kabar dari jauh itu tiba, kebebasan kotamu
akan kumeriahkan dengan puisi, cerita-cerita, juga lagu-lagu yang kau gemari
seperti dulu. Seperti waktu dimana rinai hujan, langit biru, pepohonan hijau,
nyanyian anak-anak, rumah teduh begitu mudah kita temukan.
Maka hari ini, kukabarkan kepadamu rindu yang menggebu, lewat puisi terakhir yang kutulis bersama langit biru di kotaku yang memanggilku di awal bulan oktober. Serta do’a-do’a panjang yang berhamburan dikala hujan, senja, waktu berbuka, serta azan dan iqomah. semoga sampai kepadamu.
Vivi Aramie
Kotaku; Banda Aceh 03 Oktober 2015
Kotamu; Gaza, Suriah
Maka hari ini, kukabarkan kepadamu rindu yang menggebu, lewat puisi terakhir yang kutulis bersama langit biru di kotaku yang memanggilku di awal bulan oktober. Serta do’a-do’a panjang yang berhamburan dikala hujan, senja, waktu berbuka, serta azan dan iqomah. semoga sampai kepadamu.
Vivi Aramie
Kotaku; Banda Aceh 03 Oktober 2015
Kotamu; Gaza, Suriah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar