/
Artikel Terbaru
Artikel Terbaru ...

Menjadi Bangsa Yang (Tak) Dikenal

Published On: 20.01.00 By : Unknown In :



SekolahMurabbi.com - Apa yang kaulakukan ketika angklung diklaim Malaysia sebagai warisan budaya negaranya? Bisa jadi kau marah, menggelar demonstrasi atau sekedar memelintirkan nama negara jiran itu menjadi Malingsia. Intinya, kau tidak senang, Kawan. Aku juga sama. Ketika kita ditanya kenapa begitu ngotot mempertahankan angklung, jawabannya adalah karena angklung warisan budaya Indonesia turun-temurun. Selaku generasi kesekian dari bangsa ini, salah satu tugas kita adalah melestarikan peninggalan budaya.


Jawaban yang luar biasa.





Tapi ada pertanyaan lain, Kawan. Apa yang kaulakukan ketika budaya bangsamu justru dirusak oleh dirimu sendiri? Mungkin kau tidak segera menjawab, malah sambil mengernyitkan dahi mengajukan pertanyaan balik. Mana budaya bangsa yang saya rusak?



Baiklah, mari kita diskusi, Kawan. Definisi budaya menurut KBBI kita adalah adat istiadat, sedang adat istiadat berarti “tata kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat”.



Negara kita adalah negara timur, negara yang dikenal santun dan kokoh pada prinsip-prinsip ketimurannya. Atau boleh juga kita katakan, negara kita memiliki budaya yang santun dan ketimuran. Dua hal ini lantas tercermin dalam berbagai aktivitas, salah satunya adalah perayaan tahun baru masehi. Dulu, nenek moyang kita memperingati tahun baru dengan gaya timurnya yang santun. Masuknya tahun baru dijadikan momentum untuk bersyukur atas nikmat Tuhan.



Lho, ini kok jadi bahas tahun baru? Iya, sebab bagaimana sebuah bangsa menyambut tahun baru adalah budaya. Dan budaya kita adalah bersyukur, bukan membakar kembang api, petasan, mercon, meniup terompet atau membunyikan klakson kendaraan di jalan. Para pendahulu kita tidak mewariskan budaya aneh semacam itu.



Tapi seluruh dunia merayakan dengan cara yang sama. Siapa bilang? Arab Saudi yang kental dengan keislamannya biasa-biasa saja. Tidak ada ritual mubazir itu di sana. Okelah, mungkin kau akan berdalih dengan Islam-nya. Jepang, negara kecil di Asia Timur, penduduknya beragama Shinto, justru tidur lebih awal di malam tahun baru. Mereka lebih senang merayakan tahun baru di pagi harinya dengan pergi ke kuil seraya memanjatkan doa. Jadi siapa bilang seluruh dunia merayakan tahun baru dengan cara yang sama?



Hanya bangsa yang tidak memiliki identitas saja, atau bangsa yang malu dengan jati dirinya saja, yang suka ikut-ikutan menjiplak identitas bangsa lain.



Ayolah, kita buka mata dari sekarang. Rasanya sudah terlalu lelah melihat pemimpin-pemimpin kita menjadi pengekor setia negara-negara adikuasa. Padahal mereka, negara-negara adikuasa itu, tak pernah menjamin kesejahteraan bagi pengikutnya. Cukup sudah ikut-ikutan tak berdasar itu. Kenapa kita tak henti-hentinya mengkritik kebijakan pemerintah padahal diri sendiri juga melakukan hal yang sama? Siapa yang kita ikuti ketika merayakan tahun baru dengan petasan, kembang api dan sebagainya itu?



Maka mulai sekarang, mari menjadi generasi yang tak setengah-setengah melestarikan budaya. Generasi yang tak senang jika budayanya dijiplak tapi juga tak suka memiliki budaya menjiplak. Mari merasa bangga dengan budaya timur kita yang tak suka pemborosan dan perbuatan sia-sia. Saatnya kita munculkan jati diri bangsa kita yang sesungguhnya. Jati diri yang akan membuat bangsa kita dikenal di mata dunia.

Tentang Penulis

Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com