Sekelumit
kisah ini hadir tidak terduga. Hanya bermodal satu inspirasi, saya kembali
menuliskan beberapa paragraf, berharap menyisakan kebaikan dan kebermanfaatan.
Siapa
yang tidak kenal dengan Napoleon Bonaparte? Ahh, barangkali kita pernah
mendengar namanya, walau hanya satu kali. Sekalipun belum, itu artinya tulisan
ini yang akan mengenalkannya pada kalian semua.
Lantas
apa kaitan Napoleon dengan Mekanisme Hidayah? Simak dulu kisahnya….!!!
***
Napoleon
adalah adalah sang tiran yang berhasil berekspansi hingga ke Rusia. Kebayang ya
bagaimana luasnya Rusia, dan mampu ia kuasai bersama pasukannya. Ibaratnya, ia
adalah Firaun di Benua Eropa. Napoleon berangkat dari Paris, ia bahkan hampir
menguasai seluruh benua Eropa dan terus bervisi untuk memperluas wilayah
kekuasannya. Hingga suatu hari perang di Uni Soviet terjadi antara pasukan
Napoleon dengan tentara Rusia. Kemenangan sedang tidak berpihak di tangan kanan
Napoleon. Ia dan pasukannya harus melarikan diri dari Rusia.
Salju
yang lebat menyelimuti Rusia, sebelum berangkat Napoleon sudah menjelaskan
kepada pasukannya untuk bersiap dan membawa bekal serta pakaian tebal untuk
berlindung dan bertahan dari badai salju yang sangat hebat di Negara Rusia.
Ternyata, tentaranya tidak terlalu menggubris arahan dari panglima Napoleon.
Ada sejumlah tentara yang harus menyerah di tengah badai salju dan mati
mengenaskan dalam balutan salju. Sejumlah tentara juga ada yang semakin melemah
dan berhenti mengendarai kuda. Lantas tindakan apa yang Napoleon lakukan untuk
membawa pulang pasukannya? Ternyata ia justru memerintahkan pasukan yang sudah
lemah untuk membuka bajunya dan diserahkan kepada pasukan lain agar mereka
mampu bertahan sampai berpulang ke Prancis. Pilu. Pastinya. Betapa kematian
mereka hanyalah untuk menyelamatkan pasukan lain, berikut dengan visi kekuasaan
yang bertepuk sebelah tangan.
Satu
hal yang menarik adalah tentang lemahnya pasukan yang dipaksa oleh Napoleon untuk
menyerahkan baju mereka kepada pasukan yang masih bertahan. Hal ini menunjukkan
bahwa yang lemah tidak perlu ditunggu kuat. Lemah adalah faktor kemalasan yang
telah menggerogoti jiwa seorang manusia. Tiadalah obat bagi sesuatu yang
dinilai malas. Lebih baik fokus pada mereka yang lebih kuat dan serius
berjuang.
Hal
seperti ini hampir serupa dengan mekanisme hidayah. Tentu kalian sering
mendengar bahwa hidayah itu harus dicari, bukan ditunggu. Perkataan bijak ini
mengadung makna benar hampir seratus persen. Apapun jenis pergerakan yang kita
lakukan, fokuslah pada orang-orang yang masih kuat dan mau berjuang. Maka
tinggakan mereka yang senantiasa mengeluh dengan sejuta alasan. Akan sangat
membuang waktu bila fokus kita terbagi, akan membuat jiwa ini lara dan berakhir
merana dalam kekalahan.
Sudah
begitu banyak yang mungkin kita temui, atau bahkan kita pernah menjadi bagian
dari orang-orang mengeluh dan menyerah. Semoga Allah mengampuni kita. Allah dan
Rasul-Nya begitu cinta pada hamba-hamba yang kuat dan beriman. Orang-orang yang
amanah adalah tanda kebaikan iman dan kesempurnaan islam di dalam dadanya.
Lantas, apakah kita mau menjadi sekelompok yang dibenci Allah? Mari kembali dan
perbaiki diri.
Saya
bergitu tertegun ketika mengetahui salah seorang teman saya ketika saya duduk
di bangku SMP, kini telah menjadi pribadi yang lain, tentu ke arah yang lebih
baik. Tipe yang dulunya supel dan bahkan pergaulan yang tergolong bebas, tapi
kini berganti sebaliknya. Berubah 180 derajat. Pertanyaan saya, apakah ini
kebetulan??? Tentu TIDAK…..!!!
Setiap
masa ada orang-orangnya. Pedih bukan membaca kalimat ini? Lebih buruk lagi
kalau justru kita bukanlah orang-orang yang dinilai baik dan bertanggung jawab
atas amanah kebaikan. Setiap tujuan baik harus disegerakan. Sungguh tidak ada
kerugian atasnya. Maka, bersegera kepada kebaikan itu adalah kewajiban.
Memperbaiki diri adalah keharusan. Atas dasar apapun, kita adalah pilihan.
Sungguh kerdil rasanya bila kita menistakan kehidupan. Bersiaplah menyambut
masa depan…!!!!
*Penulis terinspirasi dari seorang
teman SMP yang dulunya anti soal organisasi, tidak termasuk peduli apalagi tema
religi. Justru hari ini penulis menyaksikan bahwa ia adalah sosok yang telah
berganti menjadi pejuang dakwah garis depan di sebuah kampus di Aceh. Penulis
seratus persen tertegun, dan berucap syukur sepenuhnya. Begitulah Allah telah
membiarkan ia menjemput hidayah dan memelihara kebaikan atasnya. Sungguh setiap
masa ada orang-orangnya. Amanah adalah sebuah keniscayaan, maka biarlah ia
menetap sebagai bunga kehidupan.
Darussalam, 19 Agustus 2016
Muhammad Reza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar