Penulis: M.Ridho Rahman
Editor: YF Rijal
Mungkin ada, tapi bukan karena tidak ada pasangan melainkan karena ada penyakit. Salah satu penyakitnya adalah pengecut, takut pada tanggung jawab. Dan penyakit ini banyak menimpa di wilayah barat sana, pada orang-orang yang bahkan tidak punya keyakinan dalam dirinya.
Bagi orang timur terlebih bagi umat Muslim, menikah adalah salah satu sunnah terbesar dalam ibadahnya. Setengah dari agama imbalannya.
Kalau kata Rasulullah, saat sebelum menikah kita ibadah cuma dapat satu pahala. Setelah ijab kabul maka pahalanya jadi dua. Lah, minimal saat berdoa tidak sendiri lagi tapi sudah ada yang mengaminkan.
Lantas kenapa banyak orang masih takut menikah, banyak pemuda justru menikmati masa "maksiat " padahal telah pantas untuk menikah?. Yap, pertanyaan yang patut dijawab oleh para orang tua, terutama orang tua pemudi. Terlalu banyak syarat yang memberatkan bagi pemuda. Syarat yang begitu keduniaan dan tidak berorientasi akhirat. Perlukah keluar statemen dari pemuda, " Pak, Bu, ijinkan saya berzina dengan anak Anda"?
Miris sekali. Faktanya, kejadian di atas banyak terjadi di negeri Muslim terbesar saat ini. Padahal Rasulullah telah menitipkan pesan untuk para orang tua melalui anak gadisnya. "Jadilah wanita yang paling ringan maharnya". Teladanilah yang patut diteladani. Ikutilah yang patut diikuti.
Contohlah
kejadian seorang pemuda yang berani melamar kepada seorang ustadz. Lalu hanya
diberikan syarat mahar berupa hafalan Al Quran. Tanpa persyaratan lain. Tapi hal ini baik untuk dirinya maupun untuk
kehidupannya kelak.
So,
siapa lagi orang tua yang berani memberikan syarat seperti itu? Mudah-mudahan banyak
pemuda yang berani.
Mari,
menghafal mahar.
10 September
2015
Ditengah letihnya memikirkan
masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar