/
Artikel Terbaru
Artikel Terbaru ...

Perlunya Kredibilitas Keilmuan

Published On: 20.00.00 By : Admin In :

SekolahMurabbi.com -  Dalam rubrik tanya jawab di sebuah media online berbahasa arab, seorang aktivis dakwah menanyakan sebuah fenomena yang menurutnya telah terjadi perubahan dalam sikap, langkah dan kebijakan yang diambil para qiyadah sehingga membuat banyak kader dakwah tidak tsiqoh lagi kepada mereka. Dalam jawabannya yang panjang lebar, pengasuh rubrik tersebut menyelipkan sebuah pertanyaan untuk membantu penanya merenung dan menemukan jawaban dengan mengajaknya melihat masalah tersebut dari sudut pandang berbeda; “Apakah ketidaktsiqohan kader tersebut disebabkan karena para qiyadah yang sudah berubah atau disebabkan kapasitas keilmuan para kader yang terbatas dan tidak mampu memahami sikap, langkah dan kebijakan yang diambil para qiyadah?”

Untuk dapat memahami perkembangan dakwah dan problematikanya saat ini, menuntut adanya kredibilitas keilmuan. Kredibilitas tersebut tidak cukup hanya mengandalkan keilmuan yang bersumber dari literatur saja, tetapi juga keilmuan yang didapat dari interaksi langsung dengan realita dakwah, keilmuan yang berasal dari interaksi langsung dengan dinamika kehidupan.

Seorang kader yang berkiprah langsung dalam dunia dakwah siyasiyah akan sangat memahami betapa sangat strategisnya kekuatan politik untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Sebaliknya, bagi kader yang melihat dunia dakwah siyasiyah dari kejauhan, akan cenderung menyoroti sisi kemubadziran proses politik yang memerlukan biaya mahal, cenderung hanya melihat dari sisi dampak negatif yang mungkin timbul, dan karenanya mengajak kita meninggalkan dunia politik, cenderung mengikuti pikiran pribadinya dan menyeru agar kita tidak memaksakan diri terlibat dalam dunia pemilu atau pilkada, meskipun kebijakan tersebut diambil melalui proses syuro yang panjang.

Agar kita mampu menimbang masalah ini dengan timbangan yang benar, penting bagi kita untuk menyimak hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut, “Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan (dampak negatif) mereka, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka”. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah).

Bila ada kader yang gelisah dan bingung dalam memahami perkembangan dakwah dan sepak terjang aktivisnya, gelisah karena ijtihad, qiyas dan maslahat dijadikan dasar dalam mengambil sikap atau kebijakan dakwah dan mengatakan: “Terkadang untuk menjustifikasi tindakan-tindakan itu, digunakanlah kaidah-kaidah fiqh secara berani dan tidak proporsional…. Sementara di zaman sekarang, anak-anak muda menjawab dengan berani terhadap masalah apa saja yang diajukan kepada mereka dengan dalih ijtihad dan maslahat”, ternyata kegelisahan dan kebingungan yang diungkapkan dengan kata-kata yang sama telah dinukil oleh Muhammad Ahmad Ar Rasyid dalam bukunya “Manhajiyatul Ifta’ wal Ijtihad”. Namun beliau menepis kebingungan tersebut setelah menemukan ungkapan Imam Ali Bin Abi Tholib,

 كلُّ قَوْمٍ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَصْلَحَةٍ مِنْ أَنْفُسِهِمْ : يُزْرُونَ عَلَى مَنْ سِوَاهُمْ ، ويُعرَفُ الْحَقُّ بِالْمُقَايَسَةِ عِنْدَ ذَوِي الْأَلْبَابِ

“Setiap kaum, merekalah yang paling mengetahui urusan mereka dan paling memahami apa yang bisa memberikan maslahah kepada diri mereka, mereka berhak mencibir orang lain yang tidak memahami mereka, kebenaran dapat diketahui dengan qiyas bagi mereka yang memiliki akal” (Lihat: I’lamul Muwaqqi’in, 1/203)

Ali bin Abi Thalib telah menjelaskan dengan gamblang bahwa menggunakan qiyas dan maslahat dalam mengambil kebijakan politik, kebijakan dakwah dan muamalah merupakan manhaj yang benar. Hal ini akan menghilangkan keraguan dalam berijtihad dan bahkan mendorong untuk berani berijtihad, tentunya dalam masalah-masalah fiqh dakwah, politik dan muamalah.

Dari pemaparan masalah diatas ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi,
  1. Pentingnya meningkatkan kredibilitas dan kapasitas keilmuan untuk bisa memahami, menyikapi bahkan mengelola dakwah di mihwar muassasi. Peningkatan kredibilitas dan kapasitas keilmuan bukan hanya dengan menguasai ilmu alat yang didapat dari belajar dan membaca buku, tetapi juga dengan berinteraksi langsung dengan realita kehidupan sehingga kita dapat memahami dan menyikapi suatu fenomena atau problema dakwah dengan benar, dapat mengelola kerja-kerja dakwah ini dengan produktifitas yang tinggi.
  2. Kredibilitas keilmuan menuntut adanya kredibilitas dan integritas personal. Kredibilitas dan integritas personal inilah yang akan menghadirkan keikhlasan dalam berbicara dan bertindak, dalam mengkritik dan menilai, mendorong kita menjadi orang yang adil dan obyektif meskipun terhadap diri sendiri, memacu kita untuk dapat memberikan kontribusi riil yang sebesar-besarnya demi perbaikan dan pengembangan dakwah ini dan bukan sekedar berbicara, menilai dan mengkritik. Kalaulah harus menilai dan mengkritik, kita tahu kapan, dimana dan bagaimana cara mengkritik yang benar. Apalagi bila yang dikritik itu adalah sebuah kebijakan yang dihasilkan melalui syuro. Bagaimanapun hasil syuro itu lebih baik dan lebih berkah dari pada pendapat dan pikiran pribadi.
  3. Kredibilitas keilmuan menuntut kita senantiasa memiliki pandangan positif terhadap perbedaan dan keragaman (sunnatu tanawwu’), apapun perbedaan dan keragaman tersebut. Dengan adanya sunnatu tanawwu’ kehidupan ini akan semakin dinamis. Kekurangan yang terjadi pada saudara kita berarti peluang ibadah. Allah memberi peluang kita untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kekritisan saudara kita akan menjadikan kehidupan ini menjadi seimbang. Hanya saja kekritisan tersebut tidak boleh menjadi faktor yang mempengaruhi soliditas kehidupan berjama’ah ini, atau bahkan menjadi pintu masuknya pihak-pihak yang ingin memporak-porandakan keutuhan shaf kita.

Wallahu a’lam..
Sumber: Al-Intima’

Tentang Penulis

Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com