SekolahMurabbi.com - “Bacalah!” seru Jibril as. Dengan menggigil, Rasulullah saw. menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Kejadian itu berulang hingga tiga kali sebelum kemudian Jibril mendekap sang Nabi lalu menuntunnya sebanyak lima ayat. Itulah wahyu pertama dan usailah pelantikan Muhammad saw. sebagai Nabi terakhir yang diutus Allah.
Ada yang menarik dalam peristiwa ini untuk kita
cermati. Kita tahu bahwa Jibril tidak menurunkan wahyu dalam bentuk tulisan. Ia
hanya menuntun Rasul sampai beliau bisa. Pertanyaannya, mengapa Jibril malah
menyuruh Rasul membaca? Apa yang harus dibaca?
Di sinilah kita menemukan definisi membaca
dalam maknanya yang luas. Kata “qara-a” dalam bahasa Arab awal mulanya memiliki
arti “menghimpun”. Dalam kamus Lisanul Arab, Ibnu Mandhur menyebutkan :
والأصل
في هذه اللفظة : الجمع, وكل شئ جمعته فقد قرأته
Bahwa asal lafadh iqra’
bermakna : “menghimpun / mengumpulkan”. Setiap yang telah dihimpun atau dikumpulkan,
maka itu artinya telah dibaca.
Dari
pengertian ini, jelaslah bahwa membaca berarti menghimpun, yaitu menghimpunkan
huruf demi huruf lalu mengucapkan himpunan itu. Dari sini pula ditafsirkan
bahwa “Al-quran” yang menurut sebagian mufassir berasal dari kata yang sama
bermakna “himpunan dari 114 surat”.
Inilah
definisi membaca secara luas, yaitu mengumpulkan data dan kemudian mencoba
memahami kumpulan data tersebut. Karena
itu, membaca tidak selalu apa yang tertulis. Segala yang berbentuk informasi,
baik itu kedalaman laut, diameter bumi, kecepatan angin, atau pertambahan
jumlah penduduk, selama bisa dikumpulkan, akan bisa dibaca. Quraish Shihab
dalam Membumikan Alquran menyebutkan bahwa menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengenal ciri-ciri dan sebagainya termasuk ke dalam pengertian
membaca secara luas.
Begitulah
kiranya yang diperintahkan Allah swt. kepada Rasulullah saw. (dan juga kepada
kita umatnya) melalui malaikat Jibril as. Seolah-olah Allah firmankan,
“Kumpulkanlah data dan pahamilah olehmu (dan umatmu), hai Muhammad, tanda-tanda
kebesaran-Ku yang ada di alam semesta ini!”
Maka
berdasarkan pemahaman seperti ini, kita kemudian menemukan banyak perintah
membaca yang difirmankan Allah dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan.
“Tidakkah kamu berpikir?”, “tidakkah kamu mengambil pelajaran?”, “sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal” adalah
sekelumit bahasa lain dari perintah “iqra’”.
Inilah
iqra’, perintah pertama yang begitu agung. Perintah pertama yang menjelaskan
bahwa Islam menempatkan ilmu pengetahuan di posisi penting. Rasulullah saw. dan
beberapa generasi setelahnya paham betul akan hakikat perintah ini. Maka
berjayalah Islam di dua pertiga dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar