SekolahMurabbi.com - Matahari telah menampakkan sinarnya sejak sekitar tujuh jam yang lalu, penunjuk jam terus berjalan hingga zuhur yang terlewati bersama nikmat dengan barisan khusyu menghadap padaNya. Saat itu suhu permukaan bumi wilayah ekuator berada di atas 300C, dengan meratanya pancaran sinar matahari yang senantiasa menghangatkan jiwa kami hingga dapat kembali melingkar bersama para pemenuh undangan Allah dalam rutinitas setiap minggu di salah satu masjid kampus terbesar di Indonesia. Satu sama lain saling berlontar salam, berjabat tangan tersirat semangat membara untuk tetap berada dalam jalan cinta Allah ini.
Catatan: Artikel ini adalah karya peserta pada lomba menulis inspiratif Sekolah Murabbi beberapa waktu lalu.
Seperti menjadi
sistematika ibadah, lantunan pembacaan kalam Allah terlisankan selama menunggu
kehadiran murabbi tercinta. Tak henti-hentinya untuk terus melakukan
“fastabiqul khairat” agar dapat menjadi hamba Allah dan umat Rasulullah yang
masuk dalam golongan orang-orang penghuni surga kelak. Dalam lingkaran penuh
cinta, selalu dituntut untuk displin dan tepat waktu oleh murobbi, karena waktu
seperti anak panah yang dapat melesat begitu saja tanpa kita sadari jika kita
tidak dapat mengisi waktu dengan hal positif. Saya dan teman-teman selalu
berusaha untuk datang lebih awal sebelum kedatangan murobbi. Kami tidak ingin
membuat murobbi kamui menunggu hanya alasan kami yang datang telat karena kami
masih sibuk dengan hal duniawi. Sering kali justru beliaulah yang datang lebih
awal daripada saya dan teman-teman, menyambut dengan senyuman dan tatapan
hangat untuk kami.
Bercerita tentang
murobbi, aku selalu teringat akan semangat dakwah yang ingin dibagikan kepada
kami dengan kondisi apapun. Terlihat mental dan ruhiyah yang sangat kuat
tersirat dari tatapan mata nya yang ingin mengatakan “ayo bersama kita menjadi
bagian dari pondasi dakwah Islam”. Sering sekali aku memperhatikan air wajahnya
yang terlihat sangat lelah dengan berbagai aktivitas yang dilakukan, tapi
matanya tidak menunjukkan hal serupa, mata yang penuh pancaran semangat
menutupi rasa lelah nya. Suara parau dan muka memucat tidak menjadi halangan
untuk membatalkan pertemuan kami, ini sangat menusuk sekali jika aku
mengingatnya. Selalu aku ingat perjuangan murobbi yang tak mau kalah dengan
fisik nya yang sedang melemah. Bukan berarti beliau tidak memberikan hak
tubuhnya untuk beristirahat, tapi justru terlihat bahwa dalam pertemuan liqo
lah beliau beristirahat bersama kami dalam aktivitas merajut hubungan vertikal
dengan Sang pencipta dan horizontal kepada sesama.
Disaat hujan, terdapat
rasa malas dalam diri ini. Rasa enggan untuk melangkahkan kaki dalam majelis
ilmu. Tapi itu tidak dengan murobbi ku, beliau selalu mengatakan
“Saudara-saudara kita di Palestina berlarian dalam menjalani aktivitas liqo
nya, diserang bom bardir oleh tentara Israil, tidak seperti teman-teman disini
yang dapat dengan nyaman duduk tidak merasa ketakutan dan gangguan dari pihak
lawan, jadikan ini rasa syukur untuk kita dan doa untuk kemudahan mereka
disana.” Selalu ada moment spesial yang aku dapatkan setiap pertemuan, kisah
perjuangan para mujahid dan mujahidah dalam menegakkan agama Allah. Menyebarkan
kebaikan, menyeru kepada sesama akan Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin.
Ketepatan waktu dalam
menghadiri pertemuan menjadi peraturan pertama yang harus disadari oleh aku dan
teman-teman. Jika salah satu dari kami ada yang telat datang, dipastikan bahwa
pada pertemuan di hari tersebut tidak ada materi yang disampaikan. Sebagai
penggantinya, murobbi memberikan taujih, menampilkan video, atau hanya qodhoya.
Disini kami belajar untuk menjadi muslim yang displin, cekatan, dan tepat
waktu. Tidak hanya itu, keratifitas berfikir dalam memecahkan masalah, mencari
solusi terbaik.
Belajar tidak hanya
dalam sebuah ruangan. Itu merupakan kalimat yang menjadi salah satu prinsip
dalam hidupku. Belajar dari berbagai hal, termasuk cerita dan pengalaman dari
murobbiku. Banyak hal didapatkan dari pengalaman murobbi yang dibagikan kepada
ku dan teman-teman. Berbagi cerita tentang pengalaman dakwah dalam organisasi
yang menjadi bagian dari dakwah kampus. Menjadi muslimah yang prestatif, karena
apapun yang kita lakukan niatkan untuk ibadah termasuk belajar, jika kegiatan
belajar adalah ibadah maka menjadi muslim yang berprestasi adalah salah satu
dari dakwah. Kita dapat membuktikan bahwa ilmu dan agama harus berjalan
beriringan, tidak hanya ilmu saja, ataupun agama saja. Menjadi contoh yang
dilihat oleh orang-orang disekitar, untuk menjaga akhlak, dan izzah dengan
laki-laki.
“Inspiring people”
itulah yang bisa disematkan kepada setiap murobbi di mana pun langkah kaki nya
berpijak. Kehadirannya membantu setaip orang yang ingin menjajaki hidupnya
dalam jalan dakwah. Dakwah bersama yang akan melahirkan kemenangan Islam
sebagai Dienullah. Berjalan tidak sendiri tapi bersama mujahid lainnya. Tetap
menjadi bunga matahari, memancarkan energi walau hanya sebuah nama. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang
beruntung di akhirat kelak. Aamiin.
*Amelia Fitriani
*Amelia Fitriani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar