SekolahMurabbi.com - Berbohong adalah sebuah tindakan yang dibenci nabi SAW, walau dalam keadaan bercanda sekalipun. Sebuah kebohongan akan diikuti kebohongan lain untuk menutupi kebohongan pertama. Maka seseorang yang pernah berbohong sekali, akan sulit bagi orang lain untuk memercayainya kembali. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “sekali berbohong, selamanya tidak dapat dipercaya”.
“ah, gak mau dengar, pembohong!”
Terkadang sering dalam
lingkungan pergaulan sesama teman, kita temui tindakan-tindakan usil yang
bertujuan untuk mengelabui. Pada akhirnya, kebiasaan usil itu melahirkan
ke-kurangpercaya-an teman terhadap dirinya. Akan sertamerta dituding bohong
jika orang tersebut membicarakan sesuatu. Hatta saat dia sedang serius
sekalipun. Belum apa-apa sudah dituduh. Padahal tindakan menuduh tanpa bukti sama
saja dengan fitnah. Pada akhirnya kita malah memfitnah orang lain berbohong.
“alah,
mana ada. Bohong!”
“gak
percaya, pasti kamu bohong!”
Rasulullah punya
pengalaman pahit perihal tuduhan berbohong. Ketika beliau menyampaikan suatu
berita benar kemudian semua orang mendustakannya. Yakni ketika peristiwa isra
mi’raj. Adalah Abubakkar ra. satu-satunya orang yang membenarkannya seraya
berkata :
”Jika memang benar Muhammad yang
mengatakannya, maka dia telah berkata benar dan sungguh aku membenarkan lebih
dari itu.”
Maka nabi SAW sangat
tahu bagaimana rasanya dituduh berbohong, padahal ia berkata benar. Untuk itu
Islam menyuruh umatnya untuk tidak menerima mentah-mentah atau menolak
mentah-mentah sebuah berita tanpa tabayyun terlebih dahulu. Jangan seperti para
pembenci Nabi. Menuduh tanpa bukti dan tidak mau mengakui kebenaran karena
kesombongannya.
Sebagaimana diterangkan
oleh Rasulullah :
“sombong adalah tidak
mau menerima kebenaran dan menganggap rendah orang lain “
Tidak menuduh orang
lain berbohong adalah tindakan menghargai lawan bicara. Bukankah setiap kita
akan merasa senag jika dihargai?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar