SekolahMurabbi.com - Kalau cinta sudah direkayasa. Dengan gaya canggih luar biasa. Rindu buatan, rindu sungguhan. Susah dibedakan. Kalau cinta sudah direkayasa. Banyak bocah disulapnya dewasa. Budi yang kaya, adat budaya. Tak lagi terjaga. (Camelia Malik)
Ketika saya menemukan
syair lagu lawas ini, bukan berarti kemudian saya adalah penganut mazhab
dangduters. Tapi baik untuk kita kupas tema terkait rekayasa cinta.
Saya tak menemukan arti
yang tepat untuk disampaikan disini merujuk pada arti rekayasa dari kamus-kamus
bahasa Indonesia. Setidaknya kita sepakat pada satu defenisi sederhana dari
rekayasa yaitu proses, cara,
perbuatan untuk me-reka sesuatu.
Lupakan pengertian rekayasa secara etimologi. Rekayasa
cinta, adalah menjadikan cinta tak lagi menjadi murni. Karena telah
direka-reka. Me-reka cinta sangat tergantung siapa dan untuk apa dilakukan. Rekayasa cinta
membuat siapapun tak lagi menjadi beradab. Padahal cinta adalah membangun
peradaban. Dan peradaban tidak akan dapat dibangun oleh orang yang tidak
memiliki adab.
Syair rekayasa cinta di atas secara pesan moral
bagus untuk kita renungkan. Banyak orang yang berpenampilan biasa tetiba
menjadi berlebihan. Kategori berlebihan ini bisa kita lihat dari cara berias
diri. Bagi perempuan, pada akhirnya bisa sampai menunjukkan bagian-bagian aurat
yang seharusnya tidak boleh ditunjukkan.
Para akhwat kader dakwah pun bisa terjangkiti, mungkin mereka tak sampai mempertontonkan auratnya. Tapi lihatlah begitu lihai setan bermain, bahkan agar terlihat menarik pandangan mata, mereka menggunakan warna-warna mencolok dari hijab-hijab mereka. Untuk apa semua ini? agar diperhatikan oleh orang lain. Wallahua’lam. Rekayasa cinta memang tak bisa dibuktikan tapi dapat dirasakan gejalanya.
Para akhwat kader dakwah pun bisa terjangkiti, mungkin mereka tak sampai mempertontonkan auratnya. Tapi lihatlah begitu lihai setan bermain, bahkan agar terlihat menarik pandangan mata, mereka menggunakan warna-warna mencolok dari hijab-hijab mereka. Untuk apa semua ini? agar diperhatikan oleh orang lain. Wallahua’lam. Rekayasa cinta memang tak bisa dibuktikan tapi dapat dirasakan gejalanya.
Rekayasa cinta bukan marak sekarang ini saja. Sejak
dulu juga begitu. Terciptalah para lelaki gombal. Entah apakah dia mau atau
tidak mau, yang jelas menjadi kesenangan tersendiri jika mampu membuat wanita
tersipu malu karena kata-kata gombalnya. Mudah sekali melontarkan pujian yang
tak biasa. Gila! Ini benar-benar gila.
Rekayasa cinta telah menyulap seorang anak jadi
tampak dewasa. Ah, malu rasanya menyaksikan bocah-bocah ingusan yang mengucap
sayang dan merayakan hari jadian mereka di sekolah. Produk-produk cinta
sinetron picisan.
Rekayasa cinta tak lagi peduli adat istiadat,
budaya dan nilai kearifan lokal. Malu tak lagi jadi budaya. Seperti sudah
dibuang rasa malu dari dalam dirinya. Mari kita renungi kalimat mula-mula dalam kenabian. Jika kamu tak punya rasa malu, berbuatlah sesukamu.
Dari Abu Mas'ud, ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshari
Al Badri radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam telah bersabda : "Sesungguhnya diantara yang didapat manusia dari
kalimat kenabian yang pertama ialah : Jika engkau tidak malu, berbuatlah
sekehendakmu." (HR. Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar