SekolahMurabbi.com - Betapa meruginya orang yang memiliki mata, namun ia tak bisa melihat kebenaran. Betapa bangkrutnya orang yang memiliki telinga, namun ia tak bisa mendengarkan nasehat. Betapa celakanya orang yang memiliki hati, namun ia tak bisa lagi merasakan hidayah.
Tertutupnya hidayah adalah puncak
musibah. Ketika nasehat tak lagi didengar. Ketika kebenaran ditentang
dan dimusuhi. Ketika Al Qur’an diremehkan. Ketika sunnah Nabi dicemooh
dan dimaki.
Seorang muslim, tak mungkin tertutup
hidayah baginya secara tiba-tiba. Tetapi, ada proses yang ia lalui.
Rasulullah menjelaskan proses itu dalam sabdanya:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ فِى كِتَابِهِ : كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jika seorang mukmin berbuat satu
dosa, maka diberikan satu titik hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat,
meninggalkan dosa tersebut, dan memohon ampunan, maka hatinya kembali
mengkilap. Namun apabila ia bertambah melakukan dosa, titik hitam itu
juga bertambah, hingga akhirnya menutup hatinya. Inilah yang disebutkan
Allah ‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah
menutupi hati mereka.’ (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ibnu Majah; hasan)
Seorang muslim sesungguhnya adalah
seorang yang telah mendapatkan hidayah Islam. Namun jika dalam
keislamannya ia melakukan dosa, dosa itu menghadirkan satu titik hitam
di hatinya. Jika ia bermaksiat, maksiat itu menghadirkan satu titik
hitam di hatinya. Dosa dan maksiat yang ditumpuk-tumpuk, yang dilakukan
terus menerus, itulah yang lama-lama menghitamkan seluruh hatinya. Jika
sudah hitam seluruhnya, ibarat cermin ia tak bisa lagi memantulkan
cahaya. Demikian pula hati, ia tak lagi bisa menerima hidayah.
“Jika seorang hamba melakukan dosa, maka
diberikan titik hitam di dalam hatinya,” kata Hudzaifah Ibnul Yaman,
“sampai akhirnya seolah-olah ia sebagaimana seekor kambing hitam
berbintik merah.”
Dikisahkan ada seorang ahli ibadah dari
kalangan Bani Israil. Ia terkenal dengan kebaikan dan ibadahnya. Suatu
hari, seorang raja yang putrinya sakit datang kepadanya untuk meminta
diobati dan didoakan kesembuhan. Ia yang semula rajin ibadah, ternyata
terperosok dalam dosa. Ketika putri raja itu ditinggalkan beberapa hari
untuk diobati, ia yang berduaan lalu tertarik kepadanya. Inilah satu
dosa pertama. Namun, dosa itu diteruskannya. Hingga terjadilah
kemaksiatan besar antara pria dan wanita. Takut kehormatannya rusak,
dibunuhlah putri raja tersebut. Dosanya semakin besar, hatinya makin
menghitam. Takut ketahuan membunuh, ia kubur gadis itu di belakang
rumahnya dan ia mengatakan kepada raja bahwa gadis itu hilang entah ke
mana. Rupanya, raja akhirnya tahu bahwa sang anak telah dibunuh dan
dikubur di sana. Setelah membongkar makam itu, raja memutuskan hukuman
berat; hukuman mati.
Saat hendak dihukum mati itulah syetan
datang kepadanya menawarkan bantuan. Dengan satu syarat, ia harus
mengakui bahwa syetanlah Yang Maha Kuasa. Ahli ibadah itu menolak. Namun
syetan menawarkan hal yang lebih halus, cukuplah ahli ibadah itu
menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan dan permintaan bantuan.
Ahli ibadah akhirnya takluk dan menurutinya. Tertutup sudah hidayah. Ia
keluar dari tauhid tanpa sadar. Bukannya syetan melepaskannya sesuai
janji, saat ahli ibadah itu menunduk, syetan justru menebas lehernya.
Jadilah ia suul khatimah.
Mungkin fenomena tertutupnya hidayah tak
selalu seekstrem kisah itu. Tetapi ketika dosa demi dosa membuat kita
menolak kebenaran dan asyik dalam kedurhakaan, itu tanda hati kita telah
menghitam.
Tercatat dalam sejarah, ada orang-orang
yang secara formal beridentitas Islam, tetapi ia menentang kebenaran. Ia
tak mau dinasehati. Bahkan ulama ia musuhi dan Islam ia bonsai. Secara
identitas ia Islam, tetapi pada hakikatnya ia tertutup dari hidayah.
Maka, jika kita melakukan dosa… jika
kita melakukan kemaksiatan… segeralah kembali kepadaNya. Bertaubat dan
memohon ampunan. Menyesal dan berkomitmen takkan mengulang. Semoga Allah
menghilangkan titik-titik hitam dari hati kita dan senantiasa membuka
pintu hidayah bagi kita. [Bersamadakwah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar