Namun, hidup tentu tidak menyuguhkan keadaan yang selalu sama. Kadang, orang lain hadir untuk kita teladani kelebihannya. Mungkin juga mereka datang untuk menguji kesabaran. Ada saatnya kita dibiarkan sendirian. Kita, dengan karakter yang senada, belum tentu selalu dibersamakan dalam ruang yang sama. Orang-orang terdekat, tidak pantas kita menuntutnya selalu memahami kita. Orang yang paling harus memahami kita adalah diri kita sendiri. Kita yang harus mengenal karakter diri. Harus mampu membujuk diri untuk tidak mengeluh, untuk tidak rapuh, agar tetap tegak saat keadaan berseberangan dengan harapan. Kita harus mengenali di mana kita berada, dan bagaimana seharusnya menempatkan diri.
"Penjara itu," Kata Syaikh Salman bin Fahd Al Audah, "Bukanlah tembok, kunci, jendela kecil, rantai atau hukum. Tapi penjara itu adalah ketika seseorang merasa rendah dan menghinakan dirinya."
Kita yang pernah merasakan lingkungan yang kebaikan senantiasa timbal balik, jangan sampai memenjarakan diri dalam keputusasaan saat tiba-tiba berada pada keadaan yang berbeda. Tetaplah taat dalam sendiri maupun ramai. Tetaplah menjadi baik saat bersama orang-orang yang menerima kita sepenuhnya, maupun saat bersama mereka yang enggan memahami. Hadirkan Allah di hati dalam keadaan apapun. Jadilah sebaik-baik teman bagi diri, jadilah yang paling bersegera menyadarkan diri saat semangat kebaikan hendak meredup. Kuatkan jiwa bersama ayat-ayatNya.
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Q.S. Ali Imran: 139)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar