/
Artikel Terbaru
Artikel Terbaru ...

Biarkan Cinta Memilih Takdirnya

Published On: 07.10.00 By : Admin In : ,

SekolahMurabbi.comCinta itu... fitrahnya manusia. Sepatah kata indah yang tak bermuara. Mampu membuat pelakunya seakan tuli dan buta. Menyihir segenap hati manusia dengan lantunan irama yang menggema. Namun, jika ucapan akad belum terlaksana, ikhlaskan dan lepaskanlah ia,  untuk menjagamu dari dosa.


Sheren termenung. Memaknai kata-kata yang dari tadi ia tuliskan di dalam lembaran-lembaran diarinya. Bagaimana tidak? Sudah hampir setahun, hatinya mulai bersih dari “Virus Merah Jambu”. Namun, kali ini Sheren gagal. Ternyata, tanpa ia sadari...Sheren telah jatuh cinta lagi.

Namanya Mirza Ramadhana. Seorang mahasiswa kedokteran pada sebuah universitas ternama di Banda Aceh. Orang lain biasa memanggilnya Mirza. Ia sosok yang rajin, suka menolong, tak pernah meninggalkan shalat, hafal Al-Quran serta memiliki segudang prestasi . Hal itu yang membuat Sheren kagum padanya.

Sheren mengenalnya sejak pertama kali  mendaftar sebagai salah seorang pengajar di  Bimbel “Alif Ba Ta”, tepatnya di tengah kota Banda Aceh. Sewaktu seorang mentor  memperkenalkan ia pada Sheren, Sheren hanya tersenyum. Ia adalah sosok yang humoris. Meski kadang juga tampak begitu serius dan humanis.

Hari demi hari berlalu. Semua berjalan seperti yang diharapkan. Sheren dengan sikapnya yang pemalu, tak berani mengatakan hal hal yang ia anggap penting dihadapan Mirza. Sheren paham, interaksi dan komunikasi hanya akan memupuk rasa yang belum saatnya terbina. Ia tidak ingin, rasa ini tersiram baik hingga menjadi sebuah tanaman yang kokoh. Ya, belum saatnya semua itu terjadi.

Sewaktu itu, Mirza baru saja diangkat sebagai koordinator pengajaran dan Sheren juga kebetulan diangkat sebagai bagian administrasi. Terkadang Sheren meminta seorang perantara untuk menyampaikan beberapa hal padanya terkait program bimbel yang tengah berjalan. Hingga suatu hari, saat sedang bekerja diruang kesekretariatan. Sheren terhenti sejenak. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Sheren memiringkan posisi duduk sambil sekilas memandang Mirza dari arah belakang. Mirza tampak sibuk mengatur berbagai berkas penting dan menyusunnya ke dalam lemari. Lalu, tiba tiba saja, tanpa ada yang  meminta, hati kecilnya berkata ,” Mungkin, suatu saat nanti aku akan menyukainya dan akan bersama-sama membangun rumah tangga ke syurga,” Bisik Sheren pelan.

“Ren..Sheren..Nih ada anak yang mau bayar uang bulanan,” Sambar Sinta dari arah belakang.

“Ia...mungkin suatu saat nanti,” Jawab Sheren singkat.

“Hah? Suatu saat nanti, gimana? Ini lho uangnya udah dikasih sama Karina”.

“Eh..ehm..ehm..ia, Sin. Maksud Sheren.. Maksud Sheren..Mungkin suatu saat nanti Bimbel ini bisa melahirkan anak-anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual. Ia.. gitu maksud Sheren,” Pipinya mulai memancarkan rona kemerahan.

“Kamu kenapa? Melamun ya?” Sinta membalikkan badannya ke arah Mirza.

“Hmm, aku mengerti sekarang. Maksud kamu...?"

“Husttttt,” Sheren menutup mulutnya dengan paksa. “Yuk, kita ke ruang depan, Sin!” Sheren menarik tangan Sinta.

Enam bulan telah berlalu. Berawal dari sebuah keyakinan dan pandangan yang memaksa Sheren untuk terus bertahan dengan rasa yang belum pantas untuk diperjuangkan. Namun, karena rasa yang tidak jelas datangnya dari mana dan akan mengalir kemana, membuat Sheren memikirkannya secara tiba-tiba.

Ia kembali membuka diarinya dan terus menulis.

Ya Allah. Semenjak aku mengenal Mirza, tilawahku menjadi ketinggalan, shalatku kejar-kejaran, prestasiku diambang kehancuran, cita-citaku melayang ke atas awan. Hari-hariku diisi dengan bayangan bayangan masa depan yang tidak pasti, sedangkan aku tidak pernah tahu, apa sesungguhnya yang akan terjadi?

Ya Allah. Aku sadar, sudah betapa banyak dosa yang aku tanam dengan mengenangnya dalam ingatan, menatapnya pada setiap kesempatan, memaksaMu untuk menjawab takdir yang belum saatnya teruangkapkan. Hari ini, aku bertekad, untuk mengembalikan Mirza kepadamu. Aku mohon, ampunilah hati ini yang telah terkotori oleh keinginan duniawi. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Takdir yang menentukan siapakah yang akan engkau titipkan untuk membimbingku, menemaniku, bersama meniti langkah menggapai ridhoMu.

Sheren menghapus air mata yang telah jatuh membasahi buku diary mungilnya. Lantas, ia berwudhu untuk melaksanakan shalat istikharah. Meminta petunjuk pada Allah agar membimbing hatinya agar senantiasa menuju pada arah yang mendekatkan dirinya pada Sang Pemilik Hati.

*Cerpen adalah bagian dari novel “Diantara Istikharah Cinta”

***

Sahabat yang dirindukan syurga…

Mungkin kisah diatas pernah sahabat alami dalam kehidupan sehari-hari. Salahkah? Saya rasa tidak. Mencintai dan dicintai adalah fitrahnya manusia. Namun, Allah telah berfirman dalam Al-quran Surah Al-Isra ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Memandang adalah zina mata. Membayangkan adalah zina fikiran dan hati. Bahkan, sms atau bbm yang tidak memiliki tujuanpun kadang patut dipertanyakan. Hati-hati dengan sebuah  keyakinan. Buatlah benteng yang kuat untuk menjaga pandangan. Tidak salah jika ada pepatah yang mengatakan “Dari mata turun ke hati”.

Maka hanya ada dua pilihan. Halalkan atau ikhlaskan. Belajar untuk melupakan adalah hal yang terbaik. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Ingat, bahwa kita masih tetap bahagia walau tanpa dia. Tunjukkan padanya bahwa suatu hari nanti kita pasti bisa bahagia setelah semua cita-cita yang kita raih sudah didepan mata. Tunjukkan padanya bahwa patah hati membuat kita lebih sempurna. Jangan pernah menyelipkan dendam. Tapi berterimakasihlah karena kita pernah berjumpa dengannya. Terluka. Namun, bisa bangkit dengan segera.

Jika belum berhasil, maka sibukkanlah diri kita dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti menulis, mengikuti kajian, tilawah atau berolahraga. Ingat, jika hadirnya ia membuat kita jauh dari Allah, mungkin ia bukan cinta sejati. Jika belum berhasil juga, cobalah untuk menghilangkan kenangan-kenangan yang mungkin pernah ia ciptakan. Lalu, cobalah untuk tidak “stalking” akun sosial medianya. Ingat, semakin sering kita membukanya, semakin sulit kita menghapusnya dalam ingatan. Selanjutnya, sadarilah bahwa setiap mengingatnya maka kita akan melakukan “zina hati dan zina fikiran” yang jika terlalu sering, maka dosa itu akan tertimbun. Jadilah single yang bermartabat, jika menikah menuai manfaat. Biarkan cinta yang memilih takdirnya. Laki-laki yang baik akan dipertemukan dengan perempuan yang baik. So, jangan khawatir! Yuk, Move On!

*Tulisan ini dibuat sebagai nasihat (bagi penulis dan pembaca) serta bagi para sahabat yang sedang jatuh cinta. Halalkan atau ikhlaskan. Single bermartabat, jika menikah menuai manfaat.





Farah Febriani

Mahasiswi jurusan Psikologi FK Unsyiah. Hobi membaca, menulis, MC dan traveling. Saat ini sedang merampungkan novel yang berjudul “Diantara Istikharah Cinta”. Beberapa cerpen dan puisi telah diterbitkan dalam buku antologi. Alumni sekolah murabbi angkatan ke-2.

Tentang Penulis

Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com