SekolahMurabbi.com - Di sore
hari di sudut mesjid, tak kusangka itulah hari pertemuan kita akan skenario
Allah yang mempertemukan aku denganmu. Dengan gaya polos, lugu, dan dengan
tatapan kebingungan aku duduk di depanmu, kesan pertama yang aku rasa bosan, aku
berfikir apa yang sedang aku lakukan ini? Sedang apa aku disini? Dan pertemuan
apa ini? Entahlah aku tak paham namun aku mengikuti saja, mendengarkan, bertanya
serta tertawa bersamamu di hari itu hari pertama aku mengenalmu. Hari yang
mungkin akan menjadi kisah sejarah yang begitu mengetuk ruang hatiku yang
semula gelap, kering dan kosong akan cahaya keimanan.
Pertemuan
demi pertemuan yang aku ikuti kudengarkan semua nasehatmu dan pertemuan demi
pertemuan terasa berbeda ketika lantunan nasehatmu kau sampaikan dengan santun,
memberikan motivasi untuk berubah tanpa ada unsur memaksa, begitu pandai
lisanmu merangkai kata sehingga membuat aku begitu terpesona. Kau jelaskan
dengan detail tentang kebaikan dan kewajiban kita untuk agama ini, lisanmu
begitu pandai lagi mengukir kata-kata sehingga aku merasa tersihir dan
tersadar. Kau rasuki hatiku yang semula berantakan kau tahu aku sering kali
lalai akan amal yaumi yang seharusnya menjadi penyemangat kehidupan ini, kau
tahu sering kali amal yaum-ku tak sampai target tapi kau memberikan suntikan
semangat lagi dan lagi, kau ajarkan aku mengerti dan memahami tentang jalan
kebenaran menurut islam agar aku tahu bagaimana kewajibanku sebagai seorang
muslimah, Kau sering kali ceritakan kisah orang terdahulu yang berjuang dengan
cucuran darah pengorbanan demi agama ini. Sungguh aku takjub dengan kisah yang
kau ceritakan, aku merasa paling bahagia bisa mendengar kisah itu, kisah yang
sebelumnya aku tak tahu dan tak memahaminya. Tapi kisah itu sungguh memotivasi
diriku.
Perlahan
demi perlahan pada setiap pertemuan kau perkenalkan aku dengan jalan dakwah,
kau katakan kalau kita adalah da’i, da’i adalah orang yang kuat, kuat dari
segala hal yang akan mencaci, memaki, dan bahkan melukai. Seorang da’i juga selalu akan dipandang remeh oleh
sebagian orang dan tidak dipedulikan dianggap sok suci karena nasehat yang ia
sampaikan tapi orang-orang yang kembali pada Allah yang tetap istiqomah yang
akan bertahan. Wajar saja karena memang jalan dakwah ini penuh duri penuh
rintangan. Tahukah kau murabbiku aku orang yang begitu lemah imanku lemah aku
mudah jatuh mudah terpeleset di lembah futur kadang aku merasa tidak sanggup
tapi kau datang menguatkan hatiku. Karena kau bilang sampai kapan kita menunggu
untuk memberantas moral anak bangsa yang mulai menurun saat ini karena ingatlah
medan yang kita hadapi begitu luas, tidak ada waktu untuk kata menunggu.
Aku
sering kali dihantui rasa bosan, tapi lisanmu dengan tegas terus memahami aku,
meyakinkan hatiku, bahwa jika aku bosan dan ingin mundur maka Allah gantikan
dengan orang yang lebih baik lagi. Aku selalu ingin kau bersitkan aku gairah
semangat dakwah dan pancarkan cahaya keistiqomahan, kau ajarkan aku bertahan
berada tegas dan semangat di halaqahmu, agar aku mampu meneruskan estafet
dakwahmu dengan semangat dan kecintaan tentang jalan ini.
Hari
ini seakan aku tersadar ternyata memang benar hidayah itu bisa datang dari mana
saja, dari siapa saja, dari situasi yang bagaimana saja dan dari keadaan kita
masih dalam seperti apa saja. Sekarang, tinggal bagaimana kita menyambut hidayah
itu membuka pintu dan mempersilahkan dia masuk atau menutup pintu hati rapat-rapat dan membiarkan berlalu
begitu saja. Dan kamu lah kakak yang Allah pilihkan menjadi murabbiku dan
melaluimu lah Allah mengetuk dan membersihkan hati ini. Terkadang hati ini
masih sering sekali menolak nasihatmu namun kau selalu memberikan nasehat,
nasehat dan nasehat setiap kali bertemu tanpa bosan dan jenuh kau sampaikan
dengan lembut dan perlahan karena kau tahu begitu lembut hati ini. Kau rangkul aku dengan cinta dan kasih sayang karena Allah. Aku
sungguh senang dipertemukan denganmu.
Sungguh
aku takjub denganmu jadwal padat dan agenda yang banyak selalu saja kau bisa
untuk menyempatkan waktumu disela - sela jadwalmu bahkan saat jasad tak
berjumpa kau juga masih mampu memberi nasehatmu lewat telepon. Kau jaga ruhiyah
ini saat jauh dengan saling mengingatkan. Aku merasa sangat bersyukur
dipertemukan denganmu lewat skenario Allah yang begitu indah. Sungguh aku
sangat bersyukur jasa-jasamu akan kukenang di hati ini, nasehat – nasehatmu
akan kuingat selalu. Hanya kata terima kasih yang dapat aku ucapkan atas semua
yang kau berikan, aku tak bisa membalas apa-apa aku hanya bisa berdoa semoga
Allah memberikan surga terindah-Nya untukmu.
*Nurul Hidayanti Kurnia Sari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar