Penulis: Rasyid Abdullah
SekolahMurabbi.com - Saya rasa kita tentu masih ingat sebuah hadits yang sangat masyhur yang menceritakan betapa manusia selevel Rasulullah saw. pun berupaya untuk tetap berkontribusi dalam jamaah. Kala itu, para sahabat hendak memasak kambing. Setiap orang sudah mendapat tugasnya masing-masing selain Rasulullah. Beliau melihat peluang bahwa belum ada yang mencari kayu bakar. Tanpa pikir panjang, pekerjaan itu segera beliau ambil. Padahal melihat posisi Rasul saw. yang berada di puncak kepemimpinan, mencari kayu bakar sungguh bukan merupakan kontribusi yang layak.
Maka malu sekali rasanya kita yang
tak ada apa-apanya dibanding Baginda yang mulia lantas merasa hebat dengan track
record dan senioritas, lalu memilih untuk tidak mau mengambil kerja-kerja
kecil dalam dakwah.
Tapi ini memang sering terjadi.
Betapa banyak saudara-saudara kita yang belum lurus betul niatnya memilih
keluar dari jalan dakwah ini hanya karena tidak diberi amanah penting. Atau
karena mereka diberi amanah kecil yang kontribusinya mungkin tak terlalu
kentara. Atau justru karena mereka tidak diberi amanah sama sekali. Padahal
kontribusi dalam dakwah tak melulu jabatan-jabatan penting dan strategis.
Lihatlah Rasulullah saw. Saat semua
peran penting sudah diduduki para sahabat, beliau malah menawarkan diri untuk
mencari kayu bakar. Kita tahu bahwa lezatnya masakan ditentukan oleh racikan
bumbu juru masak, bukan kayu bakar. Tapi siapa yang kemudian berpikir bahwa
sehebat apapun komposisi bumbu penyedap akan tak memiliki arti jika api tak
memakan kayu bakar di bawah tungku? Tak ada memang yang berpikir demikian.
Sebab begitu masakan terhidang, kayu bakar telah mengalami perubahan kimiawi
menjadi abu dan arang.
Dalam kepanitiaan kajian tsaqafah,
siapa yang akan ingat orang-orang yang membersihkan ruangan dan
mengantar-jemput pemateri? Bukankah yang dilihat banyak orang adalah moderator
dan pentilawah? Tapi itu tak penting bagi seorang pendakwah.
Dalam kepanitiaan rihlah,
siapa yang akan ingat orang yang pontang-panting mencari tali tambang dan
bakiak? Bukankah yang akan muncul di depan nantinya adalah ketua panitia dan
wakilnya? Tapi itu tidak penting bagi seorang pendakwah.
Dalam struktur lembaga dakwah, siapa
yang akan ingat orang yang mengusulkan program kerja brilian dan selalu hadir
di setiap agenda lembaga? Bukankah yang sering berbicara adalah ketua umum atau
penggantinya? Tapi itu tidak penting bagi seorang pendakwah.
Sebab ia paham, bila Rasulullah saw.
saja mau berkontribusi mencari kayu bakar, mengapa kita yang kontribusi dakwah
tak seujung kuku dibandingkan Baginda merasa enggan melakukan kerja-kerja kecil
dalam dakwah?
Maka, jadilah pencari kayu bakar itu
meskipun tak ada lagi orang yang menginginkannya! (SM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar