Ini spesial untuk yang masih jomblo, ya. Hehe.
Banyak problematika hidup yang kadang membuat kita stress. Bicara tentang cinta pun tak selamanya menyenangkan. Padahal kata yang paling indah adalah ‘cinta’, namun yang indah itu sekali-kali bisa berubah menjadi petaka. Kata orang, cinta dan benci itu sangat tipis perbedaannya.
Nah, apakah kita yang sudah dewasa ini benar-benar telah memiliki cinta yang selayaknya? Ataukah kita masih belum menemukannya sehingga kita perlu melacaknya? Ayo cari! Cepat! Cari sampai dapat!
Sebelumnya, gali dulu yuk, apa itu cinta? cintanya untuk siapa sih? Bagaimana cara mencintai yang baik? Mengapa kita mencintainya?
Apa itu cinta?
Seorang jurnalis inggris Woodrow Wyatt (1981) mengatakan,’seorang pria jatuh cinta melalui matanya,seorang wanita melalui telinganya’. Artinya, seorang pria tertarik dari kecantikan wanita namun seorang wanita tertarik dari apa yang ia dengar mengenai status seorang pria.
Benarkah begitu? Kalau benar, maka jaga pandangan dan pendengaran dari sekarang. Hati-hati, cinta bisa tumbuh kapan saja dan dimana saja! Hihi.
Cintanya untuk siapa sih?
Cinta yang belum halal kerap menjadi masalah, justru karena itulah penulis membuat tulisan ini. Selain untuk pelajaran bagi diri sendiri, penulis juga ingin memeluk anda semua dan meluruskan masalah ini sama-sama.
Hah, apa? Kalian sudah jatuh cinta? Sama siapa? Ssstt rahasia…! Eh begitu ya? Hoho..
Bagaimana cara mencitai yang baik?
Kalau memang sudah terlanjur jatuh cinta, apesnya lagi 'jatuh cinta pada yang belum halal pula'. Kalau begitu, mari kita lacak benarkah ini cinta?
Ya. Kita memang kagum padanya. Kita memang terpesona keayuan wajahnya. Kita memang senang mendengar tentangnya. Kita memang rindu bila jauh darinya. Kita memang resah, takut kehilangannya. Dia itu siapa? Oh tuhan, dia belum halal untuk dicintai!
Kalau begitu tanyakan sekali lagi, benarkah ini cinta? Beranikah kita untuk nekad masuk kedalam cinta terlarang?
Katakan ini pada diri sendiri “Kembali sayangku, tenangkanlah hatimu. Kendalikanlah. Aku tahu kamu bisa!”
Mengapa kita mencintainya?
Pertanyaan ini mungkin pada akhirnya menyadarkan kita. Sekali lagi kita benar-benar sadar bahwa hati kita telah terisi oleh sesuatu yang kita sendiri tahu bahwa itu belum halal. Belum layak. Belum seharusnya ada.
Tapi kita juga tahu, bahwa perasaan ini sebuah fitrah manusia. Jatuh cinta adalah sebuah keniscayaan. Tapi layakkah kita membela diri dengan ini?
Melihatnya lalu terpesona, mendengar tentangnya lalu terlena. Kemudian siapa yang membuatnya kekal atau berlalu? Hati! Ya, hati kita yang akan menyimpannya atau menghapusnya.
Sampai disini, penulis serahkan semuanya pada anda semua. Ini adalah bahan diskusi yang belum terselesaikan, kita semua yang akan menyelesaikannya nanti. Disaat kita mengalami jatuh cinta pada yang belum halal.
Spesial untuk jomblo, saya bangga padamu. Karena kamu masih disana dengan menjaga kesucian cintamu.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar