SekolahMurabbi.com - Ada slogan yang terkenal dalam dunia sepakbola. Bunyinya: Say No To Racism, katakan tidak pada rasisme. Perang terhadap diskriminasi rasial telah mendapatkan perhatian khusus dari FIFA, badan sepakbola internasional, sejak adanya perlakuan yang tidak mengenakkan kepada pesepakbola berkulit hitam.
Menurut KBBI, salah satu arti rasisme
atau rasialisme adalah paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling
unggul. Dalam kasus sepakbola tadi, ini diekspresikan dalam berbagai tindakan
seperti melempar pisang ke pemain berkulit hitam, mengeluarkan umpatan kotor,
dan mengejek dengan menirukan aksi hewan, misalnya. Pemain yang berasal dari
Afrika dan Amerika Latin atau berdarah dua benua tersebut paling sering menjadi
korban. Sebut saja, Emmanuel Frimpong, Raheem Sterling, Mario Balotelli,
Neymar, dan Hulk.
Sejauh ini, kasus demi kasus rasisme
terus terulang di lapangan hijau. Sanksi-sanksi yang diberikan komite disiplin
masing-masing negara, UEFA hingga FIFA belum memberikan efek jera yang
maksimal.
Sekarang mari
kita beralih ke medan dakwah. Saya tidak sedang membicarakan kisah Abu Dzar dengan
Bilal ibn Rabah, radhiyallahu ‘anhuma. Ini rasisme jenis lain yang agak
berbeda.
Perbedaan pendapat
dalam menafsirkan Alquran dan hadits Rasulullah saw. tak dapat disangkal
menjadi sebab munculnya berbagai jamaah dalam Islam. Adanya berbagai jamaah ini
lantas memunculkan anggapan di kalangan masing-masing bahwa jamaah A lebih
unggul, lebih shahih, lebih nyunnah daripada jamaah B, C dan seterusnya.
Akibatnya sangat disayangkan, ada saudara kita yang mengaku dari jamaah X,
misalnya, merendahkan, melecehkan, dan menghina saudara kita yang lain yang
berasal dari jamaah Y.
Ini penyakit
dalam tubuh umat ini. Adanya perasaan lebih unggul dan lebih shahih itu
sebenarnya tindakan rasisme dalam bentuk lain. Padahal bukankah tidak ada
jaminan surga untuk jamaah A yang lebih nyunnah? Bukankah belum pasti
jamaah B yang menghalalkan demokrasi akan masuk ke neraka?
Tapi hebatnya,
para pendakwah seperti tak sadar-sadar. Layaknya sedang mabuk, mereka terus berkutat
di kekonyolan yang sama terus-menerus. Fokus dakwah seakan telah berubah arah
dari mendakwahi orang yang salah menjadi mendebati orang yang tak sependapat. Hari
ini, mereka terus disibukkan berargumen pada perkara-perkara khilafiyah yang
para ulama sebelumnya telah bertoleransi atas ketidaksepakatan. Lalu dengan
gampangnya, mereka melukai hati saudara-saudara jamaah lain yang punya pendapat
berbeda dengan cap bid’ah, sesat, dan kafir! Padahal sanksi atas perlakuan rasis seperti ini diganjar dengan hukuman terberat oleh Allah.
Oh,
pendakwah macam apa ini?
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan
kalian haram atas kalian..” (HR Bukhari Muslim)
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya
kekufuran.” (HR Bukhari Muslim)
“Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan
atau kekufuran, melainkan akan kembali kepadanya tuduhan tersebut jika yang
dituduhnya tidak demikian.” (HR Bukhari)
*Kutulis untuk mengingatkan diriku sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar