SekolahMurabbi.com - Kebanyakan orang membayangkan masa lalu sebagai zaman yang serba sederhana. Manusia yang hidup di zaman lalu belum memiliki teknologi secanggih sekarang. Bukti sejarah membuktikan hal itu. Berbagai penggalian yang dilakukan oleh pakar sejarah di berbagai tempat yang diduga merupakan bekas sebuah peradaban menunjukkan bahwa peralatan manusia sebelumnya masih sangat sederhana.
Namun keterangan yang kita temukan
tentang sebuah peradaban masa lalu sungguh mencengangkan. Teknologi peradaban
ini bahkan jauh lebih canggih dari apa yang telah dan sedang kita rasakan saat
ini.
Sampai saat ini, teori tentang
teleportasi (perpindahan materi dengan jarak tempuh yang jauh dalam waktu yang
singkat) hanya kita temui dalam cerita-cerita fiksi. Ilmuwan dan fisikawan
modern belum mampu memecahkan misteri ini selama berpuluh-puluh tahun. Sebagian
besar dari mereka bahkan menganggap hal ini mustahil untuk dilakukan.
Faktanya, sebuah peradaban yang jauh
sebelum zaman modern telah melakukan hal ini. Waktu itu, seorang kepala negara
meminta agar salah satu dari ilmuwannya memindahkan istana negara lain ke depan
istananya dalam waktu yang singkat. Sang ilmuwan segera melakukannya dalam
waktu yang sangat cepat. Disebutkan, pemindahan itu terjadi sebelum mata sang
kepala negara berkedip.
Secara matematis, manusia normalnya berkedip
sebanyak 15 - 20 kali dalam semenit. Secara rata-rata, minimal manusia berkedip
4 detik sekali. Bayangkan, teleportasi yang di zaman sekarang masih menjadi
dongeng ternyata bukan sebuah hal yang baru di zaman tersebut. Masya Allah!
Lalu di mana keterangan tentang hal
ini kita temukan? Dan zaman apa yang memiliki teknologi secanggih itu?
Adalah Alquran, tepatnya di surah
An-Naml ayat 40 yang menjadi bukti tentang teknologi yang menakjubkan ini. Dan
kejadian itu terjadi di zaman Nabi Sulaiman as.
“Seorang yang mempunyai ilmu dari
Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhan-ku untuk mengujiku,
apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa
ingkar, maka sesungguhnya Tuhan-ku Maha Kaya, Maha Mulia.” (SM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar