SekolahMurabbi.com - Dalam telaah tentang logika, "post hoc ergo propter hoc" adalah salah satu jenis kesalahan berfikir yang amat perlu dibenahi. Secara harfiah istilah ini berarti, "Sesudah itu maka karena itu."
Alih-alih
mempertimbangkan berbagai faktor yang menjadi penyebab suatu hal, sesat fikir
ini malah melihat urutan kejadian sebagai sebuah hubungan pasti sebab akibat.
Polanya adalah (B terjadi sesudah A), maka (B terjadi karena A).
Contoh yang
mudah adalah "matahari terbit sesudah ayam berkokok", maka
"matahari terbit karena ayam berkokok." Tentu dalam kehidupan
sehari-hari banyak kesalahan logika dengan pola ini, hanyasanya biasanya
tersamarkan oleh "siapa yang mengatakan", atau "belum
ditemukannya alasan lain."
Adalah
Rasulullah ﷺ dengan sangat indah mencegah "post
hoc ergo propter hoc" ini dari ummatnya pada sebuah kejadian duka cita.
Ketika itu, putra yang amat disayanginya, penyejuk mata beliau di masa begitu
padatnya dakwah dan jihad beliau, Ibrahim yang lahir dari rahim Mariyah Al
Qibthiyah wafat. Tepat beberapa saat kemudian, terjadilah gerhana. Maka
orang-orang berkata, "Gerhana ini terjadi karena meninggalnya
Ibrahim."
Maka beliau ﷺ bergegas meluruskan. “Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya
gerhana matahari atau bulan bukanlah karena kematian seseorang atau
kehidupannya. Maka jika kalian melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah
kepada-Nya, bershadaqahlah, dan shalatlah.” (HR Al Bukhari & Muslim)
Demikianlah
justru bagi mukminin, semua peristiwa alam adalah penanda yang makna pertamanya
adalah menguatkan kehambaan kepada Allah. Sungguh ia harus disikapi dengan
dzikir & tafakkur, lalu kesimpulannya, "Duhai Pencipta, Pemelihara,
Pemberi Rizqi, Penguasa, & Pengatur segala urusan kami; tidaklah Engkau
ciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
api neraka."
Dari Aisyah
Radhiyallahu 'Anha, beliau berkata: “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman
Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ lalu mendirikan shalat bersama orang banyak. Beliau berdiri
dalam shalatnya dengan memanjangkan berdirinya, kemudian ruku’ dengan
memanjangkan ruku’nya, kemudian berdiri dengan memanjangkan berdirinya, namun
tidak selama yang pertama. Kemudian beliau ruku’ dan memanjangkan ruku’nya,
namun tidak selama rukuknya yang pertama. Kemudian beliau sujud dengan
memanjangkan sujudnya, beliau kemudian mengerjakan rakaat kedua seperti apa
yang beliau kerjakan pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan
shalat, matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau menyampaikan khutbah
kepada orang banyak. (HR Al Bukhari & Muslim)
Sumber: Fanspage Salim A. Fillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar