Maafkan kami ya Rasul. Andai kau ada disisi kami niscaya
kami tak mungkin berseteru, dengan mereka yang juga saudara kami. Baik kami
maupun mereka, merasa paling paham, paling shalih dan paling dekat denganmu. Kebenaran
kami mutlak, kebenaran mereka relatif. Duhai malunya kami padamu ya Rasul.
Di darah-darah yang tercecer, di peluh-peluh yang mengucur,
sepenuh usaha dan jiwa, kami memukul mereka saudara muslim kami. Kami lupa,
dibelahan bumi lain, nun jauh mereka terombang-ambing antara hidup dan mati
disiksa kaum penentangmu dan penentang para nabi. Betapa malunya kami ya Rasul.
Duhai Rasul kami. Lupa kami, mencari cahaya pada lilin-lilin
kecil untuk terangi lorong rumah kami padahal ada cahayamu yang lebih benderang
dari mentari. Kembali pada jalanmu lebih mendamaikan. Tapi kami selalu memilih
menggunakan lilin-lilin kecil. Kami pikir dengan lilin-lilin hujjah itu mampu
menyibak musuh islam yang bersembunyi di balik gelap. Ternyata lilin membakar
saudara muslim kami, lalu kami saling membakar.
Setiap kami merasa diri paling benar. Ini tak salah. Yang salah
adalah menyalahkan sesiapa yang berbeda dengan kami. Sebab kami tak sanggup
menerima perbedaan ya Rasul. Kami lupa adab itu lebih utama dari ilmu. Adab berinteraksi
dengan ilmu hilang dari diri kami. Maafkan, hati kami tak kuasa menahan gejolak
yang berhembus. Panas hati kami. Mungkin disekitar kami ada provokator. Benarkah?
Tapi memang samar-samar terlihat ada yang menari-nari saat kami saling membakar.
Wahai engkau pemilik ilmu dan kebijaksanaan. Tak kuasa kami
ingin bersimpuh dikakimu. Kerdilnya ilmu kami, sipitnya mata kami, kecilnya
telinga kami, sedangkan mulut kami kian membesar dari waktu ke waktu. Apa yang
harus kami banggakan dihadapanmu kelak? sementara kau saksikan kami tak saling
percaya dan tak saling mencinta. Tangismu terdengar merintih begitu perih.
Kami kaum pelupa ya Rasul. Kaum suka berseteru. Pukul kami. Ingatkan
kami ya Rasul. Agar jangan amnesia dengan sosok musuh sebenarnya. Agar tak
adalagi yang terluka dan melukai. Agar tak ada lagi syakwasangka dan tatapan
penuh curiga.
Maafkan kami ya Rasul.
Mereka saudara kami, bersama mereka kami hidup. Persatukan hati
kami semua. Pertemukan kami bersamamu kelak nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar