SekolahMurabbi.com - Sebuah foto yang ditayangkan pada fanpage LOVE REVOLUTION benar-benar menyesakkan dada saya ketika melihatnya. Meski tak pasti kebenarannya, tapi dengan melihat Gaza dan Palestina dari sudut pandang yang semestinya, hal ini bukanlah barang langka di sana. Israel dengan segenap kedigdayaannya bisa dengan mudah melakukan apa saja.
Setiap pagi, seorang wanita Palestina menyalami ibunya melalui celah di dinding pembatas yang dibangun Israel. Speechless.
Ah,
bagaimana rasanya bila saya yang berada di posisi itu? Setiap pagi, saya hanya
bisa menyalami tangan bunda lewat celah yang sempit. Saya bahkan tak bisa
mencium wangi tangannya apalagi melihat wajahnya. Ah, tangan keriput yang mulia
itu. Ah…
Gaza
semakin hari semakin menderita. Mesir yang seharusnya bisa membantu kini
berpaling muka. Perbatasan Refah hanya dibuka 21 hari selama 2015. Kalau dibagi
rata, dalam sebulan tak sampai 2 hari. Itupun kesannya terpaksa karena hendak
memasukkan jenazah warga Gaza yang meninggal di Mesir. Selebih itu, tak ada.
Refah adalah jalur kematian, bukan kehidupan.
Gaza kini
seperti anak kecil yang terlunta-lunta. Dianiaya Israel, diacuhkan Mesir
sementara saudara-saudara Arabnya yang lain sibuk berkelahi di depan mata.
Turki ingin memungutnya tapi Israel ketagihan menganiaya. Ia tak membiarkan
begitu saja. Gaza tak punya pilihan lain. Ia terus bangkit melawan sekuat
tenaga.
Ah, Gaza.
Kalian akan selalu ada dalam doa-doa kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar