/
Artikel Terbaru
Artikel Terbaru ...

Aku Dituduh Pemain Togel

Published On: 16.14.00 By : DC Habibillah In :

SekolahMurabbi.com - Banyak yang berkomentar, 
"Kalau enggak salah, kenapa harus melarang KPK melakukan tugasnya?"
Yang berkata demikian mungkin belum pernah merasakan bagaimana ditangkap tanpa prosedur dan aturan.

Aku pernah, satu ketika, di Jl. Jendral Sudirman, Geuceu Inem, tiba-tiba di pepet sepeda motor yang ditumpangi dua orang pemuda tidak terlalu atletis. Mereka memaksa berhenti sepeda motor yang aku dan temanku tumpangi. Mereka mengaku melaksanakan tugas dari kepolisian. Dan mengajak kami segera kekantor polisi. Dengan dugaan bahwa kami merupakan pemain atau pemilik bisnis togel (what! Apa mukaku mirip toge[l]?). Polisi yang satunya langsung mengambil alih kemudi sepeda motor kami. Memaksa kami menuju kantor polisi. Sekarang speda motor ditumpangi tiga orang; polisi (pengemudi), aku ditengah dan teman dibelakang.

Baru berjalan beberapa jarak. Kuhentikan paksa sepeda motor dengan menekan paksa tuas rem tangan dari arah belakang. Otomatis sepeda motor terhenti. Polisi tersebut berang. Teman polisi satu lagi turut menghentikan sepeda motornya.

Perasaanku mulai campur aduk, takut, gelisah, marah, khawatir dan entah apa maksudnya semua ini. Tiba-tiba saja dituduh pemilik togel. Ini pasti konspirasi (he he).

"Jangan begini pak, tiba-tiba bapak berdua ini datang dan menuduh saya dan teman saya pemilik togel. Lalu harus tanggungjawab di kantor polisi. Maksudnya apa?" Sebenarnya ada rasa khawatir juga kalau-kalau mereka adalah polisi gadungan.

Polisi tadi marah. Terlebih karna sepeda motor kuhentikan tiba-tiba.

"Saya polisi! Ini!" Polisi tadi memperlihatkan kartunya. Sejenak kulihat. Jujur aku bingung. :D

"Kalau begitu, saya mau lihat surat penangkapannya. Ada?" Entah keberanian dari mana muncul dari diri ini. Mungkin kebanyakan lihat penangkapan di layar kaca, hihi. Polisi saling berpandangan. Alis mereka terangkat sebelah. Aneh mungkin pikirnya.

"Kami mendapatkan laporan kalian berdua bermain togel. Dan kami harus periksa kalian, sudah jangan banyak ngomong. Sini!"

Dua polisi tadi tak hiraukan permintaan untuk menunjukan surat penangkapan yang aku pinta. Mengkal sekali rasanya diri ini. Mana bisa begini, asal tuduh saja. Tuduhannya main togel pula. Haduh, apa gak ada tuduhan yang lebih keren dikit gitu, misalnya korupsi 4 miliyar. Hakhak...
Mereka periksa seenak udelnya semua inci tubuh kami. Kantong-kantong dan dompet. Temanku enggan memberikan dompet dan diperiksa kantongnya. Dia sendiri yang membuka semua kantong dan isi dompetnya. Kelak aku baru tau alasannya. Bahwa, bisa saja sang polisi menyelipkan narkoba/nomor togel diantara jarinya dan segera menganggap itu bukti. Mau bilang apa coba. Sedangkan aku, waktu itu rela saja di 'gerayangi'.

"Saya sudah bilang kami bukan pemasang apalagi pemilik togel. Saya mahasiswa. Saya..."

"Saya tidak percaya! sesuai dengan laporan yang saya.." Polisi yang memeriksa temanku tadi terhenti suaranya. Sekarang matanya tertuju pada ikat pinggang temanku.

"Kamu keluarga tentara, ya?" Air mukanya berubah. Tiba-tiba jadi ramah. 
"Ya. Ayah saya tentara." Ujar temanku.

Sekarang semuanya sudah berubah. Dua polisi tadi menarik diri. Setelah permisi, mereka berdua ngeloyor pergi dan menghilang di simpang jalan. Ini yang disebut 'kekuatan sabuk TNI' selamatkan kami.

Akhh, lihatlah. Kami korban tuduhan tak berdasar. Apa motifnya? Apakah polisi sebodoh itu mencurigai seseorang? Entahlah. Tapi begitulah tidak enaknya ditangkap dan dituduh apalagi tanpa prosedur dan bukti yang jelas.

Apatah lagi sebuah lembaga tinggi negara yang diperiksa tanpa prosedur dan aturan. Membawa senjata laras panjang pula. Untung waktu itu kami tidak diliput media (emang siape lu! Hi hi). Bila tidak, nama baik kami akan hancur.

"Dede cep, di duga pemilik bisnis togel di periksa polisi" begitu headline surat kabar beredar.
Masih di duga, orang sudah mulai berspekulasi dan menambah-nambah. Goreng terus. Begitulah media. Ia tidak akan menarik bila tak di bubuh pemanis. Biarkan korban merasa kepahitan.

Pikiranku makin miris apalagi teringat pada beberapa kasus salah tangkap pelaku terosis. Mereka merasakan bukan hanya tekanan psikis tapi juga tekanan fisik yang keras. Beginilah wajah negeriku. Beginilah wajah aparat penegak hukum di negaraku, negara kita semua. Indonesia raya.

Mari kita dukung semua aparat penegak hukum bergerak sesuai prosedur dan aturan. Hormati hak-hak orang banyak. Persiapkan dan kumpulkan bukti dan saksi banyak-banyak. Kecuali dikau memang BERNIAT BUSUK untuk MENJEBAK!

Tentang Penulis

Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolahmurabbi.com

Sekolahmurabbi.com adalah Media Informasi Keislaman yang dikelola oleh anak-anak muda.
Sekolahmurabbi.com menyajikan artikel dan informasi dasar-dasar keislaman yang dibutuhkan bagi para murabbi dan mutarabbi.

© | About Us | Kirim Tulisan | The Team | Contact Us | Privacy Policy | Disclaimer
Design by Hasugi.com