Sumber gambar: sekolahminggu.net |
SekolahMurabbi.com - "Ya Rasulullah,”
ujar lelaki yang mendatangi Nabi hendak sampaikan keadaannya. “Aku mengalami
paceklik.” Demikian kondisi si laki-laki yang tak disebut namanya dalam riwayat
yang dirunut kevalidannya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Dengan roman
sedih, Nabi pun menjawab, “Mereka (para istriku) pun tidak memiliki suatu
makanan apa pun.” Karenanya, beliau pun mengumumkan kepada sahabat-sahabatnya
yang mulia. “Siapa pun yang menjamu tamuku ini,” janji sang Nabi dengan amat
pasti, “dia akan dirahmati Allah Ta’ala.”
Tanpa berpikir
panjang, seorang laki-laki tampan nan gagah dari sahabat Anshar pun berdiri
seraya menyahut, “Ya Rasulullah,” ujarnya, “aku sanggup menjamunya.”
Maka, sang tamu
pun diajak ke rumahnya. Kala itu, hari sudah malam. Kepada istrinya, lelaki ini
sampaikan perintah, “Di ruang tamu ada tamunya Rasulullah. Tolong suguhkan
semua makanan yang kita miliki, wahai istriku sayang.”
Bukan hendak
menolak, sang istri pun menyampaikan fakta terkait makanan di rumahnya, “Demi
Allah, kita hanya memiliki makanan untuk si kecil.”
Seperti diilhami
ide cemerlang yang lahir dari ketulusannya untuk memuliakan Rasulullah, sang
suami pun berkata, “Jika demikian, rayulah anak kita supaya tidur ketika dia
merasa lapar.” Selain itu, katanya sampaikan sebuah strategi tak biasa, “Jangan
lupa, kita matikan lampu saat tamu Rasulullah ini hendak makan.”
“Biarlah malam
ini,” pungkas sang suami dengan amat yakin, “kita lipat perut kita.”
Padahal, jika
laki-laki surga dan istrinya ini menyampaikan kondisinya, insya Allah sang tamu
Nabi yang mulia pun akan mau membagi makanannya. Tetapi, yang dilakukan ini
menjadi bukti kecintaannya kepada Nabi dengan memuliakan tamu kekasihnya itu.
Keesokan harinya,
lelaki surga dari kalangan Penolong Muhajirin ini pun mendatangi Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan kepada para sahabat,
“(Semalam), Allah Ta’ala takjub kepada sepasang suami-istri.”
Sang baginda
terkasih pun menyampaikan, lantaran amal mulia sepasang suami-istri tersebut,
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Allah Ta’ala menurunkan
Firman-Nya di dalam surat al-Hasyr [59] ayat 9,
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”
Siapakah sepasang
suami istri mulia ini? Mereka adalah Abu Thalhah al-Anshari dan Ummu Sulaim
Radhiyallahu ‘anhuma. Dari pernikahan nan barakah ini, Allah Ta’ala kurniakan 9
anak yang semuanya menjadi ahlu al-Qur’an. Masyaa Allah… (Muslimahcorner)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar