SekolahMurabbi.com - Banyak yang berkomentar,
"Kalau enggak salah, kenapa harus melarang KPK melakukan tugasnya?"
Yang berkata demikian mungkin belum pernah merasakan
bagaimana ditangkap tanpa prosedur dan aturan.
Aku pernah, satu ketika, di Jl. Jendral Sudirman, Geuceu
Inem, tiba-tiba di pepet sepeda motor yang ditumpangi dua orang pemuda tidak
terlalu atletis. Mereka memaksa berhenti sepeda motor yang aku dan temanku
tumpangi. Mereka mengaku melaksanakan tugas dari kepolisian. Dan mengajak kami
segera kekantor polisi. Dengan dugaan bahwa kami merupakan pemain atau pemilik
bisnis togel (what! Apa mukaku mirip toge[l]?). Polisi yang satunya langsung
mengambil alih kemudi sepeda motor kami. Memaksa kami menuju kantor polisi.
Sekarang speda motor ditumpangi tiga orang; polisi (pengemudi), aku ditengah
dan teman dibelakang.
Baru berjalan beberapa jarak. Kuhentikan paksa sepeda motor
dengan menekan paksa tuas rem tangan dari arah belakang. Otomatis sepeda motor
terhenti. Polisi tersebut berang. Teman polisi satu lagi turut menghentikan
sepeda motornya.
Perasaanku mulai campur aduk, takut, gelisah, marah, khawatir
dan entah apa maksudnya semua ini. Tiba-tiba saja dituduh pemilik togel. Ini
pasti konspirasi (he he).
"Jangan begini pak, tiba-tiba bapak berdua ini datang
dan menuduh saya dan teman saya pemilik togel. Lalu harus tanggungjawab di
kantor polisi. Maksudnya apa?" Sebenarnya ada rasa khawatir juga
kalau-kalau mereka adalah polisi gadungan.
Polisi tadi marah. Terlebih karna sepeda motor kuhentikan
tiba-tiba.
"Saya polisi! Ini!" Polisi tadi memperlihatkan
kartunya. Sejenak kulihat. Jujur aku bingung. :D
"Kalau begitu, saya mau lihat surat penangkapannya.
Ada?" Entah keberanian dari mana muncul dari diri ini. Mungkin kebanyakan
lihat penangkapan di layar kaca, hihi. Polisi saling berpandangan. Alis mereka
terangkat sebelah. Aneh mungkin pikirnya.
"Kami mendapatkan laporan kalian berdua bermain togel.
Dan kami harus periksa kalian, sudah jangan banyak ngomong. Sini!"
Dua polisi tadi tak hiraukan permintaan untuk menunjukan
surat penangkapan yang aku pinta. Mengkal sekali rasanya diri ini. Mana bisa
begini, asal tuduh saja. Tuduhannya main togel pula. Haduh, apa gak ada tuduhan
yang lebih keren dikit gitu, misalnya korupsi 4 miliyar. Hakhak...
Mereka periksa seenak udelnya semua inci tubuh kami.
Kantong-kantong dan dompet. Temanku enggan memberikan dompet dan diperiksa
kantongnya. Dia sendiri yang membuka semua kantong dan isi dompetnya. Kelak aku
baru tau alasannya. Bahwa, bisa saja sang polisi menyelipkan narkoba/nomor
togel diantara jarinya dan segera menganggap itu bukti. Mau bilang apa coba.
Sedangkan aku, waktu itu rela saja di 'gerayangi'.
"Saya sudah bilang kami bukan pemasang apalagi pemilik
togel. Saya mahasiswa. Saya..."
"Saya tidak percaya! sesuai dengan laporan yang
saya.." Polisi yang memeriksa temanku tadi terhenti suaranya. Sekarang
matanya tertuju pada ikat pinggang temanku.
"Kamu keluarga tentara, ya?" Air mukanya berubah.
Tiba-tiba jadi ramah.
"Ya. Ayah saya tentara." Ujar temanku.
Sekarang semuanya sudah berubah. Dua polisi tadi menarik
diri. Setelah permisi, mereka berdua ngeloyor pergi dan menghilang di simpang
jalan. Ini yang disebut 'kekuatan sabuk TNI' selamatkan kami.
Akhh, lihatlah. Kami korban tuduhan tak berdasar. Apa
motifnya? Apakah polisi sebodoh itu mencurigai seseorang? Entahlah. Tapi
begitulah tidak enaknya ditangkap dan dituduh apalagi tanpa prosedur dan bukti
yang jelas.
Apatah lagi sebuah lembaga tinggi negara yang diperiksa tanpa
prosedur dan aturan. Membawa senjata laras panjang pula. Untung waktu itu kami
tidak diliput media (emang siape lu! Hi hi). Bila tidak, nama baik kami akan
hancur.
"Dede cep, di duga pemilik bisnis togel di periksa
polisi" begitu headline surat kabar beredar.
Masih di duga, orang sudah mulai berspekulasi dan
menambah-nambah. Goreng terus. Begitulah media. Ia tidak akan menarik bila tak
di bubuh pemanis. Biarkan korban merasa kepahitan.
Pikiranku makin miris apalagi teringat pada beberapa kasus
salah tangkap pelaku terosis. Mereka merasakan bukan hanya tekanan psikis tapi
juga tekanan fisik yang keras. Beginilah wajah negeriku. Beginilah wajah aparat
penegak hukum di negaraku, negara kita semua. Indonesia raya.
Mari kita dukung semua aparat penegak hukum bergerak sesuai
prosedur dan aturan. Hormati hak-hak orang banyak. Persiapkan dan kumpulkan
bukti dan saksi banyak-banyak. Kecuali dikau memang BERNIAT BUSUK untuk
MENJEBAK!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar