SekolahMurabbi.com - Hari ini terasa begitu melelahkan buatku, beberapa hari ini memang banyak kegiatan yang lumayan menguras tenaga. Kubaringkan sejenak badanku di kasur sederhana milikku, maklumlah sekarang kondisinya lagi mengkost jadi semua harus serba sederhana. Kucoba pejamkan mata yang lelah ini, aku tahu aku sangatlah lelah menghadapi semua ini. Tapi, entah mengapa aku pun tiba-tiba menangis, pikiranku kemana-mana. Urusanku begitu banyak sekali akhir-akhir ini, urusan kuliah lah dengan segudang tugas, organisasi lah yang sedang bermasalah, BEM FKIP lah yang belum rampung lagi karena belum di lantik oleh Pak Dekan, jadi aku seakan-akan tidak punya waktu lagi untuk diriku, jangankan istirahat, pulang pun aku jarang.
Aku sebenarnya ingin protes dengan keadaanku
sekarang, tapi aku bingung mau protes kemana? toh ini pun pilihanku. Aku
yang dulu memohon-mohon kepada orang tuaku agar aku bisa kuliah. Ya, resiko
orang kuliah emang banyak tugas. Aku yang mau berorganisasi membangun KSI
(Kelompok Studi Islam) di prodiku, Alhamdulillah semua itu tercapai. Tapi
dalam sebuah organisasi itu pasti ada saja permasalahan, maklumlah karena itu
milik jamaah, yang setiap jamaah itu pemikirannya tidaklah sama satu sama lain.
BEM FKIP, Alhamdulillah aku berhasil memenangkan suara pas PEMIRA FKIP oktober
lalu. Ya, aku memang dicalonkan oleh organisasi siyasiku untuk maju pada
PEMIRA FKIP tahun ini bersama seorang Ikhwan juga. Memang tak ku sangka
ternyata kami memperoleh suara yang lumayan banyak dari calon-calon yang lain. Jadi akhir-akhir ini fokusku jadi terbagi kemana-mana. Lelah sih. Tapi
itulah yang harus kujalani sekarang ini.
Aku
masih saja terus merebahkan badanku, sambil memejamkan mataku. Teringat ketikaa ku masih SMA dulu. Ketika kakakku menyuruhku untuk mengikuti pengajian yang
dipimpin oleh seorang Ustadzah. Aku sebenarnya tidak mau, tetapi terus saja
kakakku menyuruhku untuk mengikuti pengajian tersebut. Aku pun luluh dan ku
pikir tidak ada salahnya untuk mencoba. Kalau suka ya syukurlah, kalu tidak, berhenti. Alhamdulillah akhirnya sampai hari ini masih bisa berlanjut berada di
dalam barisan dakwah ini.
Yang
masih mampu membuatku bertahan dalam keadaan yang melelahkan sekarang ini
adalah karena jamaah atau teman-temanku yang tidak pernah meninggalkankanku,
selain itu juga karena ku teringat pesan-pesan dari murabbiku mulai dari aku
SMA sampai kuliah sekarang, diantaranya adalah bahwa jangan pernah berniat
untuk meninggalkan dakwah ini, karena dakwah ini akan selalu ada, ada meski tanpa kita. Karena pada dasarnya bukan dakwah yang membutuhkan kita, tetapi
kitalah yang membutuhkan dakwah itu. Kata-kata itulah yang membuatku menjadi
bersemangat lagi ditengah rasa lelah yang menggerotiku. Dan aku yakin jika kita
menolong agama Allah, maka Allah pun akan menolong kita.
Aku
merasa bersalah, kenapa dulu ketika awal-awal mengikuti Liqo akan begitu malas
sekali. Aku biarkan murabbiku menungguku lama, aku tahu beliau pun sebenarnya
orang yang sibuk, tapi beliau masih bisa menyempatkan waktu untuk bertemu
dengan kami, mendengarkan curhatan kami dan memberi solusi dengan sabarnya. Aku
ingat ketika aku malas berangkat liqo, aku akan menggunakan seribu alasan yang
sebenarnya itu ku ada-adakan saja supaya ada alasan. Itupun beliau tidak marah. Malah semakin ramah
saja beliau kepadaku.
Jam
dindingku pun berbunyi menunjukan pukul 15.00 siang, yang menandakan sebentar
lagi akan shalat dzuhur, aku pun bangun dan menghapus air mataku yang tak kurasa ternyata sangatlah deras mengalir. Aku pun mengambil air wudhu untuk bersiap-siap
shalat. Hampir saja aku lupa kalau hari ini ada jadwal liqo kami ba’da ashar
ini. Akupun bersiap-siap untuk pergi liqo lagi dan kubulatkan niat lagi pergi
liqo ini semata-mata untuk menuntut ilmu dalam rangka beribadah kepada Allah.
Aku yakin bahwa niat ini sangat berpengaruh terhadap terhadap hasil yang di
dapatkan nantinya. Sebagaimana dalam sebuah hadits bahwa segala sesuatu itu
tergantung niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.
Begitulah
sahabat kira-kira sekelumit urusan yang ku hadapi dalam hidup ini dalam rangka insyaallah mencapai ridha-Nya, dan aku pun yakin dengan pesan dari murabbiku bahwa amanah itu takkan
pernah salah orang, dan Allah takkan pernah memberikan sesuatu melebihi batas
dan kemampuan hamba-Nya. Dan aku yakin apa yang kualami ini belum ada
apa-apanya dengan yang pernah dialami ulama-ulama Muslim lainnya yang dalam
berdakwah memenuhi jalan yang berliku, mereka tetap tabah, taat dan tawakal. Dan
aku ingin mengucapkan terima kasih kepada murabbiku yang tidak pernah henti
lelah memberiku ilmu yang sangat bermanfaat. Murabbi adalah guru, guru adalah
orang tua kedua kita. Murabbi adalah guru yang paling sabar, perhatian, dan
menyayangi tulus kepada kita. Karena beliau akan selalu tersenyum ketika kita
datang meski kadang kita sengaja mengulur-ulurkan waktu untuk bertemu dengan
beliau. Rasa kecewa karena menunggu lama akan sirna ketika mutarabbinya datang.
Terima kasih para murabbiku, Semoga aku bisa mengikuti jejak langkahmu dan
semoga aku bisa senantiasa istiqamah di jalan ini, dan semoga kita kelak akan
bersama ketika di surga Nya bersama orang-orang yang kita sayangi.
*Nor Istiqamah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar