SekolahMurabbi.com - Ada rasa rindu yang menyelusup ke
dalam hati setiap kali memasuki bulan terakhir penanggalan Hijriah. Di bulan
ini, jutaan umat muslim berbondong-bondong memenuhi panggilan Allah ‘azza wa
jalla. Labbaikallahumma labbaik, kalimat ini bergemuruh di udara dan
menggaung dalam rongga-rongga dada.
Seperti makna talbiyah, haji
sejatinya adalah panggilan Allah. Kita hanya memenuhi panggilan. Jika Allah tak
memanggil, maka orang kaya yang sehat pun akan terhalang dari menunaikan haji. Sebaliknya,
jika Allah sudah memanggil hamba-Nya, kisah demi kisah penuh ketakjuban—dan seringkali
di luar nalar logika—akan terus hadir dalam sejarah mengiringi gegap gempitanya
pelaksanaan ibadah haji.
Suatu kali, sebuah kanal berita
Turki berencana meliput reportase di Ghana. Mereka menggunakan sebuah drone
untuk memperoleh video. Tiba-tiba pesawat nirawak itu jatuh di depan rumah
seorang laki-laki tua. Dari gambar yang beredar viral di internet, terlihat
rumah yang sangat sederhana.
Jurnalis Turki segera menuju ke
tempat drone jatuh. Di sana, ia menemui si lelaki tua memegang drone
dan dengan wajah polos mengajukan pertanyaan: “Tidak cukup besarkah pesawat ini
menerbangkanku ke Makkah untuk menunaikan haji?”
Si jurnalis terdiam. Mungkin ada
rasa haru yang menyelinap ke dalam dadanya. Ada lelaki tua yang hidup sangat
sederhana tapi memiliki cita-cita yang menyala: berhaji untuk menyempurnakan
rukun Islam. Ia kemudian mengunggah foto dan cerita ini ke media sosialnya,
sebuah pengalaman berharga yang mengetuk nurani.
Tak butuh waktu lama untuk
menjadikan cerita ini viral di dunia maya. Yang dilakukan pemerintah Turki
kemudian lebih menakjubkan lagi. Laki-laki tua ini dihubungi dan diberitahu
bahwa mereka akan membiayai keberangkatannya ke Makkah untuk menunaikan haji.
Lihatlah bagaimana Allah memanggil
lelaki ini, seorang yang secara finansial tak mampu berangkat ke Makkah. Ini sama
sekali bukan kehendak lelaki itu. Ia memang punya keinginan untuk berhaji
sebagaimana seluruh muslim lainnya. Tapi membayangkan sebuah drone bisa
mengantarkannya ke Makkah sungguh tak pernah terpikirkan.
Ini adalah panggilan Allah. Jika ia
sudah berkehendak, lelaki miskin nan lemah sekalipun dimudahkan mendatangi-Nya,
menjadi tamu mulia di Masjidil Haram. Maka wajar setiap muslim yang mengenakan
pakaian ihram melafalkan talbiyah: Labbaikallahumma labbaik, kami datang
memenuhi panggilan Engkau, ya Allah. Datang memenuhi panggilan, bukan datang
atas kemauan dan kemampuan sendiri.
Semoga yang belum berhaji kelak
dimampukan untuk memenuhi panggilan Allah ke tanah suci Makkah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar