SekolahMurabbi.com - Ayah tak tahu apa yang harus kutuliskan untukmu. Bagiku engkau malakait pelindung yang Allah kirimkan untukku dan saudara-saudaraku. Ayah aku ingin melihat engkau beristirahat dan menikmati hari senjamu. Aku ingin selalu melihat senyum menghiasi wajahmu yang telah mulai keriput, aku ingin bukan goresan kelelahan yang selalu menggelayuti wajahmu. Ayah kelelahanmu menjadi goresan luka kecil dihatiku yang akan selalu bertambah di saat ku menatap wajahmu. Ingin ku hapus rasa lelah mu. Ah... aku geram karena aku tak tahu bagai mana caranya menghapuskan kelelahan di wajah tuamu itu.
Ayah di saat
aku menggenggam tanganmu, dia pun berbicara padaku. “lihatlah aku menjadi kasar
karena aku selalu digunakan untuk berkerja. Banyak goresan luka dikulitku. Aku
sangat rindu kulit halus ku dan aku
lelah, sungguh lelah. Tolong lakukan sesuatu untukku, agar aku bisa
istirahat”. Tangan mu selalu berteriak seperti itu ayah di saat aku
menyentuhnya. Aku hanya bisa diam seribu
kata karena aku tak bisa melakukan apa-apa untuk mu.
Ayah aku ingin
melakukan banyak hal untuk mu, tapi apa yang harus aku lakukan?. Aku tak bisa
melakukan apa-apa untukmu. Bahkan sekarang aku semakin mempersulitkan dirimu
dengan permasalah kuliahku. Engkau harus mengeluarkan uang banyak untuk
membayar biaya kuliah yang begitu tinggi, biaya untuk peraktek, biaya penelitian
atau apalah itu. Aku selalu membuatmu kesusahan dan sehingga terkadang engkau
pun jatuh sakit. Ayah di saat engkau sakit hanya air mata ini yang bisa mengalir. Engkau sakit karena lelah berkerja. Ayah sebenarnya
engkau tahu tubuh tua rentamu tak sanggup lagi untuk berkerja banting tulang.
Namun engkau terus berkerja untuk kami anak-anak dan istrimu. Ah...rasanya, aku
ingin berteriak sekeras-kerasnya hingga kerongkongan ini pecah, atau menangis hingga air mata ini tidak
bisa mengalir keluar lagi.
Ayah engkau
adalah pahlawan yang selalu ada untuk aku. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
hidupku, namun engkau tak pernah lalai dalam mengawasi ku, mungkin tak sekejap
pun kau lepaskan pengawasan mu. Terkadang
aku ingin lari dari pengawasanmu, namun tak pernah aku bisa melakukannya.
Ayah maafkan
aku. Dulu aku merasa engkau tak sayang padaku dan engkau selalu mengengkang aku dengan cara
pengawasanmu, tapi itu dulu Ayah di saat aku berlum memahami apa-apa. Waktu itu
aku sangat marah padamu Ayah, karena engkau tak pernah memberi izin aku untuk
bermain jauh dari rumah. kau tak pernah memberi izin aku untuk jalan-jalan
dengan teman-teman ku. aku marah karena tak bisa bermain seperti teman-teman.
Aku marah karena tak memberi izin aku untuk duduk dan tertawa sepus-puasnya
dengan teman perempuan dan laki-laki. Engkau selalu memarahi aku, jika aku
telat pulang atau ketahuan main-main. Ayah dulu aku sangat iri melihat Bertapa indahnya hal-hal yang
teman-temanku lakukan.
Ayah terima
kasih untuk semua kemarahanmu. Sekarang aku sudah tahu kemarahan dan
pengekanganmu itu karena engkau
menjagaku untuk tidak melakukan hal-hal yang Allah benci, sehingga Allah murka terhadapku.
Engkau melakukan ini karena aku adalah amanah yang harus engkau jaga dan harus engkau pertanggung jawabkan
dihadapan Allah dan untuk masa depan ku yang
indah nantinya.
Ayah jika
nanti di padang masyar Allah bertanya padamu tentang aku, maka katakanlah bahwa
engkau telah menjaga aku dengan sebaik-baiknya sebagai amanah yang telah Dia
berikan. dan jika Allah bertanya juga kepada ku tentang engkau maka aku akan
menjawab bahwa Ayah adalah penjaga
amanah terhebat.
Ayah maafkan aku dengan segala tingkah buruk ku
yang hanya bisa membuatmu susah, membuat mu tak bisa menikmati bertapa indahnya
hari senjamu. Ya Allah berikanlah kesempatan untuk ku bisa
membuat orang tua ku bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar