/
Artikel Terbaru
Artikel Terbaru ...

Sombong Hanyalah Awal Cerita

Published On: 15.15.00 By : Unknown In :
Salah satu adegan dalam film "The Titanic" yang berkisah tentang tenggelamnya kapal pesiar termewah di abad 20. (Sumber gambar: waktudahulu.blogspot.com)

SekolahMurabbi.com - Sombong hanyalah awal cerita kaum Sodom yang menolak ketika diingatkan Luth sang Nabi. “Berhentilah mengingatkan kami, kalian itu hanya orang-orang yang sok suci.”

Sombong hanyalah awal cerita Fir’aun yang dengan nada mengejek meminta Haman membangun gedung tinggi. “Agar aku dapat naik menemui Tuhan Musa, sebab kuyakin ia kali ini benar-benar berdusta.”

Sombong juga hanya awal cerita Titanic di permulaan abad 20, kapal laut besar mahakarya White Star Line yang memiliki julukan nan angkuh, “The Unsinkable”.

Kesudahan ketiga cerita menjadi pengingat bagi kita bahwa tak ada siapapun makhluk melata yang perkasa.

Sodom, misalnya. Ketika kemaksiatan menjadi mayoritas dan hanya tersisa Nabi Luth as. dan anak-anaknya saja, ingatlah kebenaran senantiasa bukan urusan jumlah.

Pendaku Tuhan dari lembah Nil, sang Fir’aun yang ‘agung’, sungguh tak perlu membangun gedung melambung untuk menemui Tuhan Musa. Sebab tenggelam di Laut Merah sudah cukup untuk mengirimnya ke neraka. Jabatan tinggi dan balatentara yang banyak tak ada apa-apanya jika digunakan untuk menentang kebenaran.

Titanic! Nasibnya sama sekali berbeda dengan Olympic, kembarannya yang diluncurkan lebih dulu. Sumber sejarah menyebut Titanic adalah kapal pesiar paling mewah. Dengan dimensi 269 x 28 meter, kapal uap ini mampu menampung 3.000 orang lebih dengan fasilitas yang wah. Kemegahan menakjubkan, sampai-sampai memunculkan istilah, “Tuhanpun tak akan sanggup menenggelamkannya.” Berlayarlah ia untuk pertama sekaligus terakhir kalinya.

Akhir-akhir ini, betapa kita melihat banyak sejarah terulang terjadinya di dekat kita. Di dunia maya—dunia bentukan teknologi manusia—ada pasukan yang kelihatannya begitu besar menggaungkan berbagai isu untuk mendukung kebijakan tokohnya. Sekalipun kebijakan itu sama sekali tak berpihak pada rakyat kecil. Isu-isu mereka gerakkan dengan aktif seakan suara dari rakyat jelata—rakyat yang mungkin tidak pernah tahu ada yang namanya dunia maya.

Mereka sepakat menyetujui proyek reklamasi yang katanya menguntungkan rakyat tak peduli ada berapa banyak rakyat pesisir yang menjadi pengangguran. Mereka setuju dengan isu relokasi yang katanya memodernkan rakyat tak peduli berapa banyak rakyat yang semakin jauh dari mata pencaharian. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Betapa pula dengan sombongnya mereka baru-baru ini menantang Sang Pemilik Alam. “Hujan sudah berhari-hari, kok kota ini tidak banjir-banjir ya?” Seolah ketiadaan banjir adalah bukti keberhasilan tokoh junjungan. Mereka angkuh. Mereka sombong. Mereka lupa tak punya daya untuk mengatur kekuatan alam.

Mereka lupa kaum Sodom kalah melawan Nuh seorang sebab Nuh berkebenaran. Mereka lupa—atau pura-pura lupa—bahwa balatentara Fir’aun tak berdaya menghadapi serdadu Pemilik Kebenaran. Mereka lupa Titanic tamat riwayat hanya karena bongkahan es di lautan.

Sombong hanyalah awal cerita. Binasa adalah kesudahan. (yf)

Tentang Penulis

Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com