/
Artikel Terbaru
Artikel Terbaru ...

Bagaimana Melepaskan Belenggu Lisan?

Published On: 11.39.00 By : Unknown In :

SekolahMurabbi.com - Lisan para pendakwah sama vitalnya dengan senjata para mujahid perang. Ia harus tajam agar mampu menusuk dalam-dalam. Dari sini kita melihat pelatihan-pelatihan da’i, simulasi khutbah, jidal yang ahsan dan sejenisnya menemukan fungsi yang sebenarnya. Melatih lisan agar menghasilkan perkataan yang bernas.

Mengatur kata-kata memang bukan urusan yang mudah. Ini selalu menjadi alasan utama ilmu dan kebenaran tidak tersampaikan. Sebagai pendakwah, kita dituntut untuk menyamakan ’frekuensi’ dengan para pendengar. Kalau bahasa Alquran, para pendakwah dituntut untuk menyampaikan risalah dengan lisanu qawmih, bahasa kaumnya.

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. (QS. Ibrahim: 4)

Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa ‘bahasa kaum’ menjadi syarat penting agar penjelasan tersampaikan dan dipahami.

Dalam definisinya yang lebih luas, bahasa kaum tidak berarti sekedar kesamaan bahasa semata. Sebab Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk mendakwahi orang sesuai kemampuan pemahamannya. Ini mengisyaratkan bahwa kemampuan pemahaman juga merupakan bagian dari bahasa kaum yang harus dipahami oleh setiap pendakwah.Contohnya, bahasa yang kita gunakan untuk mendakwahi akademisi berbeda dengan bahasa untuk mendakwahi buruh bangunan, misalnya. Sekalipun keduanya sama-sama berbahasa Indonesia.

Kendala para pendakwah yang kita sebutkan tadi adalah ketidakmampuan untuk menyamakan ‘frekuensi’ dengan berbagai kaum (kalangan) objek dakwah. Kadang ada da’i yang lihai di depan kalangan akademisi tapi kesulitan ketika diminta berbicara di depan masyarakat pedalaman. Atau sebaliknya. Lisannya masih terbelenggu. Ilmu dan kebenaran di dada tertahan di lidah lalu gagal menjadi kata-kata.

Ini tantangan. Dan harus dijawab oleh setiap pendakwah. Sebab waktu tidak menunggu kita siap. Entah takdir akan membawa kita ke mana suatu saat. Maka banyak-banyaklah berdoa seperti Nabi Musa as. Nabi yang diutus untuk mendakwahi ayah angkatnya.

Rabbi-syrah li shadri, wa yassir li amri, wahlul ‘uqdatan min lisani, yafqahu qawli.

Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah belenggu lisanku, agar mereka paham ucapanku.

Aamiin ya Rabb.

Tentang Penulis

Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com